Anda di halaman 1dari 9

INTEGRATED DIGITAL

TAXATION SYSTEM

I WAYAN RAHMAN NINDRA WIKANTA


Nim : 18810110
I WAYAN YUDIARTAWAN
Nim : 1881011027
BERKEMBANGNYA perekonomian global
melalui digitalisasi model bisnis menjadi
tantangan tersendiri bagi sistem perpajakan
setiap negara. Keberadaan aset tidak berwujud
dan inovasi berbasis teknologi menimbulkan
permasalahan yang berkaitan dengan
penggerusan basis pajak dan pengalihan laba
Kalana Bayu Suta

Organisation for Economic Coo-peration


and Development (OECD)
Defenisi BUT
Bentuk usaha yang dipergunakan oleh
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
Contoh :
China Corporation adalah sebuah Perusahaan
dari China yang memenangkan tender
pembangunan PLTU di Cilacap. Untuk
membangun PLTU tersebut China Corporation
mendirikan BUT yang akan beroperasi selama
pembangunan PLTU tersebut, sehingga setelah
selesai maka BUT tersebut bubar dan dapat
mengajukan penghapusan NPWP.
Penghindaran Status BUT
properti tidak berwujud :

software, securities, dan goodwill atau aset
tidak berwujud lainya tentu tidak dapat
membentuk BUT (Williams, 2014).
Implikasi, Pajak Industri Pariwisata
Pajak industri pariwisata merupakan pajak
yang berasal dari pemerintah
kabupaten/kota di mana berasal dari pajak
hotel, pajak restoran (rumah makan,
kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya
termasuk jasa boga/katering), dan pajak
hiburan (tontonan film, pagelaran seni,
musik, tari, pagelaran busana, pameran,
diskotek, karaoke, klub malam, refleksi,
pertandingan olahraga)
Retribusi Obyek Wisata
Retribusi obyek wisata merupakan sumber
penerimaan obyek pariwisata yang berasal
dari retribusi karcis masuk, retribusi parkir
dan pendapatan lain-lain yang sah berasal
dari obyek pariwisata tersebut.
Pengaruh Pajak Industri Pariwisata
Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Hipotesis pertama menyatakan bahwa
Hasil pengujian statistik menunjukkan
membuktikan bahwa Pajak Industri
pariwisata berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Tingkat signifikan Pajak Industri Pariwisata
sebesar 0,005 yang lebih kecil dari tingkat
signifikan 0,05 sehingga dapat
Hipotesis kedua menyatakan bahwa
"Retribusi Obyek Wisata memiliki pengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)".
Hasil pengujian statistik menunjukkan
tingkat signifikan Pajak Industri Pariwisata
sebesar 0,03 yang lebih kecil dari tingkat
signifikan 0,05 sehingga dapat membuktikan
bahwa Retribusi Obyek Wisata berpengaruh
positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Roby Cahyadi, 2013)

Anda mungkin juga menyukai