Anda di halaman 1dari 28

Pengantar Ilmu Politik

SUMBER DARI LEMBAGA SURVEY


NASIONAL & INTERNASIONAL
2008
2009
2010
NO PERUSAHAAN KOMODITAS/ DEVIDEN KE
BISNIS NEGARA
1 PT. PERTAMINA MIGAS 10.47 T

2 PT. TELKOM TELEKOMUNIKASI 3.3 T


3 PT. FREEPORT TAMBANG 2.1 T

4 PT. BANK MANDIRI PERBANKAN 1.5 T

5 PT. BANK BRI PERBANKAN 1.5 T

6 PT. SEMEN GRESIK SEMEN 827 M

7 PT. PGN GAS 703 M

8 PT. BA TAMBANG 656 M

9 PT. PELINDO II PELABUHAN 560 M


PENERIMAAN/SUMBER JUMLAH
10 PT. TIMAH TAMBANG 436 M PROYEKSI PENERIMAAN PAJAK 2009 634 T
WAJIB PAJAK PRIBADI 9.8 JT ORANG
SUMBER :
Audit BPK WAJIB PAJAK BADAN USAHA 1.2 JT INSTANSI
Kementerian Keuangan 2009 PENERIMAAN PAJAK 2009 566 T
PROYEKSI PENERIMAAN BEA & CUKAI 81.9 T
2010
PENDAPATAN PT. PLN 2009 89 T
LABA BERSIH PT. PLN 2009 10 T
CPI 2009
PERC 2010
HDI 2009
INDEX SUAP 2009
NO HUMAN DEVELOPMENT SCORE NO CORRUPTION PERSEPTION SCORE
INDEX - UN 2009 INDEX – TI 2009
1 NORWAY 0.971 1 NEW ZEALAND 9.6

66 MALAYSIA 0.829 2 DENMARK 9.3

92 CHINA 0.772 3 SINGAPORE 9.2

109 TURKMENISTAN 0.739 56 MALAYSIA 4.5

110 PALESTINIAN AUTORITY 0.737 79 CHINA 3.6

111 INDONESIA 0.734 111 INDONESIA 2.8

112 HONDURAS 0.732 111 DJIBOUTI 2.8

182 NIGER 0.340 180 SOMALIA 1.1

NO POLITICAL ECONOMIC SCORE


RESEARCH CONSULTANCY
– PERC 2009
1 SINGAPORE 1.42

9 MALAYSIA 6.47

10 CHINA 6.52

16 INDONESIA 9.27
INDEX SUAP INSTANSI SCORE
PUBLIK – TII 2009
1 POLISI 48%

2 BEA & CUKAI 41 %

3 IMIGRASI 34 %

4 DLLAJR 33 %

5 PEMKOT/KAB/PROV 33 %

6 BPN 32 %

7 PELINDO 30 %

8 PENGADILAN 30 %

9 KEMKUMHAM 21 %

10 ANGKASA PURA 21 %

11 KANTOR PAJAK DAERAH 17 %

12 KEMKES 15 %

13 KANTOR PAJAK NASIONAL 14 %

14 BPOM 14 %

15 MUI 10 %
Transparansi – Akuntabilitas – Penegakkan Aturan - Efektifitas
 Integritas Moral  PROGRAM
 Cegah Penyimpangan PENGENDALIAN
 Cegah C O I GRATIFIKASI
◦ Rangkap Jabatan  WISTHLE BLOWER
◦ Gratifikasi SYSTEM
◦ Kepemilikan Asset  FRAUD CONTROL
◦ Hubungan/Affiliasi  MEMBANGUN ZONA
INTEGRITAS

CODE OF CONDUCT PENGAWASAN


Mengenal KPK dan Upaya Pemberantasan Korupsi
 Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata
kerjacorrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus|politisi maupunpegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka

 Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi


secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
• perbuatan melawan hukum;
1. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau
sarana;
2. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
3. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

 Korupsi sebagian besar melibatkan 2 aktor yakni


Pemerintah dan Sektor Swasta & Masyarakat Sipil yang
jadi korban. (TI – Jeremy Pope)

UNDANG-UNDANG KORUPSI
Pemberantasan korupsi
adalah serangkaian
tindakan untuk mencegah
dan memberantas TPK
melalui upaya koordinasi,
supervisi, monitor,
penyelidikan – penyidikan
– penuntutan dan
pemeriksaan di sidang
pengadilan dengan peran
serta masyarakat.
PERAN SERTA
KEWENANGAN KPK MASYARAKAT KEWENANGAN KPK
PASAL 13 UU 31 TAHUN 1999 PASAL 12
UU 30 TAHUN 2001 PS. 41 & 42 UU 30 TAHUN 2001

LAPORAN
INFORMASI
ADUAN

1. Melibatkan aparat penegak


hukum, penyelenggara negara
Peran serta Masyarakat dan orang lain yang ada
PP No. 71 Tahun 2000 kaitannya dengan TPK yang
dilakukan oleh aparat penegak
Pasal 1 ayat (1) hukum atau penyelenggara
Peran serta masyarakat adalah negara (UU 28/99).
peran aktif perorangan, organisasi 2. Mendapat perhatian yang
masyarakat, atau lembaga meresahkan masyarakat
swadaya masyarakat dalam dan/atau.
pencegahan dan pemberantasan 3. Menyangkut kerugian negara
tindak pidana korupsi. > satu milyar.

Pasal 11 UU 30 Tahun 2002


KEWENANGAN KPK PS. 12 UU 30/2002

Segala kewenangan dalam KUHAP (UU


No. 8 Tahun 1981) juga dimiliki KPK
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
UNCAC Article 12 : Private Sector
DEFINISI KORUPSI

Dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 30 bentuk / jenis tindak pidana
korupsi.

Ketigapuluh bentuk / jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dikelompokkan menjadi :

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap – menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi


2. Tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan keterangan atau memberi
keterangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor
UNCAC Article 12 : Private Sector

Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan sesuai hukum nasionalnya untuk
mencegah korupsi yang melibatkan sektor swasta, meningkatkan standar akuntansi dan audit
dan dimana diperlukan memberi hukuman-hukuman perdata, administratif atau pidana yang
efektif.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini meliputi :

 Meningkatkan kerjasama antara badan penegakkan hukum dan perusahaan swasta.


 Meningkatkan pengembangan standar dan prosedur yang dirancang untuk melindungi integritas
perusahaan swasta termasuk “kode etik” dalam melakukan aktivitas bisnis dengan semua
profesi yang berkaitan dengan benar, terhormat dan pantas, mencegah benturan kepentingan
(COI) , menerapkan praktik komersial yang baik antara kepentingan bisnis dan Negara.
 Meningkatkan transparansi perusahaan swasta, termasuk manajemennya.
Pemerintah Republik Indonesia telah mengesahkan UNCAC 2003 melalui UU No.7 Tahun 2006
tentang Pengesahan UNCAC 2003. Ratifikasi dikecualikan (diterapkan secara bersyarat)
terhadap ketentuan Pasal 66 ayat (2) tentang penyelesaian sengketa. Impikasi ratifikasi terhadap
Indonesia, yaitu:
1. Menjadi dorongan kuat terhadap negara lain termasuk yang dianggap non-kooperatif dalam
pengembalian aset hasil korupsi dari Indonesia.
2. Langkah pemerintah Indonesia untuk mengembalikan aset hasil korupsi di negara lain menjadi
bagian dari agenda kerjasama internasional.
•  Mewujudkan kemampuan Indonesia memberantas sendiri korupsi dengan tetap menghormati
UNCAC 2003 dalam perspektif kedaulatan NKRI.
1. Menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen pemberantasan
korupsi melalui kerjasama internasional.
2. Langkah strategis untuk menciptakan iklim bisnis di Indonesia dengan memberikan jaminan
perlindungan hukum terhadap pelaku bisnis
Sistem
Lembaga Penegakkan Hukum
Sosial Kemasyarakatan
Kebangsaan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai