Anda di halaman 1dari 63

MENGELOLA KARTU

ASET TETAP
KOMPETENSI DASAR 1

Mendiskripsikan
Pengelolaan Kartu
Aset Tetap
Pengertian Aset Tetap
Aset tetap adalah Aset berwujud yang diperoleh
dalam keadaan siap dipakai atau dibangun
terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak jual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
Karakteristik aset tetap berwujud
(PSAK 16, IAI 2004)
a. Dipergunakan untuk operasional
perusahaan dan tidak untuk dijual.
b. Memiliki masa manfaat lebih dari satu
periode akuntansi atau satu siklus
operasi normal, tergantung mana yang
lebih panjang.
c. Memiliki bentuk fisik.
d. Nilainya material.
Karakterisitik Transaksi Aset Tetap
a. Frekuensi terjadinya transaksi yang mengubah
Aset tetap relatif sedikit dibandingkan dengan
transaksi yang mengubah Aset lancar, namun
umumnya menyangkut jumlah rupiah yang
besar.
b. Pengendalian Aset tetap dilaksanakan pada saat
perencanaan perolehan Aset tetap, sehingga
sistem otorisasi perolehan Aset tetap diterapkan
pada saat perencanaan perolehan dan pada saat
pelaksanaan rencana perolehan Aset tetap.
c. Pengeluaran yang bersangkutan dengan Aset
tetap perlu dibedakan menjadi dua macam yaitu,
pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
dan pengeluaran modal (capital expenditure).
Prinsip-prinsip Pengawasan Aset Tetap
a. Anggaran (budget) baik untuk pembelian maupun
untuk pemeliharaan Aset tetap.
b. Ketentuan secara tertulis yang mengatur kapitalisasi
pengeluaran yang berhubungan dengan Aset tetap.
c. Pencatatan dan pengarsipan dokumen Aset tetap dalam
kartu induk dan kartu eksploitasi.
d. Penetapan nilai residu (nilai sisa) yang relatif cepat.
e. Prosedur pemeliharaan Aset tetap dan pengawasannya.
f. Ada kebijakan untuk menjual Aset tetap dan
pengawasannya.
g. Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara periodik.
h. Jaminan asuransi atas kerugian akibat kebakaran dan
hal lainnya.
KOMPETENSI DASAR 2

Mengidentifikasi Data
Mutasi Aset Tetap
Macam-macam Kartu Aset Tetap
Kartu Induk Aset Tetap
Macam-macam Kartu Aset Tetap
Kartu Eksploitasi Aset Tetap
Macam-macam Kartu Aset Tetap
Kartu (Daftar) Inventaris
Macam-macam Kartu Aset Tetap
Kartu Penyusutan Aset Tetap
Penilaian Aset Tetap
a. Aset tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai, harga perolehannya
ditetapkan berdasarkan harga beli, ditambah dengan biaya-biaya yang
terjadi sehubungan dengan usaha penempatan Aset tetap yang
bersangkutan pada tempat dan kondisi yang siap untuk dipergunakan.
b. Aset tetap yang dibangun sendiri, harga perolehannya ditetapkan
berdasarkan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan pembangunan
Aset tetap yang bersangkutan, sampai siap dipergunakan.
c. Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan Aset non kas, harga
perolehannya ditetapkan berdasarkan harga pasar Aset yang diserahkan
atau harga pasar Aset yang diterima, bergantung kepada harga mana yang
dipandang lebih wajar.
d. Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan, harga perolehannya ditetapkan
berdasarkan harga pasar Aset yang diterima atau harga taksiran yang
wajar.
e. Aset tetap yang diperoleh secara gabungan, harga perolehan masing-
masing Aset ditetapkan berdasarkan alokasi harga perolehan gabungan
dengan perbandingan yang wajar.
KOMPETENSI DASAR 3

Mengidentifikasi Penyusutan
dan Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
Dokumen transaksi yang diperlukan untuk
pencatatan
 Faktur dari pabrikan atau pihak lainnya sebagai
bukti transaksi pembelian;
 Bukti setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
 Bukti pengeluaran kas, sebagai bukti pembayaran
biaya pengangkutan, biaya pemasangan, dan
biaya lainnya sehubungan dengan perolehan Aset
tetap yang bersangkutan;
 Bukti memorial, sebagai bukti penghentian dan
pengeluaran Aset tetap yang ditukar dengan Aset
tetap lain.
Pencatatan Transaksi Pembelian Tunai
Sebagai ilustrasi, PT VILAR dalam bulan Juli 2008 memperoleh
mesin pola BX-01 dengan biaya-biaya sebagai berikut.
Juli 10,Pembelian tunai mesin BX-01, Faktur No. 2242.
Harga faktur Rp100.000.000
Ditambah PPN 10% Rp 10.000.000
Bukti pengeluaran kas No. 511, Rp110.000.000
Biaya-biaya yang dikeluarkan terdiri atas:
Juli 15,Bukti pengeluaran kas No. 518, untuk biaya pengangkutan,
Rp10.000.000
Juli 18,Bukti pengeluaran kas No. 524, untuk biaya instalasi dan
pemasangan, Rp12.000.000.
Juli 20,Bukti pengeluaran kas No. 528, untuk biaya percobaan,
Rp3.000.000
Jumlah biaya sebesar Rp25.000.000.
Catatan data transaksi tersebut ke dalam
jurnal pengeluaran kas
Catatan data transaksi tersebut ke dalam kartu
induk aset tetap
Pencatatan Transaksi Pembelian Secara Kredit
Sebagai contoh, misalnya pada tangal 5 Januari 2008, suatu
perusahaan membeli sebuah kendaraan dengan harga kredit
Rp 115.000.000, faktur No. 867.
Pembayaran pertama sebesar Rp 25.000.000, dibayar
dengan cek, bukti kas No.286.
Sisanya dibayar dalam 5 kali angsuran bulanan.
Harga tunai kendaraan yang bersangkutan Rp100.000.000.
Data transaksi di atas, dapat dicatat dengan cara sebagai
berikut:
Harga perolehan kendaraan (harga tunai) dan timbulnya
hutang dicatat dalam jurnal umum.
Pembayaran pertama sebesar Rp 25.000.000, dicatat
dalam jurnal pengeluaran kas sebagai pembayaran hutang.
Catatan dalam buku jurnal umum

Catatan dalam buku jurnal pengeluaran kas


Pencatatan Transaksi Pertukaran dengan Aset Non
Kas
Sebagai ilustrasi, pada tanggal 5 Maret 2008, sebuah mesin yang
diperoleh dengan harga Rp 150.000.000 dan telah disusutkan sebesar
Rp 60.000.000 ditukar dengan sebuah kendaraan angkutan. Harga
pasar kendaraan yang bersangkutan Rp85.000.000.
Laba rugi pertukaran dihitung sebagai berikut:
Harga pasar kendaraan yang diterima, Rp 85.000.000
Harga buku mesin yang diserahkan:
Harga perolehan, Rp 150.000.000
Akumulasi penyusutan, (Rp 60.000.000)

Rp 90.000.000
Rugi pertukaran, Rp 5.000.000
Catatan dalam buku jurnal umum
Pencatatan Aset Tetap Sumbangan Dari
Pihak Lain
Sebagai contoh, pada tanggal 5 Juli 2008, suatu
koperasi menerima seperangkat peralatan kantor
sebagai sumbangan dari perusahaan rekanannya.
Harga pasar wajar peralatan kantor yang
bersangkutan Rp3.500.000.
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal umum
dengan mendebet akun Peralatan Kantor dan
kredit akun Modal Sumbangan, masing-masing
sebesar Rp3.500.000.
Pengeluaran Dalam Penggunaan Aset Tetap
 Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah
pengeluaran yang dapat menimbulkan manfaat
ekonomi dalam jangka waktu lebih dari satu
periode akuntansi.
 Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
adalah pengeluaran yang hanya memberikan
manfaat ekonomi pada periode saat terjadinya
pengeluaran, atau tidak memberikan manfaat
ekonomi di masa depan.
Syarat pengeluaran penggunaan aset tetap
diperlakukan sebagai pengeluaran modal
 Mengakibatkan penambahan terhadap manfaat
dari Aset tetap yang bersangkutan, seperti
penambahan usia penggunaan, peningkatan
kapasitas atau peningkatan mutu produksi.
 Menurut pertimbangan perusahaan, jumlahnya
cukup berarti (material) dipandang dari jumlah
harga perolehan Aset tetap yang bersangkutan.
Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan
penggunaan aset tetap
 Pengeluaran untuk pemeliharaan (Maintenance)
Pengeluaran yang bertujuan untuk mempertahankan Aset tetap pada
kondisi tetap baik.
 Pengeluaran untuk reparasi (Repair)
Pengeluaran yang bertujuan untuk mengembalikan Aset tetap pada
kondisi semula.
 Pengeluaran untuk mengganti komponen yang rusak (Replacement)
Pengeluaran untuk mengganti sebagian atau seluruh dari komponen Aset
tetap yang rusak berat.
 Pengeluaran untuk perbaikan (Betterment)
Pengeluaran bertujuan untuk meningkatkan Aset tetap dari kondisi
semula kepada kondisi yang lebih baik.
 Pengeluaran untuk penambahan (Addition)
Pengeluaran bertujuan untuk perluasan atau peningkatan fasilitas yang
ada, misalnya untuk menambah bangunan sayap dari sebuah pabrik,
perluasan tempat parkir kendaraan dan sebagainya.
Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap (depresiasi) adalah alokasi
harga perolehan aset tetap kepada periode-
periode akuntansi dalam masa penggunaannya.
Akumulasi penyusutan adalah bukan sebuah dana
pengganti aset, melainkan jumlah harga
perolehan aset yang telah dibebankan (melalui
pemakaian) dalam periode-periode sebelumnya.
Beban penyusutan adalah pengakuan atas
penggunaan manfaat potensial dari suatu aset.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya
penyusutan
 Harga perolehan Aset tetap
Harga perolehan Aset tetap meliputi semua pengeluaran yang
berhubungan dengan perolehan dan penyiapannya, sampai
Aset tetap yang bersangkutan siap dioperasikan.
 Nilai residu atau nilai sisa
Nilai residu (residual value) adalah taksiran nilai Aset tetap
setelah habis masa penggunaannya.
 Usia ekonomis atau usia manfaat
Usia ekonomis adalah taksiran masa penggunaan Aset tetap,
dihitung sejak mulai dioperasikan sampai saat Aset tetap
biasanya ditetapkan berdasarkan taksiran.
 Metode penyusutan yang diterapkan
Terdapat beberapa metode penyusutan Aset tetap yang dapat
digunakan untuk menentukan besarnya penyusutan yang
menjadi beban tiap periode akuntansi.
Metode Penyusutan Aset Tetap
1. Metode Garis Lurus
Menurut metode Garis Lurus (Straight Line Method), beban
penyusutan tiap tahun penggunaan Aset tetap jumlahnya
sama.
Sehingga jumlah penyusutan tiap tahun dihitung sebagai
berikut :

Penyusutan = HP - NH
n
Keterangan: HP = Harga Perolehan Aset tetap
NR = Nilai Residu atau nilai sisa
n = Usia Ekonomis Aset tetap
Contoh :
Pada tanggal 5 April 2008, suatu perusahaan membeli
sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 130.000.000. Usia
penggunaan mesin tersebut ditaksir selama 8 tahun dengan
nilai residu sebesar Rp 10.000.000.
Berdasarkan data di atas, penyusutan tiap tahun penggunaan
mesin dihitung sebagai berikut:

Rp130.000.000 – Rp10.000.000
Penyusutan = = Rp15.000.000
8
Lanjutan .....
Beban penyusutan mesin untuk tahun 2008, dihitung untuk
masa penggunaan sejak bulan April sampai 31 Desember
2008, yaitu selama 9 bulan, atau sebesar :
9 x Rp15.000.000 = Rp11.250.000
12
Jumlah ini pada tanggal 31 Desember 2008 dicatat dengan
jurnal sebagai berikut :
Tgl Account Ref Debit Kredit

Des, 31 Beban Penyusutan. Mesin 11.250.000

2008 Akum. Peny. Mesin 11.250.00


0
Tabel penyusutan mesin untuk periode akuntansi
tampak pada gambar berikut
Lanjutan .....
2. Metode Jumlah Angka Tahun
Menurut metode jumlah angka tahun (Sum of the Years
Digits Method), penyusutan untuk tiap tahun
penggunaan aset tetap jumlahnya menurun.
Besarnya penyusutan tiap tahun penggunaan aset tetap,
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sisa usia aktiva tetap pada tahun
Penyusutan = penggunaannya x Jumlah yang harus disusutkan
Jumlah angka tahun usia aktiva tetap
Contoh :
Sebuah kendaraan angkutan dengan harga
perolehan Rp120.000.000 mulai dioperasikan
bulan Juli 2008. Taksiran usia penggunaan
selama 6 tahun dengan nilai residu
Rp15.000.000. Kendaraan tersebut disusutkan
dengan metode Jumlah Angka Tahun.
Jawab :
Penyusutan tiap tahun penggunaan kendaraan dihitung
sebagai berikut:
 Pada tahun 2008 kendaraan dioperasikan selama 6 bulan
yaitu sejak bulan Juli sampai denga Desember 2008.
Dengan demikian beban penyusutan untuk tahun 2008
dihitung sebagai berikut : 6/12 X Rp 30.000.000,00 = Rp
15.000.000,00
 Beban penyusutan tahun 2009 terdiri atas 6 bulan dari
penyusutan tahun penggunaan pertama dan 6 bulan dari
penyusutan tahun penggunaaan kedua.
 Penyusutan tahun ke -1 sebesar Rp 30.000.000,00 pada
perhitungan dimuka adalah untuk masa sejak 1 Juli 2009.
Beban penyusutan untuk tiap periode akuntansi dicatat
tiap tanggal 31 Desember.oleh karena itu seperti tampak
diates penyusutan tahun ke -1 untuk 6 bulan menjadi
beban tahun 2008 dan untuk 6 bulan menjadi beban
tahun 2009.Demikian pula penyusutan tahun ke -2 6
bulan menjadi beban tahun 2009 dan untuk 6 bulan
Lanjutan ..........
Menjadi beban tahun 2010. Dengan demikian beban penyusutan tahu
Dengan demikian penyusutan tahun 2009 dihitung sebagai berikut:
Penyusutan tahun ke -1 : 6/12 x Rp 30.000.000,00 = Rp
15.000.000,00
Penyusutan tahun ke -2 : 6/12 x Rp 25.000.000,00 = Rp
12.500.000,00

Jumlah Rp
27.500.000,00
Beban penyusutan 2010 dihitung seperti diatas .yaitu 6 bulan dari
penyusutan tahun ke 2 dan 6 bulan dari penyusutan tahun ke
2.Beban penyusutan kendaraan untuk tiap periode setelah dihitung
seperti diatas .
Lanjutan .....
3. Metode Menurun Ganda
Dalam penerapan metode menurun ganda (Double
Declining Balance Method), penyusutan tiap tahun
penggunaan Aset tetap ditentukan berdasarkan
persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada
tahun yang bersangkutan.
Persentase penyusutan ditetapkan sebesar dua kali
persentase penyusutan menurut metode garis lurus.
Contoh :
Sebuah mesin mulai dioperasikan pada tanggal 1
Oktober 2008. Mesin tersebut diperoleh dengan harga
Rp 100.000.000 ditaksir dapat dioperasikan selama 10
tahun, dan disusutkan menurut metode menurun
ganda.
Dari data tersebut, besarnya penyusutan mesin tiap
tahun penggunaannya dihitung sebagai berikut:
Persentase penyusutan tiap tahun menurut metode
garis lurus, 100% : 10 = 10%.
Persentase penyusutan tiap tahun menurut metode
menurun ganda, 2 x 10% = 20%.
Lanjutan .....
Berdasarkan besarnya persentase penyusutan tersebut, beban penyusutan
mesin tiap periode akuntansi dihitung seperti tampak dalam tabel berikut
ini:
Lanjutan .....
4. Metode Satuan Jam Kerja
Dalam penerapan metode satuan jam kerja (Service Hours
Method), beban penyusutan diterapkan berdasarkan jam
kerja yang dapat dicapai dalam periode yang
bersangkutan.
Beban penyusutan untuk suatu periode dihitung dengan cara
sebagai berikut:
Beban Penyusutan = Jam kerja yang dicapai x Tarif penyusutan tiap jam kerja

Harga Perolehan – Nilai Residu


Tarif penyusutan tiap jam kerja
Taksiran jumlah jam kerja yang dapat dicapai
=
selama masa penggunaan aset tetap
Contoh :
Sebuah mesin diperoleh degan harga Rp200.000.000. Mesin tersebut
disusutkan menurut metode Satuan Jam Kerja. Selama masa
penggunaannya ditaksir dapat dioperasikan sebanyak 80.000 jam,
dengan nilai residu sebesar Rp20.000.000.
Berdasarkan data contoh diatas, tarif penyusutan tiap jam kerja mesin
dihitung sebagai berikut:
Rp200.000.000 – Rp20.000.000
= Rp2.250
80.000
Hasil perhitungan di atas menunjukkan tiap 1 jam mesin dioperasikan,
penyusutan yang harus dibebankan sebesar Rp 2.250.
Apabila selama tahun 2007 mesin dioperasikan sebanyak 7.200 jam dan
tahun 2008 sebanyak 7.600 jam.
Maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut:
Tahun 2007 = 7.200 x Rp 2.250 = Rp16.200.000.
Tahun 2008 = 7.600 x Rp 2.250 = Rp17.100.000.
Lanjutan .....
5. Metode Satuan Hasil Produksi
Penerapan metode hasil produksi (Productive Output Method), sama
dengan penerapan metode satuan jam kerja (jasa) yaitu didasarkan
kepada faktor penggunaan.
Dalam penerapan metode satuan hasil produksi, beban penyusutan
ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam
periode yang bersangkutan.
Beban penyusutan suatu periode adalah hasil kali jumlah satuan produk
yang dihasilkan dengan tarip penyusutan per satuan produk.
Tarip penyusutan atau beban penyusutan per satuan produk, dihitung
sebagai berikut:
Harga Perolehan – Nilai Residu
Tarif penyusutan per satuan produk =
Taksiran jumlah satuan produk yang dapat
dihasilkan selama masa penggunaan aset tetap
Contoh :
Sebuah mesin diperoleh dengan harga Rp 130.000.000. Selama masa
penggunaannya ditaksir dapat menghasilkan 400.000 unit produk.
Taksiran nilai residu sebesar Rp 10.000.000.
Dari data di atas, tarip penyusutan tiap unit produk yang dihasilkan
dihitung sebagai berikut:

Rp130.000.000 – Rp10.000.000
= Rp300
400.000
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, tiap unit produk yang
dihasilkan harus dibebani dengan penyusutan mesin sebesar Rp300.
Apabila selama tahun 2007 produk yang sesungguhnya dihasilkan
sebanyak 38.000 unit dan dalam tahun 2008 sebanyak 42.000 unit.
Maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut:
Tahun 2007 = 38.000 x Rp300 = Rp11.400.000.
Tahun 2008 = 42.000 x Rp300 = Rp12.600.000.
KOMPETENSI DASAR 4

Membukukan Mutasi
Aset Tetap ke Kartu
Aset Tetap
Pencatatan Transaksi Penghentian Aset Tetap
Penghentian aset tetap adalah memberhentikan aset tetap
dari pemakaiannya sehingga tidak digunakan lagi dalam
aktivitas usaha perusahaan.
Dokumen Transaksi Penghentian Aset Tetap :
Bukti penerimaan kas, sebagai bukti transaksi penjualan
aset tetap.
Surat order (perintah) pengeluaran aset tetap, sebagai
bukti pendukung untuk mengeluarkan aset tetap yang dijual
atau disingkirkan.
Bukti memorial, sebagai bukti penghentian aset tetap yang
tidak dikeluarkan dari perusahaan.
Bukti pengeluaran kas, sebagai bukti pengeluaran kas
yang berhubungan dengan penyingkiran aset tetap.
Pencatatan Transaksi Penjualan Aset Tetap
Sebagai contoh:
Kendaraan angkutan AB-215 dengan harga perolehan Rp120.000.000
telah disusut sebesar Rp72.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2008
dijual tunai dengan harga Rp60.000.000.
Perhitungan laba rugi penjualan kendaraan berdasarkan data di atas,
sebagai berikut:
Hasil penjualan Rp60.000.000
Harga buku kendaraan:
• Harga perolehan Rp 120.000.000
• Akumulasi penyusutan kendaraan (Rp 72.000.000)
Harga buku kendaraan Rp48.000.000
Laba penjualan Aset tetap Rp12.000.000
Lanjutan .....
Anggap untuk dokumen transaksi tersebut adalah tembusan bukti
penerimaan kas No. 421, catatan transaksi penjualan kendaraan tampak
pada jurnal berikut ini:
Lanjutan .....
Dengan pos jurnal tersebut, harga perolehan kendaraan yang bersangkutan
akan hilang dari catatan, demikian pula akumulasi penyusutannya seperti
tampak dalam buku besar berikut ini.
Pencatatan Transaksi Penghentian Aset Tetap
Karena Kerusakan
Contoh:
Mesin CB-021 yang diperoleh dengan harga Rp120.000.000 rusak
berat sehingga harus dihentikan dari pemakaiannya. Akumulasi
penyusutan mesin tersebut berjumlah Rp96.000.000. Biaya untuk
pemindahan sebesar Rp2.000.000 dibayar tunai, bukti kas No. 611.
Kerugian akibat pemberhentian mesin pada contoh di atas, dihitung
sebagai berikut:
•Harga buku mesin, Rp120.000.000 – Rp96.000.000 = Rp24.000.000
•Biaya pemindahan Rp 2.000.000
Jumlah kerugian
Rp26.000.000
Lanjutan .....
Transaksi penghentian mesin tersebut, dicatat sebagai berikut:
1.Dalam jurnal pengeluaran kas dengan mendebet akun Rugi
penghentian Aset tetap, kredit akun Kas sebesar Rp2.000.000.
2.Dalam jurnal umum, untuk menghilangkan catatan harga
perolehan Mesin dan Akumulasi penyusutan dengan jurnal
sebagai berikut:
Akumulasi penyusutan mesin Rp96.000.000
Rugi penghentian Aset tetap Rp24.000.000
Mesin Rp120.000.000
Pencatatan Transaksi Pertukaran Aset Tetap
Contoh:
Pada tanggal 5 Januari 2008, PT CITRA JAYA menukar sebuah kendaraan
lama dengan kendaraan baru yang harga pasarnya Rp110.000.000. Kendaraan
lama yang diserahkan diperoleh dengan harga Rp80.000.000 dan telah
disusutkan sebesar Rp30.000.000. Dalam pertukaran tersebut PT.CITRA
JAYA menyerahkan tambahan uang tunai sebesar Rp57.000.000.
Berdasarkan data contoh diatas, laba rugi pertukaran Aset tetap dihitung sebagai
berikut:
Harga perolehan kendaraan lama Rp80.000.000
Akumulasi penyusutan pada saat pertukaran (Rp30.000.000)
Harga buku kendaraan yang diserahkan Rp50.000.000
Harga pertukaran kendaraan lama:
Harga pasar kendaraan baru yang diterima Rp110.000.000
Tambahan uang tunai yang diserahkan (Rp 57.000.000)
Harga pertukaran kendaraan lama Rp53.000.000
Laba pertukaran Aset tetap Rp 3.000.000
Lanjutan .....
Transaksi pertukaran kendaraan tersebut, dicatat sebagai berikut:
1.Dalam jurnal pengeluaran kas dengan mendebet akun Kendaraan
dan kredit akun Kas, masing-masing sebesar Rp57.000.000 (tambahan
uang tunai).
2.Dalam jurnal umum, untuk menghilangkan catatan harga perolehan
Kendaraan yang ditukar dan Akumulasi penyusutannya dengan jurnal
sebagai berikut:
Kendaraan Rp53.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp30.000.000
Laba pertukaran Aset tetap Rp 3.000.000
Kendaraan Rp80.000.000
Penghentian Aset Tetap Karena Habis Masa Penggunaannya
Aset tetap yang telah habis masa penggunaannya, dapat diperlakukan
sebagai berikut:
1.Dijual
Apabila aset tetap yang telah habis masa penggunaannya dijual, selisih
antara hasil penjualan dengan harga bukunya dicatat sebagai laba atau rugi
penjualan aset tetap, seperti yang telah dibahas dimuka.
2.Disingkirkan (dibesi tuakan)
Dalam hal ini harga perolehan dan akumulasi penyusutan aset yang
bersangkutan harus dihilangkan dari catatan pembukuan. Harga buku aset
tetap yang bersangkutan dicatat sebagai kerugian penghentian aset tetap.
3.Diberhentikan dari penggunaannya tetapi tidak dilepas
Dalam hal demikian, akumulasi penyusutan aset tetap yang bersangkutan
harus dikeluarkan dari catatan pembukuan, dengan mendebet akun
akumulasi penyusutan dan kredit akun aset tetap yang bersangkutan. Jika
aset tetap yang bersangkutan masih mempunyai harga buku,
diinformasikan dalam neraca sebagai aset lain-lain.
Penghentian Aset Tetap Karena Habis Masa Penggunaannya
Contohnya :
1. Peralatan kantor yang harga perolehannya Rp 6.000.000 telah
disusutkan Rp 5.000.000 dibesituakan karena telah habis masa
penggunaannya.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut sebagai berikut:
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Rp 5.000.000
Rugi pemberhentian Aset tetap Rp 1.000.000
Peralatan kantor Rp 6.000.000
2. Mesin yang harga perolehannya Rp 100.000.000 dan telah
disusutkan sebesar Rp 90.000.000 diberhentikan dari
penggunaannya.
Jika mesin yang bersangkutan tidak dilepas, jurnal yang diperlukan
sebagai berikut:
Akumulasi penyusutan mesin Rp 90.000.000
Mesin Rp 90.000.000
KOMPETENSI DASAR 4

Membukukan Mutasi
Penyusutan dan
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
Inventarisasi Fisik Aset Tetap
Contoh salah satu bentuk acara pemeriksaan, tampak pada gambar berikut:
Jenis-jenis laporan mengenai aset tetap
 Laporan Aset tetap dalam kondisi rusak
Laporan Aset yang rusak diperlukan untuk pembuatan pertimbangan
dan keputusan manajemen dalam menentukan apakah Aset tetap
diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
 Laporan Aset tetap yang sedang diperbaiki/diservis
Laporan Aset tetap yang sedang diperbaiki disamping memberikan
informasi mengenai kondisi Aset tetap, diperlukan untuk
perencanaan aktivitas perusahaan baik dalam masa perbaikan
maupun setelah selesai perbaikan Aset tetap yang bersangkutan.
 Laporan Aset tetap yang digunakan
Laporan Aset tetap yang digunakan memuat informasi mengenai Aset
tetap dalam kondisi baik atau siap digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan.
 Laporan penyusutan Aset tetap
Laporan penyusutan Aset tetap memuat antara lain besarnya
penyusutan tiap tahun untuk tiap jenis Aset tetap.
Contoh bentuk laporan aset tetap yang digunakan
Contoh bentuk laporan penyusutan aset tetap
Jenis-jenis Aset Tidak Berwujud
 Hak Patent
Hak paten merupakan hak khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada pencipta
barang atau suatu proses pembuatan barang, yang disertai perlindungan secara
hukum dan peniruan atau pemalsuan oleh pihak lain.
 Hak Cipta
Hak Cipta (Copy Rights) adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pengarang,
pencipta lagu/musik atau seniman lainnya untuk menerbitkan/mempublikasikan,
menjual atau mengawasi ciptaannya.
 Waralaba (Franchise)
Waralaba merupakan hak yang diperoleh oleh satu pihak (franchisee) dari pihak lain
(franschisor) untuk menggunakan proses produksi, menggunakan logo franchisor,
dan kemudian menjual hasil produkisi tersebut.
 Merek Dagang
Penggunaan Merek dagang (Trademark) dan nama dagang merupakan hal yang sangat
penting bagi perusahaan yang menggantungkan produknya kepada permintaan
konsumen.
 Goodwill
Goodwill merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang timbul
karena adanya kelebihan dalam beberapa faktor, seperti nama yang terkenal, staf dan
personalia yang berkemampuan tinggi atau lokasi perusahaan yang menguntungkan.
Penyajian Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud
Dalam Neraca
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyajian Aset
tetap dan Aset tidak berwujud dalam neraca adalah sebagai
berikut:
Tiap jenis Aset tetap seperti tanah/hak atas tanah, bangunan dan
lain sebagainya, harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah
atau dirinci pada catatan atas laporan keuangan.
Aset tetap dinyatakan sebesar harga perolehannya, dan
akumulasi penyusutan dinyatakan sebagai pengurang harga
perolehan Aset tetap yang bersangkutan (sebagai offseting
account).
Masing-masing jenis Aset tidak berwujud harus dinyatakan
dalam neraca secara terpisah.
Aset tidak berwujud dalam neraca dinyatakan sebesar nilai
manfaat yang tersisa.

Anda mungkin juga menyukai