Anda di halaman 1dari 43

PENANGANAN KLINIK BHAYANGKARA MEDIKA 14

PERTAMA dr. NOVTIARA DWITA PUTRI

LAKA LANTAS
CURRICULUM VITAE

Nama : dr. Novtiara Dwita Putri


TTL : Bengkulu, 06-11-1994
Alamat : Jln. Hibrida 10, Kota Bengkulu
Pekerjaan Sekarang : - Dokter ASN POLRI0Polda Bengkulu (Polres Benteng)
(2022- skg)
- Dokter Mitra RS. Bhayangkara Bengkulu (2021-skg)
- Dokter Klinik Lovely Beauty Center BKL (2022-skg)
- Fasilitator F.Kedokteran UNIB (2022-skg)
Riwayat Pekerjaan : - Internship RSUD Karawang Jawa Barat (2019-2020)
- Dokter BPSDM Kemang Bogor (2020)
- Dokter Nusantara Sehat RSDC Wisma Atlet (2020-2021)
- Dokter NSI Puskesmas Muara Langkap Kepahiang (2021)
Pelatihan : - Advanced Cardiac Life Support dan BCLS (2019)
- HIPERKES (Higene Perusahaan&Kesehatan Kerja) (2019)
- BICC (Basic Intensive Care Course) (2020)
- CODE-Red (2020)
PRINSIP
Evakuasi
Evakuasi merupakan perpindahan
korban ke tempat yang lebih aman
dan memiliki fasilitas yang
memadai, untuk menghindari cedera
lebih lanjut, menyelamatkan jiwa,
dan membantu proses
penyembuhan.
Aspek-Aspek Evakuasi

1. Safety
Dalam melakukan transportasi keamanan Memakai Handsconn
lingkungan, korban, dan diri sendiri selalu
jadi perhatian pertama. Keamanan
didapatkan dengan mempersiapkan alat
pelindung diri yang memadai, peralatan
yang akan digunakan, hingga kekuatan kita
sendiri. Jangan lupa juga tentang
keselamatan korban dan orang-orang
sekitar. Tempatkan Posisi Korban Rata
dan Aman
2. Mobility
Pada saat melakukan evakuasi,
penolong harus mengetahui jarak,
waktu, rute, hingga rintangan
menuju lokasi yang dituju. Penolong
dan alat yang digunakan harus
Response Airway
memadai untuk melakukan
perpindahan.

3. Medical Condition
Ketika akan mengevakuasi, pastikan
RABC korban sudah dalam keadaan
baik, perdarahan sudah ditangani,
fraktur sudah diimobilisasi.
Breathing Circulation
CIDERA SERVIKAL:
◦ Pastikan kepala pasien aman (tidak terjuntai), posisi setara atau lebih tinggi dari
tubuh.
◦ Ushakan pergerakan daerah kepala sangat minimal
Klasifikasi
 Teknik Evakuasi dengan Penolong 1 Orang
1. Ankle Drag

Metode ini sebenarnya yang


paling dihindari karena memiliki
risiko cukup besar. Boleh
dilakukan jika permukaan rata
dan tidak ada barang-barang di
sekitar daerah transpor.
Perhatikan posisi tangan dan
kepala korban, jangan sampai
keduanya rawan menabrak
sesuatu.
2. Shoulder Drag

- Lebih dipilih daripada ankle


drag karena pada tekniknya
sekaligus dengan
memfiksasi kepala korban
- Membawa pasien dengan
metode ini akan kebih
menguras energi karena
terjadi perubahan posisi
penolong (jongkok,
bungkuk, setengah berdiri)
terus menerus
3. Blanket Pull

- Dilakukan dengan cara


menyeret korban. Tidak
harus menggunakan selimut,
bisa dengan barang lain
yang menutupi bagian tepi
(bagian yang terkena
permukaan dasar alas) tubuh
korban.
- Punggung penolong harus
tetap lurus
4. Fireman Drag

- Teknik ini menjadi


preferensi ketika
mengevakuasi pada
daerah sempit,
pendek, kecil, dan
kebakaran.
- Dilakukan dengan
memfiksasi lengan
korban
5. Craddle Lift

- Kekuatan penolong
mutlak harus lebih dari
kekuatan korban.
- Teknik: tangan
penolong berada di
punggung dan bawah
lutut
6. Pack-strap Carry

- Teknik: penolong berjalan


agak bunguk. Tangan
korban disilang, lengan
korban sedekat mungkin
dengan dada penolong
- Metode ini dapat
digunakan untuk
mengangkat korban jarak
jauh, tetapi harus melihat
proposi tubuh dimana
penolong harus lebih tinggi
dari korban.
7. Firefighter Carry

- Dapat dilakukan jika korban tidak


memiliki cedera vertebra.
- Teknik yang paling dipilih untuk
evakuasi jarak jauh. Satu tangan
yang bebas dapat lebih leluasa
sehingga bisa digunakan untuk
membuka pintu, menggeser
barang, meminta jalan, dll.
- Teknik: Tangan penolong
mengikat tungkai korban, korban
ditumpu di satu bahu
 Teknik Evakuasi dengan Penolong 2 Orang
1. Person drag/human crutch

- Bisa dilakukan pada korban


yang sadar atau tidak sadar.
- Perpindahannya dilakukan
dalam satu komando, misal:
“luar, dalam, luar, dalam,
dst”
- Teknik: memegang pinggang
korban untuk membantu
mengangkat, kemudian kaki
korban ditempatkan di atas
kaki penolong
2. Two Handed Seat
- Metode ini bisa
digunakan baik oleh
pasien yang sadar
maupun tidak, dan
untuk menempuh jarak
yang jauh
- Teknik: posisi tangan
menggenggam
pergelangan tangan
penolong lainnya,
memfiksasi korban di
ikat
pinggangnya/bagian
pinggang
3. Four Handed Seat

- Metode ini hanya bisa digunakan


oleh pasien sadar karena dia harus
berpegangan pada penolong agar
stabil. Biasanya, digunakan pada
jarak dekat.
- Teknik: posisi tangan menggenggam
pergelangan tangan penolong
lainnya. Punggung korban dan
penolong diusahakan tetap lurus
4. Chair Carry

- Berbeda dengan sebelumnya,


metode ini menggunakan kursi
yang kokoh. Dapat dilakukan
ketika mengevakuasi naik-turun
tangga, dan dalam jarak jauh
- Pastikan korban tidak mengalami
cedera servikal atau cedera
punggung
5. Extremity Lift

- Pastikan korban tidak


mengalami cedera servikal
atau tungkai.
- Teknik: posisikan tubuh
korban sedekat mungkin
dengan tubuh kita, fiksasi
tangan korban dengan cara
menyilangkan
- Teknik ini biasanya digunakan
untuk transportasi jarak dekat.
 Teknik Evakuasi dengan Penolong 3 Orang

1. Hammock Carry
- Pada metode ini, penolong berada di kedua
sisi korban (bisa lebih dari 3 orang).
- Penolong terkuat berada di sisi yang paling
sedikit jumlah penolongnya atau pada
abdomen korban (beban tubuh terbanyak)
- ada yang melakukan fiksasi kepala pada
korban, serta komando ada di penolong
bagian kepala.
- Tangan penolong di celah anatomis korban
dan saling bersilangan
2. Log roll (ke tandu dan perpindahan biasa)

Semua penolong berada di satu sisi yang sama. Masukkan


tangan ke bawah tubuh korban melalui celah anatomis
dengan keadaan saling menyilang. Pengangkatan korban
dilakukan bertahap, biasanya angkat dulu ke paha, lalu
miringkan 90o dengan posisi seperti dipeluk penolong.
Baru penolong berdiri dan bisa berpindah
BANTUAN HIDUP DASAR

BASIC LIFE SUPPORT


Definisi BLS

Basic Life Support adalah perawatan kegawatdaruratan medis yang


diberikan kepada korban dengan keadaan atau cedera yang mengancam
nyawa sebelum korban mendapatkan perawatan komprehensif di rumah
sakit.

D
Perawatan yang
R
dimaksud
S
dapat
C
dilakukan dalam
A
berbagai
B
bentuk
seperti resusitasi jantung paru, kontrol perdarahan, asidosis dan keracunan, stabilisasi cedera
dan luka, serta dasar pertolongan pertama.1 Basic Life Support yang dibahas pada bab ini
dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung atau henti napas dan membutuhkan
resusitasi jantung paru (RJP) atau Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR).
Pastikan keamanan
 Aman Penolong
 Aman Pasien
 Aman Lingkungan

Menggunakan sarung tangan dan alat


pelindung diri lainnya (jika tersedia)
Cek Respon Korban
Teriak “Bangun Pak/Bu!” atau “Buka
mata Pak/Bu!” dan tepuk bahu
dan/atau beri stimulus nyeri.

A
• Alert
V
• Verbal

P
• Pain
U
• Unresponsive

Hati-hati kemungkinan trauma leher !!!


• Tetap bersama korban,
gunakan handphone untuk
panggil bantuan, aktifkan
speaker untuk berkomunikasi
dan mendengarkan instruksi
tenaga kesehatan
Atau
• Jika sendirian tanpa
handphone, berteriak meminta
tolong dan ambil AED (jika
dapat tersedia segera) sebelum
Meminta bantuan, sambil tetap memulai RJP
bersama korban
Cek napas dan nadi
bersamaan kurang dari
10 detik
Jika nadi tidak teraba
→ Beri 30 kompresi dan 2 ventilasi

Jika nadi teraba


→ Beri 1 ventilasi tiap 6 detik (10 kali/menit)

Meraba nadi karotis, 2-3 cm dari


samping trakhea
Penolong Awam Tidak Terlatih
(Untrained Lay Rescuer)
• Tidak dianjurkan
mengecek nadi
• Dianjurkan kompresi
tanpa kombinasi
bantuan napas
→ Hands-Only CPR
(Compression-Only CPR) Kombinasi kompresi dan
ventilasi dapat membingungkan
penolong awam
Atur Posisi
• Pasien telentang di atas permukaan
yang keras dan datar
• Posisi penolong :
Berlutut disamping pasien
Berdiri disamping tempat tidur
pasien
Letakkan tumit telapak tangan pada
pertengahan dada (seperdua bawah
sternum) dengan telapak tangan
Posisi tangan pada
ditumpuk dengan jari ditautkan
lower half of sternum
Lakukan kompresi

• Kedalaman minimal 5 cm (tapi tidak


lebih dari 6 cm)
• Kecepatan 100 – 120 kali/menit

◦ “Push fast but not too hard” “Complete


Recoil”
◦ “Minimal Interruption”
◦ Kompresi
dengan
◦ lengan lurus
Rekomendasi AHA 2015
Terdiri atas 2 tahap :
1. Membersihkan jalan napas

Sapuan jari
Fingers Sweep

Silang jari
Cross Fingers

Hisap lendir
Suction
2. Membuka jalan napas
Head Tilt
Chin Lift
Open Mouth Oropharing
Airways

Pada pasien curiga trauma


servikal gunakan teknik
Jaw Thrust
• Penolong awam lebih
direkomendasikan manual
immobilization
dibandingkan
menggunakan
immobilization device

• Risiko cedera servikal


meningkat jika terdapat
cedera pada kepala
dan wajah atau GCS <8
Beri napas 2 kali dengan
volume tidal, dengan teknik
• Mouth to Mouth
• Mouth to Barrier Device
• Mouth to Nose
• Mouth to Stoma
• Bag Valve Mask

Tidak lebih dari 10 detik


• Evaluasi dilakukan tiap 2 menit
• AHA 2015 tidak menyebutkan evaluasi tiap 5 siklus

•Jika napas (-) dan nadi (+) → Kompresi dan Ventilasi 30 : 2


•Jika napas (-) dan nadi (-) → Ventilasi 10 kali/menit
•Jika napas (+) dan nadi (+) → Recovery Position
Kapan CPR dihentikan ?

• CPR berhasil
• Penolong sudah melakukan bantuan
secara optimal mengalami kelelahan
• Petugas terlatih sudah tiba di tempat
kejadian
• Adanya tanda – tanda kematian pasti
• Pasien tidak menunjukan respon sama sekali
setelah dilakukan RJP lanjutan minimal 20
menit
Komplikasi CPR

• Patah tulang iga


• Pneumothoraks
• Hemothoraks
• Luka dan memar pada paru-paru
• Luka pada hati dan limfa
• Distensi abdomen
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai