UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
Oleh Hananto Widodo
LIMA PRINSIP DASAR KESEPAKATAN MPR
DALAM PERUBAHAN UUD 1945
1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
2. Tetap mempertahankan susunan negara kesatuan
3. Mempertegas sistem presidensiil
4. Meniadakan Penjelasan UUD 1945 dan
memasukkan hal-hal normatifnya ke dalam pasal-
pasal UUD 1945
5. Perubahan UUD 1945 dilakukan dengan cara
adendum
CIRI-CIRI PRESIDENSIIL
a.Kepala Negara menjadi Kepala Pemerintahan
b. Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR), Pemerintah dan parlemen adalah
sejajar
c. Menteri-menteri diangkat dan bertanggung jawab
kepada Presiden
d. Legislatif dan eksekutif sama-sama kuat
CIRI-CIRI PARLEMENTER
a. Kepala Negara tidak berkedudukan sebagai kepala
pemerintahan karena ia lebih bersifat simbol nasional
(pemersatu bangsa)
b. Pemerintah dilakukan oleh sebuah Kabinet yang
dipimpin oleh seorang Perdana Menteri
c. Kabinet bertanggung jawab kepada dan dapat
dijatuhkan oleh parlemen melalui mosi.
d. (Karena itu) kedudukan eksekutif lebih rendah dari
parlemen.
AMANDEMEN UUD 1945
Amandemen UUD 1945 telah terjadi sebanyak empat
kali.Perubahan pertama tahun 1999. Perubahan Kedua tahun
2000. Perubahan Ketiga tahun 2001 dan Perubahan Keempat
tahun 2002
MENGAPA PEMBUKAAN UUD 1945 TIDAK
BOLEH DI UBAH ?
1. Dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung nilai-nilai
Pancasila dan cita-cita bangsa Indonesia.
2. Pilihan Sistem Perubahan UUD 1945.
3. Persoalan keabsahan naskah UUD 1945 yang akan diubah.
SISTEM PERUBAHAN UUD 1945
1. Sistem yang dianut negara Eropa Kontinental, yakni
jika terjadi perubahan UUD maka yang
diberlakukan adalah UUD yang baru secara
keseluruhan,termasuk Pembukaan
2. Sistem yang dianut negara Anglo Saxon, yakni jika
terjadi perubahan maka UUD yang asli tetap
berlaku. Perubahan terhadap UUD merupakan
bagian atau dilampirkan dalam UUDnya.
INDONESIA MENGANUT YANG MANA ?
Secara formal Indonesia menganut sistem perubahan menurut
Anglo Saxon, tetapi secara esensial Indonesia justru menganut
Eropa Kontinental. UUD 1945 sebelum perubahan terdiri atas
71 butir ketentuan. Setelah amandemen bertambah menjadi
199 butir ketentuan.
NASKAH UUD 1945
Naskah UUD 1945 berdasarkan Berita Republik Indonesia
Tahun II No. 7 Tahun 1946.
Naskah UUD 1945 berdasarkan Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 75 Tahun 1959.
PADA BRI TAHUN II NO. 7 TAHUN 1946
OENDANG-OENDANG DASAR
PEMBOEKAAN
________________
______________DST
BAB
___________
_________DST
PASAL
_____________
________________DST
PADA LNRI NO. 75 TAHUN 1959
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
_________________
___________DST
UNDANG-UNDANG DASAR
BAB I
__________________
_______________DST
PASAL
______________
__________DST
ALASAN DILAKUKAN AMANDEMEN
1. Alasan filosofis = UUD adalah hasil buatan
manusia. Oleh karena itu tidak sempurna.
2. Alasan Historis = UUD 1945 bersifat sementara.
3. Alasan yuridis = MPR belum pernah menetapkan
UUD 1945.
4. Alasan Substantif = Peran eksekutif terlalu besar.
IMPLIKASI AMANDEMEN UUD 1945
TERHADAP SISTEM KETATANEGARAAN RI
1. Kelembagaan Negara
Secara garis besar pasca amandemen UUD 1945 lembaga-lembaga
negara dapat dibagi menjadi dua kategori. Yang pertama dari segi
yuridis dan kedua dari segi teori.
2. Hubungan Tata Kerja antara Presiden dan DPR.
3. Pemilihan dan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
4. Hubungan antar lembaga negara
5. Perubahan Pada Struktur UUD 1945.
6. Lembaga Negara Baru.
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Lembaga-Lembaga Negara dari segi Yuridis dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
yakni MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, MK, KY
2. Lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang, antara lain bank sentral, komisi pemilihan
umum, dsb.
3. Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh
Keppres, antara lain Komisi Hukum Nasional, Komisi
Ombusman Nasional, dan lainnya.
LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Memahami Lembaga-Lembaga Negara dari segi teori, maka
kita harus kembali melihat teori pemisahan/pembagian
kekuasaan mulai dari teori dwipraja sampai sadpraja.
BAGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
PASCA AMANDEMEN
MPR----DPR----DPD----PRESIDEN----KEKUASAAN
KEHAKIMAN (MA&MK)----KY----BPK
KONSEP PEMISAHAN/PEMBAGIAN
KEKUASAAN
Pembagian/pemisahan kekuasaan secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua, yakni pembagian kekuasaan secara
horisontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal
PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA
HORISONTAL
Pembagian kekuasaan secara horisontal melahirkan cabang-
cabang kekuasaan pemerintahan, yakni legislatif, eksekutif dan
yudikatif/yudisial/
PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA
VERTIKAL
Pembagian kekuasaan secara vertikal menghasilkan
bentuk/susunan negara
BENTUK/SUSUNAN NEGARA
Negara Kesatuan
Negara Federal
MENURUT KRANENBURG
Negara Kesatuan jika wewenang secara terperinci terdapat
pada provinsi-provinsi dan residu power ada pada pemerintah
pusat.
Negara federal jika wewenang pemerintah pusat ditentukan
secara terperinci sedangkan wewenang lainnya ada pada
negara-negara bagian.
BENTUK NEGARA INDONESIA ?
Kalau dilihat pada pasal 1 ayat (1) Indonesia adalah negara
kesatuan. Tetapi kalau dilihat pada rumusan pasal 18 ayat (5),
justru Indonesia menganut federal
PASAL 18 AYAT (5)
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
PASAL 10 AYAT (3) UU NO. 32 TAHUN 2004
Urusan pemerintahan yang menjadi urusan
Pemerintah Pusat ;
a. Politik luar negeri
b. Pertahanan
c. Keamanan
d. Yustisi
e. Moneter dan fiskal nasional
f. agama
OTONOMI DAERAH
Pasal 1 angka 6 =
Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
ASAS-ASAS OTONOMI DAERAH
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas pembantuan
DESENTRALISASI
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Pasal 1 angka 7)
DEKONSENTRASI
Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu
TUGAS PEMBANTUAN
Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa,
serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
AJARAN TENTANG OTODA
Ajaran Rumah Tangga Formil
Ajaran Rumah Tangga Materiil