Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PERSAINGAN USAHA

MEN WIH WIDIATNO, S.H., S.Kom., M.M., M.Kn

Sesi 3
PERJANJIAN YANG DILARANG
Bag. 1

www.esaunggul.ac.id
PROFIL DOSEN
NAMA MEN WIH WIDIATNO, S.H., S.Kom., M.M., M.Kn.
NOMOR DOSEN 7224
NOMOR HP 087776330101
EMAIL menwih@esaunggul.ac.id

www.esaunggul.ac.id
PENGERTIAN PERJANJIAN
UU Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pasal 1 angka 7 :
Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk
mengikatkan diri terhadap satu atau lebih usaha lain dengan nama
apa pun, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Tujuan dan Latar Belakang UU


• Menjaga kepentingan umum
• Meningkatkan efisiensi ekonomi
• Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
• Mencegah praktek monopoli dan persaingan curang

www.esaunggul.ac.id
PERJANJIAN YANG DILARANG
• Trust (ps.12)
• Oligopoli (ps.4)
• Oligopsoni (ps.13)
• Penetapan Harga(ps. 5-8)
• Integrasi vertikal (ps.14)
• Pembagian wilayah (ps.9)
• Perjanjian tertutup (ps.15)
• Pemboikotan (ps.10)
• Perjanjian dengan pihak
• Kartel (ps.11) luar negeri (ps.16)

 Perjanjian Horizontal : dilakukan diantara pelaku usaha yang saling bersaing


contohnya: kartel, penetapan harga, persekongkolan tender.
 Perjanjian Vertikal : dilakukan diantara pelaku usaha yang saling memiliki
keterkaitan usaha
contohnya: resale price maintenance (RPM), exclusive distribution, exclusive
dealing, tie-in sale.

www.esaunggul.ac.id
PENGECUALIAN (Psl. 50)
• Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-
undangan;atau
• Perjanjian yang berkaitan dengan HAKI; atau
• Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan
atau menghalangi persaingan; atau
• Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk memasok
kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah
diperjanjikan; atau
• Perjanjian kerjasama penelitian untuk meningkatkan atau perbaikan standar hidup masyarakat
luas; atau
• Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah RI; atau
• Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak mengganggu kebutuhan
dan atau pasokan pasar dalam negeri; atau
• Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau
• Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggotanya.
• Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara diatur dengan UU dan diselenggarakan oleh BUMN dan atau badan
atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah.

www.esaunggul.ac.id
OLIGOPOLI
(PASAL 4)

1. Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku


usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-
sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1),
apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima
persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

www.esaunggul.ac.id
OLIGOPOLI
(PASAL 4)

• Penguasaan produksi
Contoh: produksi dari tepung terigu dikuasai penuh oleh bogasari, sehingga
produsen mie instant hanya bisa mendapatkan stock dari bogasari
• Pemasaran barang atau jasa
contoh: barang berupa teh botol, tidak boleh hanya dikuasai oleh perusahaan sosro
saja, tapi perusahaan lain juga bisa memproduksi jenis barang tersebut
• Menguasai >75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu

• Dalam buku Ekonomi Mikro karya Sigit Sardjono, pasar oligopoli merupakan keadaan di mana
hanya sedikit penjual, sehingga tindakan seorang perodusen akan mendorong produsen
lainnya.
• menurut Alam S. dalam buku Ekonomi, pasar oligopoli merupakan pasar di mana penawaran
satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Jumlah perusahaan pada pasar
oligopoli umumnya lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh.

www.esaunggul.ac.id
KARAKTERISTIK PASAR OLIGOPOLI
1. Dijalankan Dua Produsen atau Lebih
Ciri-ciri pasar oligopoli yang pertama adalah dijalankan dua produsen atau lebih. Sedangkan
batas jumlahnya adalah kurang dari sepuluh produsen atau pihak penyedia barang.
Karena ciri-ciri inilah pasar jenis ini disebut persaingan tidak sempurna disebabkan jumlah
produsen yang menjual produk sangat sedikit. Tentu berbeda dengan produsen teknologi
yang jumlahnya banyak sehingga persaingannya juga maksimal.
2. Produk yang Dijual Homogen dan Saling Menggantikan
Ciri-ciri pasar oligopoli yang kedua adalah produk yang dijual homogen dan bisa saling
menggantikan. Salah satu contohnya adalah produk rokok. Yang mana produk yang dijual
hanya satu rokok, tetapi variasi produknya banyak.
Selain itu, rokok yang dianggap tidak laris di pasaran bisa digantikan oleh rokok yang lainnya.
Karena alasan inilah, produk rokok disebut produk yang dipasarkan di pasar jenis ini.
3. Kebijakan Produsen Utama sebagai Acuan Produsen Lainnya
Di dalam pasar oligopoli kebijakan produsen utama menjadi acuan produsen lainnya
(produsen cabang). Oleh karena itu, pihak produsen cabang hanya menjalankan saja
kebijakan tersebut.
Yang termasuk ke dalam kebijakan produsen utama yang harus diikuti produsen lainnya
adalah penarikan produk lama dan digantikan oleh produk yang baru. Termasuk juga
pergantian fungsi, harga, dan rasa dari produk

www.esaunggul.ac.id
KARAKTERISTIK PASAR OLIGOPOLI
4. Harga Barang di Pasar Relatif Sama
Ciri-ciri yang selanjutnya adalah harga barang di pasar relatif sama. Sekalipun ada perbedaan,
selisihnya tidak terlalu besar. Misal, harga sabun merek A di toko Intan harganya tidak akan
jauh berbeda dengan harga sabun merek yang sama di Toko Barokah.
Ini disebabkan oleh kebijakan naik turunnya harga ditentukan oleh produsen utama. Sehingga
produsen yang di bawahnya akan menyesuaikan dengan harga-harga tersebut. Karena jumlah
produsennya tidak terlalu banyak, tentu selisih harga yang muncul di pasaran juga tidak
terlalu besar.
5. Produsen Baru Kesulitan Masuk Pasar
Produsen baru akan sangat kesulitan untuk memasuki pasar oligopoli. Karena produsen yang
lama sudah eksis dengan cara memainkan harga agar konsumen tidak berpindah.
Sedangkan produsen baru tentunya tidak akan bisa mengejar eksistensi tersebut. Memang
perusahaan bisa memberikan harga murah, tetapi sebagai usaha baru tentu sangat riskan.
Karena keuntungan yang didapatkan sangat kecil.
6. Membutuhkan Strategi Pemasaran yang Matang
Ciri-ciri terakhir jenis pasar ini adalah membutuhkan strategi pemasaran yang matang.
Karena produk yang dipasarkan homogen dengan jumlah produsen yang sedikit.
Dikhawatirkan jika sosialisasi pasar tidak dilakukan dengan intensif, konsumen akan
berpindah ke produk lain.
Oleh sebab itu, promosi atau strategi marketing perlu untuk dijalankan dengan baik. Karena
ini yang menentukan produk masih beredar atau malah tenggelam
www.esaunggul.ac.id
PENETAPAN HARGA
(PASAL 5 - 8)

• Pasal 5
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas mutu suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
a. suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b. suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.

• Pasal 6 : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu
harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain
untuk barang dan atau jasa yang sama.
• Pasal 7 : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat.
• Pasal 8 : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang membuat
persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali
barang dan atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang
telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

www.esaunggul.ac.id
Penetapan Harga
(pasal 5-8)

www.esaunggul.ac.id
PEMBAGIAN WILAYAH KERJA
(PASAL 9)

• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya


• yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar
• terhadap barang dan atau jasa
• sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

• Perjanjian dapat bersifat vertikal atau horizontal.


• Perjanjian ini dilarang karena pelaku usaha meniadakan atau mengurangi persaingan dengan
cara membagi wilayah pasar atau alokasi pasar.
• Wilayah pemasaran dapat berarti wilayah negara Republik Indonesia atau bagian wilayah
negara Republik Indonesia misalnya kabupaten, provinsi, atau wilayah regional lainnya.
• Membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar berarti membagi wilayah untuk memperoleh
atau memasok barang, jasa, atau barang dan jasa, menetapkan dari siapa saja dapat
memperoleh atau memasok barang, jasa, atau barang dan jasa.

www.esaunggul.ac.id
BOIKOT
(PASAL 10)

(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang dapat
menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, untuk menolak
menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut:
a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; atau
b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau jasa
dari pasar bersangkutan.

kata pemboikotan berasal dari serapan Bahasa Inggris “boycott” yang mulai digunakan sejak
“War Land” di Irlandia pada sekitar 1880. Kata pemboikotan berasal dari nama Captain Charles
Boycott, seorang agen tanah (estate agent) Inggris yang mengelola berbagai perkebunan di
Irlandia untuk tuan tanah Earl Erne. Dari sinilah selanjutnya berkembang makna pemboikotan
sebagai
suatu tindakan untuk tidak menggunakan, membeli, atau berurusan dengan seseorang
atau suatu organisasi sebagai wujud protes atau sebagai suatu bentuk pemaksaan.

www.esaunggul.ac.id
KARTEL
(PASAL 11)

• Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya,


• yang bermaksud untuk mempengaruhi harga
• dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa,
• yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.

Konsep dan Definisi Kartel


Suatu kartel terjadi apabila suatu kelompok perusahaan dalam suatu industri tertentu yang
seharusnya bersaing satu sama lain, tetapi mereka setuju untuk melakukan koordinasi
kegiatannya dengan mengatur produksi, pembagian wilayah, kolusi tender dan kegiatan-kegiatan
anti persaingan lainya, sehingga mereka dapat menaikkan harga dan memperoleh keuntungan di
atas harga yang kompetitif.
Pada umumnya kartel dilakukan secara diam-diam, Namun demikian tidak tertutup kemungkinan
suatu kartel dilakukan secara terang-terangan seperti yang dilakukan oleh OPEC.

www.esaunggul.ac.id
KARTEL
(PASAL 11)
Dampak Kartel
Secara umum para ahli sepakat bahwa kartel mengakibatkan kerugian baik bagi perekonomian
suatu Negara maupun bagi konsumen.
1. Kerugian bagi Perekonomian Suatu Negara
a. Dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi alokasi.
b. Dapat mengakibatkan terjadinya inefisiensi produksi.
c. Dapat menghambat inovasi dan penemuan teknologi baru.
d. Menghambat masuknya investor baru.
e. Dapat menyebabkan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan tidak kondusif dan
kurang kompetitif dibandingkan dengan negara- negara lain yang menerapkan sistem
persaingan usaha yang sehat.
2. Kerugian bagi konsumen
f. Konsumen membayar harga suatu barang atau jasa lebih mahal daripada harga pada
pasar yang kompetitif.
g. Barang atau jasa yang diproduksi dapat terbatas baik dari sisi jumlah dan atau mutu
daripada kalau terjadi persaingan yang sehat diantara para pelaku usaha.
h. Terbatasnya pilihan pelaku usaha

www.esaunggul.ac.id
Terima Kasih

www.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai