Dari definisi dan unsur-unsur yang disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa Hukum Tata
Negara Darurat berbeda dan harus dibedakan dengan Hukum Tata Negara biasa yang berlaku
dalam keadaan normal. Perbedaan paling mendasar antara keduanya adalah adanya syarat bahaya
yang mengancam yang harus dihadapi dengan upaya luar biasa dalam Hukum Tata Negara
Darurat. Dengan demikian, penanganan Hukum Tata Negara Darurat harus dilakukan dengan
upaya darurat atau luar biasa, dan tidak dapat dilakukan dengan upaya atau penanganan yang
umum dalam keadaan normal.
Alasan mengapa penanganan negara dalam keadaan darurat harus menggunakan upaya luar biasa
dijelaskan dalam unsur kedua di atas, yaitu bahwa pranata yang umum dan lazim tidak memadai
untuk menanggapi dan menanggulangi bahaya yang ada. Oleh karena itu, disadari bahwa
penanganan negara dalam keadaan darurat harus menggunakan upaya luar biasa yang sesuai
dengan situasi yang dihadapi.
Pasal 22 ayat (1) UUD 1945, berbunyi:“Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang”
Penyelenggaraan HTN Darurat selain pada masa Pandemi Covid-19, telah diterapkan dalam
beberapa keadaan genting, antara lain:
1.Penerbitan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1946 tentang Keadaan Bahaya, pada peristiwa
Gerakan Aceh Merdeka,
2.Penerbitan Keppres Nomor 40 Tahun 1957 dan Undang-Undang Nomor 74 tahun 1957, pada
saat pembantaian yang dilakukan oleh Kapten Westerling, Darul Islam/Tentara Islam Indonesia,
PRRI/PERMESTA.
3.Penerbitan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2003 yang menyatakan Provinsi Nanggroe
Aceh Darusalam dalam Keadaan Bahaya dengan tingkatan Darurat Militer.
4.Penerbitan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, pada saat
bencana virus flu burung.
tujuan untuk membentuk HTN Darurat:
1.Adanya pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi;
2.Memberikan kesejahteraan sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan 3.Undang-Undang
Dasar 1945;
Adanya pembagian kekuasaan;
4.Pemerintahan harus berdasarkan undang undang tertulis;
5.Adanya pengadilan administrasi.
Dengan demikian, HTN Darurat dibentuk untuk membatasi dan memberhentikan keadaan
genting tersebut. Hal tersebut wajar dilakukan oleh pemerintah.
Pada awalnya, pemerintahan orde baru melaksanakan pemerintahan yang berorientasi pada
pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tak lama, dibentuklah GBHN oleh
fungsi MPR sebagai dasar melaksanakan pembangunan. Setelah beberapa lama, terjadi
penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 kembali. Penyimpangan terhadap UUD 1945 yang
terjadi pada masa ini, yaitu :
Pemusatan kekuasaan di tangan presiden, sehingga Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)
merajalela, kesenjangan sosial semakin melebar, hutang luar negeri semakin membengkak, dan
krisis multi dimensi terjadi di mana-mana. Lembaga-lembaga negara yang ada dikendalikan oleh
Presiden.
Pembatasan hak-hak politik rakyat. Hal ini dapat terlihat dengan jumlah fungsi partai politik
yang dibatasi menjadi 3 (PPP, Golkar, PDIP) dan kebebasan pers dibelenggu.
Masa pemerintahan Orde Baru berakhir dengan mundurnya Presiden Soeharto 21 Mei 1998
pasca demo besar-besaran yang dipelopori mahasiswa dan menuntut reformasi di segala bidang.
UUD 1945 hasil amandemen adalah UUD 1945 yang telah ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945.
Amandemen tersebut telah diputuskan dalam Rapat Paripurna MPR RI ke-9, 18 Agustus 2000
dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
DPA yang ada pada Bab IV dihapuskan dan diubah subtansinya pada pasal 16, kemudian
ditemmpatkan pada Bab III tentang Kekuasaan Pemerintah Negara.
Kedaulatan ke luar maupun ke dalam diberikan oleh negara bagian kepada negara federal/ negara
serikat. Pemberian kedaulatan atau penyerahan kekuasan itu dengan dengan sebutan limitatif. Ini
juga menegaskan bahwa negara bagian tidak memiliki kedaulatan, tetapi kekuasaan sebenarnya
tetaplah dimiliki oleh negara bagian.
Konstitusi UUDS
keadaan darurat yang diatur dalam Undang-undang dasar sementara (UUDS 1950) yaitu:
Pasal 96
(1) Pemerintah berhak atas kuasa dan tanggung jawab sendiri menetapkan undang-undang
darurat untuk mengatur hal-hal penyelenggaraanpemerintahan yang karena keadaan-keadaan
yang mendesak perlu diatur dengan segera.
(2) Undang-undang darurat mempunyai kekuasaan dan derajat undang-undang; ketentuan ini
tidak mengurangi yang ditetapkan dalam pasal yang berikut.
Pasal 97
(1) Peraturan-peraturan yang termasuk dalam undang-undang darurat, sesudah
ditetapkan, disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat lambatnya pada sidang
mendatang berikut yang merundingkan peraturan ini menurut yang ditentukan tentang
merundingkan usul undang-undang Pemerintah.
(2) Jika suatu peraturan yang dimaksud dalam ayat yang lalu, waktu dirundingkan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan bagian ini, ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat, maka peraturan itu tidak
berlaku lagi karena hukum.
(3) Jika undang-undang darurat yang menurut ayat yang lalu tidak berlaku lagi, tidak mengatur
segala akibat yang timbul dari peraturannya baik yang dapat dipulihkan maupun yang tidak
maka undang-undang mengadakan tindakan-tindakan yang perlu tentang itu.
(4) Jika peraturan yang termaktub dalam undang-undang darurat itu diubah dan ditetapkan
sebagai undang-undang, maka akibat-akibat perubahannya diatur pula sesuai dengan yang
ditetapkan dalam ayat yang lalu.
Kesimpulannya, Indonesia telah memiliki beberapa konstitusi yang telah diterapkan pada saat
situasi darurat. Sementara langkah-langkah ini diperlukan untuk memastikan keamanan dan
stabilitas publik, langkah-langkah tersebut harus diimbangi dengan perlindungan hak-hak
individu dan prinsip-prinsip demokrasi.