Anda di halaman 1dari 108

Pencegahan dan Penemuan Dini Gizi

Buruk pada Balita dan TataLaksana


Gizi buruk Rawat Jalan
Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 1
POKOK BAHASAN 1

PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 2


SUB POKOK BAHASAN 1

a. Prinsip Pencegahan:
SEDINI MUNGKIN
1. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa
remaja dan selanjutnya saat usia subur

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 3


2. Upaya peningkatan kesehatan dan status gizi ibu hamil:
a)Pelayanan antenatal care (ANC) terpadu sesuai standar
b)Penerapan pola hidup sehat dan gizi seimbang
c)Higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan
d)Tidak merokok/tidak terpapar asap rokok.

3. Peningkatan status gizi dan kesehatan, tumbuh kembang serta


kelangsungan hidup anak 
Strategi pemberian makan bayi dan anak yang dilakukan dengan praktik
“Standar Emas Makanan Bayi dan Anak” serta Pemantauan Tumbuh
Kembang dan Pola Asuh yang tepat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4
4. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada balita di tingkat masyarakat

Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan terhadap:


BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB serta lingkar kepala
(LK) dan LiLA (6-59 bulan) DIPLOT PADA GRAFIK PERTUMBUHAN
dan DICATAT DALAM BUKU KIA agar diketahui status
pertumbuhannya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 5


5. Perhatian khusus untuk bayi dan balita dengan faktor risiko kekurangan gizi:
a.Bayi yang lahir dari ibu KEK dan/atau ibu usia remaja, bayi prematur, BBLR,
kembar, lahir dengan kelainan bawaan.
b.Balita dengan infeksi kronis atau akut berulang dan adanya sumber penularan
penyakit dari dalam/luar rumah.
c.Balita dari keluarga dengan status sosioekonomi kurang.
d.Balita berkebutuhan khusus.
e.Balita di lingkungan yang terkendala akses air bersih, dan/atau higiene dan
sanitasi yang buruk.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 6


6) Dukungan program terkait
7) Dukungan lintas sektor
8) Perhatian khusus diberikan kepada baduta yang rentan mengalami gizi
buruk.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 7


b. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi <Usia 6
Bulan
Pencegahan jangka pendek adalah dengan melakukan IMD, memberikan
ASI Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal kehidupan,
pemeriksaan neonatal esensial menggunakan MTBM (bayi muda 0-2 bulan)
dan pemeriksaan balita sakit menggunakan formulir MTBS.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 8


Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

01
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur)

02
Penyakit dan kelainan bawaan

03
Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh
kembang bayi dan gangguan kesehatan ibu setelah
04 melahirkan
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi usia < 6 bulan

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam paket


pelayanan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 10


c. Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59
bulan:

01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita 6-59
bulan:

Pembinaan secara aktif pada keluarga dan masyarakat

01 dengan edukasi tentang pola asuh yang benar pada anak

Pemanfaatan pelayanan kesehatan


02
Penapisan kekurangan gizi pada balita: Penimbangan

03 berkala dan pengukuran LILA

Pemantapan peran lintas sektor dalam memberikan

04 dukungan untuk mencegah kekurangan gizi pada balita


d. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus yang


berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan sedini


mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan primer.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 14


KESALAHAN MENILAI STATUS PERTUMBUHAN

Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini

DIBANDINGKAN

PENILAIAN KADER/ TENAGA


KESEHATAN

ASAL NAIK

15
1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu, yang


disebabkan oleh bertambahnya jumlah sel dalam satu organ dan bertambah
besarnya suatu organ.

BB PB/TB LK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 16


• Pertumbuhan berbeda dengan perkembangan.
- pertumbuhan terjadi pembesaran dan penambahan jumlah sel,
- perkembangan terjadi perubahan fungsi menjadi lebih sempurna

• Perkembangan dipengaruhi oleh pertumbuhan,


Anak yang mengalami gangguan pertumbuhan cenderung juga
mengalami gangguan perkembangan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17


Dua tahun pertama kehidupan adalah periode
kritis bagi anak. Masa ini merupakan kesempatan
emas dalam memenuhi maupun memperbaiki
asupan nutrisi anak agar tercapai tumbuh
kembang yang optimal serta mencegah terjadi
masalah kesehatan di kemudian hari.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 18


Keterkaitan berbagai faktor risiko dan dampak
kekurangan gizi pada 1000 HPK

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 19


2. Penyebab Hambatan Pertumbuhan (Growth Faltering)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 20


Kerangka
hubungan antara
faktor penyebab
kekurangan gizi
pada ibu dan anak

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 21


Faktor risiko terjadinya hambatan pertumbuhan:
Anak Ibu
 Berat bayi lahir rendah (BBLR)  Ibu dengan gangguan kesehatan,
 Kesulitan dalam proses menyusui termasuk kesehatan mental, yang
 Menderita sakit infeksi, baik akut atau dapat mempengaruhi pola asuh anak
kronik  Ibu remaja
 Kelainan kongenital.  Ibu yang terpapar asap rokok saat
 Terlambat memperkenalkan makanan hamil (perokok aktif atau pasif)
padat  Ibu pekerja
 Pemberian makan menurut umur yang
tidak adekuat (kuantitas dan kualitas)

Faktor ekonomi
 Akses ke fasilitas kesehatan yang sulit
 Kesehatan lingkungan dan praktek kebersihan diri yang tidak optimal.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 22
 3. Pemantauan pertumbuhan dan penentuan status gizi dengan indeks
antropometri

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 23


Indeks antropometri Kategori Nilai
BB/PB atau BB/TB Gizi Buruk Skor z <-3,0 SD
Gizi Kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi Baik Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD
Risiko gizi lebih Skor >+1 sampai dengan +2,0 SD
Gizi Lebih (overweight) Skor >+2 sampai dengan +3,0 SD
Gemuk (Obese) Skor > +3,0 SD
     
PB/U atau TB/U Sangat Pendek Skor z <-3,0 SD
Pendek Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z -2,0 SD sampai dengan +3,0 SD
Tinggi Skor z > +3,0 SD
     
LiLA Gizi Buruk <11,5 cm
Gizi Kurang 11,5 – 12,4 cm
Gizi Baik ≥12,5 cm
     
Lingkar Kepala Sangat kecil Skor z <-3,0 SD
Kecil Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Normal Skor z ≥-2,0 SD sampai dengan ≤+2 SD
Sangat besar Skor z ≥-2,0 SD
     
BB/U   Berat badan sangat kurang Skor z <-3,0 SD
Berat badan kurang Skor z -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Berat badan normal Skor z -2,0 sampai dengan +1,0 SD 24
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
4. Pemantauan Pertumbuhan Balita dengan Menggunakan KMS dan Buku KIA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 25


Balita yang tumbuh secara normal akan mengikuti jalur pertumbuhannya,
yang umumnya berada pada atau antara garis standar deviasi +2 dan -2
(+2 hingga -2 SD)

Perhatikan kondisi-kondisi yang mengindikasikan adanya risiko atau telah


terjadi hambatan pertumbuhan, yaitu:
•Garis pertumbuhan balita keluar atau menyimpang dari jalurnya
•Garis pertumbuhan turun atau naik tajam
•Garis pertumbuhan mendatar, misalnya tidak terjadi kenaikan berat atau
panjang/tinggi badan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 26


Sangat penting untuk melihat situasi balita secara keseluruhan
pada saat menginterpretasi arah pertumbuhan di grafik
pertumbuhan. Contoh:
•jika seorang balita mengalami penurunan berat badan saat sakit sebelumnya
dan pada saat pemantauan pertumbuhan berikut ditemukan kenaikan berat
badan cepat (tampak sebagai kenaikan yang tajam pada grafik pertumbuhan),
maka keadaan ini bisa jadi baik dan mengindikasikan adanya proses tumbuh
kejar (catch-up growth).
•jika saat pemantauan pertumbuhan balita gemuk ditemukan berat badan tidak
naik atau sedikit menurun dan garis pertumbuhan mengarah pada garis
median, maka ini mengindikasikan perlambatan pertumbuhan (catch-down)
yang diharapkan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 27


Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau
Menyimpang dari Jalurnya

Garis pertumbuhan balita yang keluar atau menyimpang dari jalurnya mengindikasikan
adanya risiko hambatan pertumbuhan.

Garis pertumbuhan seorang balita diharapkan berada tidak jauh dari jalur SD yang sama
sejak dari awal.

Bila arah jalur pertumbuhan mendekati garis median, bisa jadi perubahan ini baik, namun jika
menjauhi garis median, maka kemungkinan besar mengindikasikan adanya masalah
hambatan pertumbuhan atau risiko terjadi hambatan pertumbuhan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 28


Garis Pertumbuhan Balita keluar atau
menyimpang dari jalur pertumbuhannya
Grafik Pertumbuhan Berat Badan Laki-laki Menurut Umur (umur 0 – bulan)
• Jalur A menunjukkan arah
pertumbuhan balita yang cenderung
berada pada jalur +1 SD dan tidak
menunjukkan adanya risiko
hambatan pertumbuhan

• Jalur B, arah pertumbuhan balita


menyimpang dari jalur pertumbuhan
yang diharapkan. Walaupun garis
pertumbuhan masih median dan -1
SD, namun jalur pertumbuhan balita
ini mengarah ke SD dibawahnya.
Sehingga dapat disimpulkan
berdasarkan arah pertumbuhannya,
maka balita ini mengalami
hambatan pertumbuhan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 29
Garis Pertumbuhan Balita Keluar atau
Menyimpang dariJalur Pertumbuhannya

• menunjukkan garis
pertumbuhan panjang
badan menurut umur
(PB/U) yang
menyimpang/ keluar dari
jalur pertumbuhan dan
memotong standar
deviasi dibawahnya

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30


Garis Pertumbuhan Turun atau Naik Tajam
Perlu mendapat perhatian
•Jika balita baru sembuh dari sakit atau menderita kekurangan gizi, maka
pada saat terapi gizi diharapkan terjadi tumbuh kejar (catch-up growth)
yang terlihat dengan kenaikan tajam berat badan balita.
•Bila bukan karena tumbuh kejar, maka tidak diharapkan adanya kenaikan
berat badan yang tajam. Kenaikan tajam dari jalur pertumbuhan dapat
disebabkan karena perubahan pola pemberian makan yang akan
meningkatkan risiko balita gemuk

•Pada balita dengan kenaikan berat badan yang tajam, perlu dilihat juga
tinggi badannya. Jika kenaikan hanya terjadi pada berat badan tanpa disertai
kenaikan tinggi badan, maka ini menjadi masalah pertumbuhan.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 31
Penurunan garis pertumbuhan berat badan yang tajam untuk balita dengan
status gizi baik atau kurang gizi harus segera diperiksa dan ditangani.
Bahkan pada balita gemuk, tidak seharusnya terjadi penurunan berat badan
yang tajam.
 

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 32


Garis Pertumbuhan Turun atau Naik Tajam
Contoh:
Gambar ini memberikan ilustrasi balita
yang mengalami penurunan berat
badan drastis karena diare pada umur
antara 2 – 3 bulan, sehingga pada
saat pemantauan berat badan pada
umur 3 bulan, arah garis pertumbuhan
berat badan menurun tajam (Titik A).
Setelah proses pemulihan dan
pemberian makan sesuai untuk balita
sakit, maka terjadi tumbuh kejar
(catch up growth) yang ditandai
dengan arah garis pertumbuhan yang
naik tajam (Titik B).
33
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Garis Pertumbuhan Mendatar
Adanya masalah hambatan pertumbuhan.

BB balita tetap, tinggi dan umur balita bertambah  kemungkinan besar


mengalami masalah pertumbuhan.

Bila TB balita tetap sama selama periode waktu, maka balita tidak bertumbuh.

Pengecualian bila balita gemuk atau obese mampu mempertahankan berat


badannya yang sama untuk beberapa waktu hingga mencapai berat badan
menurut panjang/tinggi badan yang lebih baik .

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 34


Garis Pertumbuhan Mendatar
Grafik Pertumbuhan Berat Badan Perempuan Menurut Umur
(umur 0 – bulan)

Titik B: BB naik tapi tidak optimal.


Titik C: BB tidak mengalami
kenaikan.
Pada kondisi seperti ini,
D
E F G walaupun BB/U balita masih
A
B berada di antara median dan -1
SD, bayi ini tetapi mengalami
C
masalah pertumbuhan dan harus
dicari penyebab masalahnya dan
melakukan penanganan yang
tepat. 
Umur (Bln)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 35
Grafik Berat Badan Perempuan Menurut Umur (0 – bulan)
Grafik Panjang Badan Perempuan Menurut Umur (6 – bulan)
3

2
0
• Pada umur 8 bulan, terjadi
Berat Badan (kg)

-1 0
pernurunan berat badan yang tajam
Berat Badan (kg)

-2 karena diare sehingga arah


-2
-3
-3
pertumbuhan berat badan menurut
umur menyimpang dari jalurnya dan
menjauh dari garis median.
• Arah pertumbuhan panjang badan
Umur (Bulan)

Umur (Bulan)
menurut umur juga mulai
menyimpang dari jalurnya.
Grafik Berat Badan Perempuan Menurut Panjang Badan (0 – bulan)
2 • Bila balita ini tidak mendapatkan
1
penangganan yang tepat (termasuk
tepat waktu), maka arah jalur
0

-1
-2 pertumbuhan panjang badan
Berat Badan (kg)

-3
menurut umur akan semakin
menjauhi garis median dan balita
akan menjadi pendek (stunting).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 36


Panjang Badan (cm)
Contoh Lain

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 37


Contoh disamping menggambarkan
status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS:
a.TIDAK NAIK (T); grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan
dibawahnya; kenaikan berat badan <
KBM (<800 g)
b.NAIK (N), grafik berat badan
memotong garis pertumbuhan diatasnya;
kenaikan berat badan > KBM (>900 g)
c.NAIK (N), grafik berat badan
mengikuti garis pertumbuhannya;
kenaikan berat badan > KBM (>500 g)
d.TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
mendatar; kenaikan berat badan < KBM
(<400 g)
e.TIDAK NAIK (T), grafik berat badan
menurun; grafik berat badan < KBM
(<300 g)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 39
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 40
indikasi hambatan pertumbuhan atau risiko terjadinya hambatan
pertumbuhan

RUJUK ke
Layanan Kesehatan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 41


e. Tindak Lanjut Balita Berisiko Gizi Buruk

1. Bayi < 6 bulan


a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U, PB/U,
BB/PB dan LK/U
b. Lakukan penilaian proses menyusui atau pemberian ASI, serta status gizi
dan asupan makan ibu. Lakukan juga penilaian pemberian ASI saat bayi
sakit (bila ada riwayat bayi sakit).
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain, termasuk
penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 42


e. Tindak lanjut sesuai dengan kondisi yang ditemukan, seperti:
• Konseling menyusui
• Konseling gizi bagi ibu menyusui.
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga masalah
teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 43


2. Balita 6 - 59 bulan

a. Lakukan pemeriksaan semua indikator pertumbuhan, yaitu BB/U, PB/U


atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, LK/U, LiLA
b. Lakukan penilaian asupan makan dan pola pemberian makan menurut
umur, termasuk pola pemberian makan saat balita sakit (bila ada riwayat
balita sakit).
c. Lakukan penilaian riwayat imunisasi dan riwayat kesehatan lain, termasuk
penyakit yang diderita.
d. Lakukan juga penilaian faktor risiko lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 44


e. Tindak lanjut:
• Konseling pemberian makan bayi dan anak
• Rujukan ke program kesehatan terkait, misalnya imunisasi, pemberian
vitamin A dan obat cacing (untuk balita ≥12 bulan)
• Konseling stimulasi tumbuh kembang
• Tatalaksana gizi buruk (bagi balita yang teridentifikasi gizi buruk)
• Pemberian PMT untuk balita gizi kurang (bila tersedia).
• Bila ada penyakit atau faktor risiko maka lakukan tatalaksana penyakit
atau faktor risiko sesuai standar.
• Pantau perbaikan masalah pertumbuhan tiap 2 minggu, hingga masalah
teratasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 45


POKOK BAHASAN 2

PENEMUAN DINI GIZI BURUK PADA BALITA

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 46


Penentuan Status Gizi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 47


Menentukan Status Gizi Berdasarkan Antropometri

• Menggunakan indeks PB/U atau TB/U, BB/PB atau BB/TB, IMT/U, dan LiLA.
• Untuk menentukan kurang gizi yang saat ini terjadi (akut), indeks
antropometri yang digunakan adalah BB/PB atau BB/TB dan LiLA.
• Dalam menentukan status gizi balita berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB
dapat menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) yang ada di buku KIA
atau tabel antropometri, yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.
• Alat antropometri yang dibutuhkan adalah alat timbang berat badan, alat ukur
panjang atau tinggi badan dan alat ukur lingkar lengan atas.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 48


Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:

• Semua alat harus diperiksa dan dikalibrasi secara berkala.


• Alat timbang berat badan:
– Untuk bayi, gunakan timbangan bayi dengan ketepatan 10
gram. Umumnya alat timbang bayi mampu menimbang hingga
10 kg, namun ada beberapa alat timbang bayi yang mampu
menimbang hingga berat 20 kg.
– Untuk balita, gunakan timbangan dengan ketepatan 100 gram.
• Alat ukur panjang atau tinggi badan dengan ketepatan 0,1 cm.
• Pita ukur lingkar lengan atas balita dengan ketepatan 0,1 cm.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Hal-hal yang penting untuk diperhatikan:

•Untuk cara pengukuran, pastikan:


̶Selalu mengikuti protokol pengukuran.
̶Berikan petunjuk kepada ibu/pengasuh dan/atau balita yang akan
diukur dengan jelas dan ramah.
̶Untuk keamanan, pastikan pengukur tidak memegang pensil atau
pena saat memegang atau mengukur balita, kecuali untuk memberi
tanda pada lengan saat pengukuran LiLA.
̶Ukur balita satu per satu.
̶Catat hasil pengukuran dengan hati-hati. Pastikan penulisan angka
yang jelas.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 50


Cara Menghitung Umur

• Umur anak perlu diketahui secara pasti. Ada beberapa cara untuk
menentukan umur anak, antara lain dengan menghitung selisih antara
tanggal lahir dan tanggal kunjungan.
• Jika ibu tidak tahu pasti kapan anak dilahirkan, perkirakan umur anak dengan
menghubungkan terhadap peristiwa penting (bulan puasa, lebaran, natal
atau hari kemerdekaan), dapat juga menggunakan kalender lokal.
• Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dianggap 1 bulan
apabila telah genap 30 hari. Contoh:
- umur 25 hari = 0 bulan
- umur 5 bulan 14 hari = 5 bulan
- umur 5 bulan 29 hari = 5 bulan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 51
Langkah Menghitung Umur Anak

 Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya 5
April 2016, ditulis 05-04-2016
 Tulis tanggal kunjungan, misalnya 19 September 2018, ditulis 19-09-2018
 Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal
lahir, misalnya:
 
Tanggal kunjungan 19 09 2018
Tanggal lahir 05 04 2016 -
14 05 2
= 2 tahun 5 bulan 14 hari
 
 Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 bulan = 29 bulan
Sisa hari tidak diperhitungkan
Contoh lain :
Tanggal kunjungan 05 04 2018
Tanggal lahir 19 09 2017

Untuk menghindarkan hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut:

Tanggal kunjungan 05 04 2018


(05+30) (04-1)+12 (2018-1)
35 15 2017
Tanggal lahir 19 09 2017 -

16 06 0
= 6 bulan 16 hari
 
Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan
 
Cara Menimbang Berat Badan Balita

54
JENIS
TIMBANGAN
Menentukan Status Gizi Menggunakan GPA dan
Tabel Standar Antropometri
 Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)
• Dalam Buku KIA terdiri dari 8 macam grafik yang dibedakan berdasarkan jenis
kelamin untuk anak umur 0-2 tahun dan umur 2-5 tahun.
• Untuk tiap kelompok umur terdiri dari 4 macam grafik yaitu BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB atau BB/TB, dan IMT/U.
• Hasil pengukuran akan diplot pada garis grafik untuk setiap indikator pertumbuhan.
• Pada saat memplot di grafik, umur anak diplot pada bulan penuh.
• Angka panjang/tinggi badan dibulatkan menjadi angka tanpa desimal yang terdekat,
misalnya 0,1 s.d 0,4 dibulatkan ke bawah, sedangkan ≥ 0,5 dibulatkan ke atas.
• Tentukan status gizi berdasarkan tabel Indikator Pertumbuhan.
• Bila hasil ploting tepat pada garis Z-score, maka dianggap masuk pada kategori yang
lebih ringan. Sebagai contoh, BB/U tepat pada garis -3, dianggap berat badan kurang
dan bukan berat badan sangat kurang.
Tabel Standar Antropometri
Penentuan status gizi dapat juga menggunakan tabel standar antropometri
yang dibedakan untuk anak laki-laki dan perempuan, antara lain menurut
BB/PB atau BB/TB berdasarkan standar WHO-2005.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 57


Contoh Penentuan Status Gizi
Sebagai contoh menentukan
status gizi anak laki-laki berusia
3 bulan dengan PB 52,5 cm dan
BB 3,0 kg menggunakan
standar WHO-2005.

Dengan mencari PB anak,


kemudian tarik ke arah berat
badan yang sesuai, kemudian
tentukan standar deviasinya
dengan menarik garis diatas berat
badan anak. Anak ini berada pada
-3SD untuk BB/PB nya.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 58


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
dengan Indeks Antropometri

Indeks antropometri yang digunakan yaitu:


a.Berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
Gizi kurang : -3,0 sampai dengan <-2,0 SD
Gizi buruk : <-3,0 SD
b.Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Gizi kurang : 11,5 – 12,4 cm
Gizi buruk : <11,5 cm

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 59


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis
Edema bilateral karena kurang gizi akut mempunyai ciri-ciri:
• Bilateral (ada pada kedua sisi tubuh misal kedua telapak kaki,
kedua tungkai, kedua lengan)
• Mulai dari kedua telapak kaki. Bila semakin berat maka edema
akan juga mengenai kedua tungkai, lengan dan muka. Jika edema
hanya di tungkai atau lengan atau muka, maka edema ini bukan
karena kurang gizi akut
• Tidak sakit ketika ditekan.
• Tidak ada perubahan dalam sehari (misal tidak memburuk di
malam hari dibandingkan pagi hari).

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 60


Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis

Cara pemeriksaan edema bilateral:


•Lakukan pemeriksaan di kedua sisi tubuh, misal
kedua telapak kaki atau kedua tungkai.
•Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian
punggung telapak kaki, bagian bawah kaki atau
tungkai dan hitung hingga tiga detik
•Angkat ibu jari.
•Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua
kaki/ tungkai, ini menunjukan pasien memiliki Tekanselama Bekas
edema. 3 detik tertinggal
•Bekas tekanan mungkin lebih mudah dirasakan
daripada yang terlihat.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 61
Penentuan Status Gizi Balita Kurang Gizi Akut
berdasarkan Gejala Klinis
Klasifikasi edema bilateral

Derajat Deskripsi
Ringan (+) Edema hanya dikedua punggung kaki
Sedang (+ Edema dikedua punggung kaki dan
+) tungkai bawah (dan/atau
tangan/lengan bawah)
Berat (++ Edema meluas di seluruh bagian
+) tubuh (edema anasarka)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 62


Langkah-langkah Penemuan Dini Gizi Buruk pada
Balita Gizi Buruk di Masyarakat
Bila diperlukan dapat dilakukan
sweeping agar cakupan
penimbangan mencapai 100%.
Hal ini dapat dilakukan oleh
kader dan semua komponen
masyarakat lainnya.

Meningkatkan Pengukuran LiLA


akses balita untuk pada anak usia 6-59
ditimbang setiap bulan di tempat
bulan melalui penimbangan bulanan
berbagai titik
penimbangan
Alur Penapisan Balita Gizi Buruk/ Kurang dan
Jenis Layanan yang Diperlukan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 64


Pendekatan Penemuan Balita Berisiko Kekurangan Gizi
Oleh Masyarakat
Penemuan dini kasus berisiko kekurangan gizi akut dengan:
•Pengukuran LiLA (balita 6 – 59 bulan)
•Identifikasi balita dengan hambatan pertumbuhan
•Pemeriksaan edema bilateral.
•Mengenali balita yang kurus.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 66


Balita berisiko gizi kurang atau gizi buruk yang perlu dirujuk adalah:
•Balita (6 – 59 bulan) dengan LiLA kuning (11,5 - <12,5 cm) dan merah (<11,5
cm).
•Balita yang mengalami hambatan pertumbuhan (seperti yang dijelaskan di
atas).
•Balita dengan edema bilateral.
•Balita yang tampak kurus.
•Bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkab karena
faktor bayi maupun faktor ibu.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 67


Penjelasan yang diberikan kepada keluarga bila balita perlu dirujuk
sebagai berikut:
•Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk dapat menjalani rawat
jalan bila: tanpa komplikasi; nafsu makan baik; dan keluarga mampu
merawat balita tersebut dengan bimbingan tenaga kesehatan (petugas
gizi/bidan/perawat).
•Balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk menjalani rawat inap bila:
BB kurang dari 4 kg; ada komplikasi; nafsu makan buruk; dan keluarga
tidak mampu merawat dengan baik.
•Semua bayi usia kurang dari 6 bulan dengan indeks BB/PB kurang
dari -3 SD menjalani rawat inap.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 68


Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
di Layanan Rawat Jalan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 69


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (1)

Balita gizi buruk yang dirawat di layanan rawat jalan dapat


merupakan:
•Kasus baru balita gizi buruk 6 – 59 bulan, termasuk kasus
relaps.
•Rujukan dari layanan rawat inap. Balita gizi buruk yang
memenuhi syarat untuk pindah rawat dari rawat inap ke rawat
jalan untuk melanjutkan perawatan gizi hingga sembuh.
•Kasus lama:
• Masuk kembali setelah drop-out.
• Pindahan dari layanan rawat jalan lain.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 70


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (2)
• Layanan rawat jalan dapat dilakukan di Puskesmas/Pustu.
• Puskesmas/Pustu yang dapat memberikan layanan balita gizi buruk:
– Tenaga kesehatan sudah mendapat pelatihan pencegahan dan
tatalaksana balita gizi buruk.
– Fasilitas kesehatan memiliki logistik yang dibutuhkan, termasuk:
 Alat antropometri (alat ukur panjang/tinggi badan, alat timbang dan
pita LiLA) sesuai standar
 RUTF atau bahan F100
 Home economic set
 Obat-obat rutin (seperti antibiotika, obat cacing) sesuai protokol

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 71


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (3)
Segera lakukan pemeriksaan saat balita gizi buruk yang tampak
sakit dirujuk atau dibawa ke fasilitas kesehatan.

Gunakan pendekatan MTBS untuk menilai tanda bahaya umum


dan kedaruratan medis pada balita sakit.

Bila ditemukan tanda bahaya atau kondisi kedaruratan medis,


lakukan tindakan segera sesuai protokol tata laksana balita gizi
buruk sebelum dilakukan pemeriksaan lengkap dan/atau dirujuk
fasilitas kesehatan lebih tinggi.

Bila tidak ada kondisi kedaruratan medis, lakukan pemeriksaan


lengkap, termasuk pengukuran antropometri, edema bilateral
dan tes nafsu makan sesuai protokol.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 72
a. Konfirmasi Status Gizi

1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur


yang akan dilakukan.

2) Melakukan antropometri dan pitting edema bilateral


a) Timbang berat badan
b) Ukur panjang/tinggi badan
c) Ukur LiLA (6 – 59 bulan)
d) Periksa pitting edema bilateral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 73


KLASIFIKASI KURANG GIZI AKUT
Berdasarkan Indeks Antropometri dan Edema Bilateral

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 74


Melakukan Pengelompokan Kasus

Penentuan balita gizi buruk dirawat di layanan rawat inap atau


rawat jalan berdasarkan:
•Umur
•Hasil pemeriksaan antropometri
•Hasil pemeriksaan pitting edema bilateral
•Hasil pemeriksaan klinis – ada atau tidak komplikasi medis
•Hasil tes nafsu makan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 75


Alur Penapisan Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 76


Alur Penapisan Balita Gizi Buruk

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 77


Layanan Rawat Jalan Balita Gizi Buruk (4)

Salah satu kriteria balita gizi buruk dapat dirawat di layanan


rawat jalan adalah nafsu makan baik.

Lakukan tes nafsu makan sesuai protokol untuk menentukan


apakah balita mempunya nafsu makan baik atau tidak.

Tes nafsu makan dilakukan dengan menggunakan RUTF atau


F100 saat balita pertama kali dirujuk/dibawa ke fasiltas
kesehatan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 78


Pengelompokan Kasus

Balita gizi buruk yang langsung dirawat di layanan rawat


jalan, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Balita 6 – 59 bulan, dengan


• BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan/atau
• LiLA < 11,5 cm dan/atau
• Pitting edema bilateral derajat +1 atau +2, dan
• Nafsu makan baik, dan
• Tanpa komplikasi medis

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 79


b. Prosedur Layanan Rawat Jalan pada Balita
Gizi Buruk
1 2 3 4 5 6 7

Konseling tentang
Pemeriksaan fisik Pemberian obat
cara pemberian RUTF
secara umum dan sesuai hasil
atau F100 dan
khusus pemeriksaan
makanan padat gizi

Mencatat hasil
Anamnesis Pemeriksaan layanan dalam
Menghitung
riwayat penunjang sesuai rekam medis dan
kebutuhan gizi
kesehatan balita indikasi formulir rawat
jalan
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 80
1. Anamnesis kesehatan Balita: riwayat kelahiran, imunisasi,
menyusui dan makan (termasuk nafsu makan), penyakit dan
riwayat keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh,
pernafasan, nadi.
-Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS.
3. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 81


4) Melakukan pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan:
-Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita
masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis
infeksi:Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5
hari.
-Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C.
Bila demam >39°C rujuk balita ke rawat inap. Memberikan
penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada
pengasuh.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 82


Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk

Jumlah zat gizi yang


diperlukan sebagai Pemenuhan kebutuhan gizi
terapi gizi: dapat diperoleh dari:

Energi: 150-220 •Ready To Use Therapeutic


kkal/kgBB/hari Food (RUTF) atau F100
Protein: 4-6 g/kgBB/hari SERTA
Cairan: 150-200 •makanan padat gizi
ml/kgBB/hari

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 83


Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (1)
Bila dengan RUTF
• Siap dimakan
• Padat gizi setara dengan F100
• Diperkaya dengan vitamin dan mineral
• Untuk balita gizi buruk ≥ 6 bulan (rekomendasi WHO)

Jumlah kebutuhan RUTF (500 kcal/92 g atau 1 bungkus) per kg berat badan balita
Berat badan balita (kg) Paket per hari Paket per minggu Kkal per hari
3,5 – 3,9 1½ 11 750
4,0 – 5,4 2 14 1.000
5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
≥ 12 5 35 2500
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 84
Kebutuhan Gizi Balita Gizi Buruk (2)
Bila dengan F100

• Beri F100 dalam bentuk kering (susu, gula, minyak) untuk 2


hari, karena hanya dapat bertahan 2 x 24 jam (suhu ruang).

• Mineral mix diberikan terpisah.

• Pada tahap awal, balita dengan BB < 7 kg hanya diberi F100.


Bila BB ≥ 7 kg, maka dapat diberikan 2/3 dari total kebutuhan
kalori berupa F100, sisanya diberikan berupa makanan yang
mengandung tinggi protein hewani dan tinggi energi/minyak.

Tenaga kesehatan membantu ibu/pengasuh mencampur larutan mineral mix


ke dalam bahan F100

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 85


Suplementasi Zat Gizi Mikro (1)
Vitamin A
TANDA DEFISIENSI VITAMIN A ATAU RIWAYAT CAMPAK
Penggunaan DALAM 3 BULAN TERAKHIR
Tidak Ya
Tidak diberikan suplementasi
Bila dengan RUTF Vitamin A dosis tinggi
Vitamin A dosis tinggi.
sesuai umur (3 kali)
Hari ke-1, ke-2 dan
Vitamin A dosis tinggi (1 kali)
Bila dengan F100 ke-15).
- hari ke-1 sesuai umur.

Jika tidak tersedia kapsul Vitamin A dosis tinggi dapat diberikan Vitamin A
dosis 5000 SI per hari selama proses pemulihan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 86


Suplementasi Zat Gizi Mikro (2)

Penggunaan Asam Folat Multivitamin

Tidak perlu diberikan karena RUTF sudah mengandung


Bila dengan RUTF
vitamin dan mineral dengan jumlah yang cukup.

5 mg pada hari pertama, Vitamin C dan vitamin B


Bila dengan F100 dan selanjutnya 1 mg/hari kompleks

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 87


Suplementasi Zat Gizi Mikro (3)
Suplementasi Zat Besi menurut Berat Badan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 88


Kontrol Rutin pada Layanan Rawat Jalan

Pada saat balita sudah mencapai status gizi baik (BB/TB ≥ -2 SD)
maka pemantauan pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap bulan

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 89


Kunjungan
Minggu ke Jenis kunjungan
Minggu 1 Kunjungan awal/ke-1
Minggu 2 Kunjungan ke-2
Minggu 3 Kunjungan ke-3
Minggu 4 Kunjungan ke-4
Minggu 5 Kunjungan ke-5
Minggu 10 Kunjungan ke-10
Minggu 12, dst.. Kunjungan ke-12, dst..
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 90
Prosedur Kunjungan Ulang (1)
Tindakan Kunjungan ke-2, ke-3, ke- Kunjungan ke-1, ke-5,
4, ke-6, ke-7, dst. ke-9 dst*
Antropometri:
Berat badan √ √
LiLA √ √
Tinggi Badan √
Lingkar Kepala √
Cek pitting edema bilateral √ √
Kondisi klinis √ √
Tes nafsu makan (RUTF) √ √

*) Tentukan z-score BB/PB atau BB/TB

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 91


Prosedur Kunjungan Ulang (2)
Penilaian kemajuan terapi
•Kenaikan berat badan cukup
•Bila ada edema, maka edema berkurang atau hilang
•Kondisi klinis lainnya membaik

PENILAIAN KENAIKAN BERAT BADAN


• Kurang: kenaikan BB < 5 g/kg BB/hari
• Cukup: kenaikan BB 5-10 g/kg BB/hari
• Baik: kenaikan BB > 10 g/kg BB/hari
ATAU
• Kurang: kenaikan BB < 50 g/kg BB/per minggu
• Baik: kenaikan BB ≥ 50 g/kg BB/per minggu

Balita gizi buruk dengan edema bilateral mungkin akan terjadi penurunan berat
badan pada minggu awal karena berkurang atau hilangnya cairan edema
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 92
Contoh cara menghitung kenaikan rata-rata
berat badan per minggu
Berat badan saat ini = 9,0 kg = 9000 g
Berat badan awal (7 hari lalu) = 8,5 kg = 8500 g

Langkah 1.
Hitung kenaikan BB dalam gram = 9000 – 8500 = 500 g
 
Langkah 2.
Hitung BB rata-rata dalam periode 7 hari (1 minggu) dalam kg = (9000 + 8500) ÷ 2 =
8750 g  8,75 kg 

Langkah 3.
Bagi kenaikan rata-rata BB per hari dengan BB rata-rata dalam kg =
500 g/minggu ÷ 8,75 kg = 57,1 g/kg per minggu.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 93


Prosedur Kunjungan Ulang (3)
Hitung ulang kebutuhan RUTF atau F100 sesuai dengan berat
badan terakhir.

Balita gizi buruk dengan edema mengalami penurunan BB saat


edema berkurang, maka untuk perhitungan kebutuhan RUTF
atau F100 menggunakan BB awal.

Pastikan pemberikan obat-obatan rutin dan layanan kesehatan


lainnya (misalnya imunisasi) sesuai dengan protokol.

Catat jumlah RUTF atau F100 yang diberikan saat kunjungan


dan jumlah sisa jika balita belum habis jatah RUTF atau F100
dari kunjungan sebelumnya.

Keluarga mendapat konseling pemberian makanan balita sesuai


umur/kebutuhan kalori dan pentingnya melakukan stimulasi tumbuh
kembang.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 94
Keluar Rawat Jalan (1)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


95
Keluar Rawat Jalan (2)
Kriteria keluar rawat jalan (selama 2 minggu berturut atau 2 kunjungan)
a)Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk
perawatan), dan
Status gizi saat masuk Status gizi saat keluar
LiLA <11,5 cm LiLA 12,5 cm atau lebih
BB/PB atau BB/TB <-3 SD BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
LiLA <11,5 cm
LiLA 12,5 cm atau lebih (≥12,5 cm) dan
dan
BB/PB atau BB/TB ≥-2 SD
BB/PB atau BB/TB <-3 SD

b) Tidak ada edema bilateral, dan


c) Kondisi klinis membaik.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 96


Tindakan Sebelum Balita Keluar dari
Layanan Rawat Jalan
Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hasil
1 layanan rawat jalan
Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai <24 bln) dan
2 makanan keluarga untuk balita ≥ 24 bulan, cara penyiapan
dan pengolahan makanan

3 Bila balita mendapatkan RUTF, maka berikan 7 bungkus


RUTF sebagai jatah terakhir

Pastikan pengasuh memahami cara meneruskan


4 pemberian RUTF atau F100 untuk balita
Minta ibu untuk menganjurkan orangtua, teman-teman dan
5 keluarga balita yang menderita gizi buruk atau edema,
mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk

6 Lengkapi kartu Penerimaan Layanan Rawat Jalan dan anjurkan untuk


melengkapi imunisasi
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 97
Hal-Hal yang Dievaluasi

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 98


Penilaian Hasil Layanan Rawat Jalan

Pada saat pemantauan dan penilaian kemajuan layanan rawat jalan,


perlu diperhatikan kondisi terkait:
•Klinis
•Antropometri
•Edema bilateral
•Respon
•Nafsu makan
Kemudian hasil dievaluasi, apakah ada perkembangan yang baik
atau lambat. Jika ada keterlambatan harus dicari penyebabnya.
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 99
Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (1)
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Berat badan Berat badan turun tetapi Berat badan turun dan nafsu makan
nafsu makan baik buruk/tidak ada nafsu makan

Berat badan tetap atau naik Berat badan tetap atau naik tapi tidak
tapi tidak sesuai yang sesuai yang diharapkan (kurang dari
diharapkan (kurang dari 50g/kgBB per minggu) setelah 3
50g/kgBB per minggu minggu mendapatkan terapi gizi dan
selama 2 minggu berturut- telah dilakukan kunjungan rumah
turut) dan nafsu makan baik

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 100


Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (2)
Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Edema bilateral Edema bilateral tidak  Timbulnya edema bilateral baru


berkurang pada kunjungan  Peningkatan derajat edema bilateral
minggu ke-2 menjadi derajat +3
 Tidak ada perbaikan pada edema
bilateral pada kunjungan minggu
ke-2

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 101


Kondisi-Kondisi Penting yang Perlu Diperhatikan
Saat Pemantauan (3)

Tanda Lakukan Kunjungan Rumah Lakukan Rujukan

Nafsu Makan Makan <75% RUTF dalam Tidak ada nafsu makan atau tidak bisa
seminggu makan
Minum <80% F100 dalam
seminggu
Tidak ada Jika setelah 3 bulan mendapat terapi
respons (Tidak gizi di layanan rawat jalan namun tidak
sembuh) mencapai kriteria sembuh, maka rujuk
untuk pemeriksaan lengkap

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 102


Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (1)
Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut
lingkungan rumah
Balita melewatkan satu kunjungan atau drop out Lakukan kunjungan rumah untuk
(absen pada dua kunjungan berturut-turut) mengindentifikasi penyebab ibu/pengasuh tidak
  membawa balita untuk kunjungan ulang dan
Ada penolakan dari keluarga untuk membawa bersama-sama mencari solusi.
anak ke layanan rawat inap, atau balita keluar
dari layanan rawat inap.

Ada kesulitan makan (misalnya karena kelainan Identifikasi penyebab dan lakukan konseling
bawaan) sesuai dengan penyebab kesulitan makan. Bila
perlu lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi.
103
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (2)

Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut


lingkungan rumah
Nafsu makan buruk/tidak ada, karena ada Lakukan rujukan untuk pemeriksaan lengkap
masalah kesehatan (misalnya diare, HIV, TB, sesuai indikasi. Berikan pengobatan sesuai
dll) dengan standar untuk masalah kesehatan yang
  teridentifikasi.

Lakukan konseling, termasuk konseling cara


pemberian obat dan kebersihan diri serta
sanitasi lingkungan.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 104


Kemungkinan Penyebab Kemajuan yang Lambat
pada Layanan Rawat Jalan (3)
Penyebab terkait dengan balita dan Tindak Lanjut
lingkungan rumah
Balita tidak diberi RUTF dan F100 sesuai Lakukan konseling untuk ibu/pengasuh dan
dengan frekuensi dan dosis, pengasuh tidak anggota keluarga lain tentang pentingnya
mempraktikkan pemberian makan sesuai pemberian RUTF atau F100 untuk pemulihan
anjuran. balita gizi buruk.
 
Pengasuh memberi makanan lain pada anak RUTF atau F100 hanya boleh diberikan pada
sebelum anak menghabiskan semua RUTF atau balita gizi buruk sesuai dengan dosis dan
F100 petunjuk petugas kesehatan.
   
RUTF atau F100 dimakan bersama anggota  
keluarga lain
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 105
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 107
Pencatatan dan Pelaporan Layanan Rawat Jalan

Layanan rawat jalan juga melakukan pencatatan kegiatan kunjungan rumah


dan tindak lanjut yang dilakukan
108
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 109

Anda mungkin juga menyukai