0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kontribusi agama Islam dalam kehidupan berpolitik, meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, makna dan pentingnya persatuan, peranan agama dalam mewujudkan persatuan, serta sistem politik dan ciri-ciri sistem politik di Indonesia menurut agama Islam."
Dokumen tersebut membahas tentang kontribusi agama Islam dalam kehidupan berpolitik, meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, makna dan pentingnya persatuan, peranan agama dalam mewujudkan persatuan, serta sistem politik dan ciri-ciri sistem politik di Indonesia menurut agama Islam."
Dokumen tersebut membahas tentang kontribusi agama Islam dalam kehidupan berpolitik, meliputi persatuan dan kesatuan bangsa, makna dan pentingnya persatuan, peranan agama dalam mewujudkan persatuan, serta sistem politik dan ciri-ciri sistem politik di Indonesia menurut agama Islam."
KEHIDUPAN BERPOLITIK A. Persatuan dan Kesatuan 1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi”. Sedangakan Indonesia mengandung dua pengertian, yaitu pengertian Indonesia ditinjau dari segi geografis dan dari segi bangsa. Dari segi geografis, Indonesia berarti bagian bumi yang membentang dari 95° sampai 141° Bujur Timur dan 6° Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan atau wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan sepenanggungan yang bermukim di dalam wilayah itu. Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. 2. Makna dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Makna persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya
3. Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
a. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama. b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral sehingga sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. c. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suasana yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama dan pelaksanaan pendidikan beragam secara deskriptif untuk tingkat Perguruan Tinggi. d. Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji dan pengelolaan zakat dengan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan. e. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa serta memperkuat kerukunan hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sedangakan peran agama dalam negara menurut Ibnu Khaldun di antaranya, yaitu: a. Agama Sebagai Pemersatu Ibnu Khaldun mengutarakan peran penting agama, khususnya Islam dalam kehidupan sosial politik, yaitu sebagai faktor pemersatu dan pengutuh masyarakat. Bahkan, apabila kekuatan agama berdampingan 'Ashabiyah (memiliki persamaan dengan nasionalisme) secara dialektik akan memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan integritas kekuasaan politik. b. Agama sebagai Pendorong Keberhasilan Selain berperan sebagai alat pemersatu, agama juga dapat menjadi faktor pendorong keberhasilan. Menurut Ibnu Khaldun, meskipun kehidupan sosial dapat berlangsung tanpa adanya agama, dan politik dapat tegak tanpa aturan agama, agamalah yang berperan mendorong perkembangan kemajuan dan menjadikan kehidupan sosial ke arah yang lebih baik. c. Agama sebagai Legitimasi Sistem Politik Negara sebagai konstruksi sosial manusia sebenarnya telah mampu untuk melegitimasikan keberadaan dirinya sebagai organisasi sosial-politik yang mempunyai tujuan untuk melindungi kepentingan dan tujuan bersama. d. Larangan untuk saling curiga Islam melarang kepada semua orang baik dalam kapasitasnya sebagai individu, sebagai kelompok sosial, maupun kelompok-kelompok yang lain termasuk kelompok politik untuk saling curiga, saling melecehkan atau sejenisnya Prinsip-prinsip yang diajarkan Al-Qur’an untuk tujuan mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakan dan berbangsa tersebut antara lain : a. Prinsip Persatuan dan Persaudaraan b. Prinsip Persamaan c. Prinsip Kebebasan d. Prinsip Tolong Menolong e. Prinsip Perdamaian f. Prinsip Musyawarah B. POLITIK 1. Pengertian Sistem Politik Menurut Para Ahli Ari Wibowo dalam tesis berjudul “ (2014) menyebutkan, politik pada awal kemunculannya merupakan sebuah usaha untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristotles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life. Dalam praktiknya, sebuah hidup yang ideal tidak pernah benar-benar ideal bagi semua orang. Niccolo Machiavelli meyakini bahwa setiap orang memiliki kepentingan-kepentingan yang tidak rasional. Hal ini membuat politik hanya sebagai alat untuk mencapai kepentingan segolongan tertentu saja. Politik menurut Niccolo Machiavelli merupakan cara untuk meraih kekuasaan. Machiavelli menekankan bahwa penguasa dapat menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Meskipun begitu, politik sejatinya bukan sekadar jalan untuk mencapai kepentingan golongan tertentu saja. Menurut Peter Merkl, definisi politik dalam bentuk yang paling baik adalah cara untuk mencapai tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Para ahli memiliki beberapa perbedaan mengenai pengertian sistem politik. Nuryadi dan Tolib dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2017) menyajikan pengertian sistem politik menurut beberapa ahli: a. David Easton; sistem politik merupakan sistem interaksi dalam masyarakat yang diambil dari seluruh perilaku sosial dan dialokasikan secara otoritatif kepada seluruh lapisan masyarakat. b. Rusadi Kantaprawira; sistem politik merupakan berbagai macam kegiatan dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit dan kesatuan yang berupa negara atau masyarakat. c. Jack C. Plano; sistem politik merupakan pola hubungan masyarakat yang terbentuk berdasarkan keputusan- keputusan yang sah dalam lingkungan masyarakat tersebut. d. Robert A. Dahl; sistem politik mencakup dua hal, yaitu pola hubungan yang tetap antarmanusia dan melibatkan sesuatu yang luas tentang kekuasaan, aturan, serta kewenangan. 2. Ciri-ciri Umum Sistem Politik a. Sistem politik merupakan satu dari sejumlah sistem sosial yang berlaku di dalam tatanan sosial masyarakat. Terdapat ciri-ciri yang membedakan sistem politik dengan sistem sosial lainnya, yaitu: b. Daya jangkauan yang universal, meliputi setiap anggota masyarakat. c. Adanya kontrol yang bersifat mutla terhadap pemakaian kekerasan fisik. d. Hak membuat keputusan-keputusan yang mengikat dan diterima secara sah. e. Keputusannya bersifat otoritatif atau memiliki kekuatan hukum dan kerelaan yang besar. 3. Ciri-ciri Sistem Politik di Indonesia Terdapat 7 prinsip pokok dalam karakteristik sistem politik Pancasila menurut Ida Rohayani (2020) sebagai berikut: f. Mengakui persamaan kedudukan bagi seluruh rakyat Indonesia. g. Mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban. h. Menjamin pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. i. Mewujudkan rasa keadilan sosial. j. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat. k. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan. l. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional. 1. Dalil yang berkaitan langsung dengan prinsip–prinsip dasar kekuasaan politik a. Al-Qur’an ص ْيرًا َ اس اَ ْن تَحْ ُك ُم ْوا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن هّٰللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك ِ َان َس ِم ْيع ًۢا ب َّ ن ال ْن َ يَ ب م ْ ُ ت م ْ َ ك ح َ اذَ ِ ا و َ ۙ َت اِ ٰلٓى اَ ْهلِه ا ِ ٰ ن ٰمَ اْل ا وادُّ َؤُ ت ْ ن َ ا م ْ ُ ك ر ُ م ُ اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ِ Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. b. Hadits Pemimpin sebagai pelayan rakyat ت َعلَى ُ ي َأ ْخبَ َرهُ قَا َل َد َخ ْل َّ ان ب ُْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ال ِّد َم ْشقِ ُّي َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن َح ْم َزةَ َح َّدثَنِي اب ُْن َأبِي َمرْ يَ َم َأ َّن ْالقَا ِس َم ب َْن ُم َخ ْي ِم َرةَ َأ ْخبَ َرهُ َأ َّن َأبَا َمرْ يَ َم اَأْل ْز ِد ُ َ ْي َمŽَح َّدثَنَا ُسل صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل َم ْن َواَّل هُ هَّللا ُ َع َّز َو َج َّلَ ِ ْت َرسُو َل هَّللا ُ ك بِ ِه َس ِمع َ ت َح ِديثًا َس ِم ْعتُهُ ُأ ْخبِ ُر ُ َع َربُ فَقُ ْلŽك َأبَا فُاَل ٍن َو ِه َي َكلِ َمةٌ تَقُولُهَا ا ْل َ ِاويَةَ فَقَا َل َما َأ ْن َع َمنَا ب ِ ُم َع ِ َّج الن اس ِ اجتِ ِه َو َخلَّتِ ِه َوفَ ْق ِر ِه قَا َل فَ َج َع َل َر ُجاًل َعلَى َح َواِئ َ ون َح َ ب هَّللا ُ َع ْنهُ ُد َ اجتِ ِه ْم َو َخلَّتِ ِه ْم َوفَ ْق ِر ِه ْم احْ تَ َج َ ون َح َ ب ُد َ ين فَاحْ تَ َج َ َش ْيًئا ِم ْن َأ ْم ِر ْال ُم ْسلِ ِم Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy) 4. Landasan dalam Berpolitik a. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat. b. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil. c. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil amri. d. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW. Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah: 1. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur. 2. Seorang yang dapat dipercaya. 3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi. 4. Seorang yang cerdas. 5. Seseorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.