Anda di halaman 1dari 12

REFLECTIVE PRACTICE

DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN

Yolanda Montessori, S.ST.,M.Keb


Pengertian

◦ Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai


bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan kebidanan) meliputi
unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-
perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).
◦ Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang
berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan
dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat
ataupun dengan orang yang diberi asuhan.
◦ Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga
ditentukan oleh ketrampilan bidan untuk berkomunikasi secara
efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
◦ Bidan merupakan ujung tombak sekaligus ujung “tombok” dalam
memberikan pelayanan yang berkuliatas dan sebagai tenaga kesehatan yang
professional, bekerja sebagai mitra masyarakat, khususnya keluarga sebagai
unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi strategis untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif
(berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai
terwujudnya paradigma sehat.
◦ Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan
handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya
berhubungan dengan nyawa manusia.
Simak
video
berikut
ini….
◦ Bagi mahasiswa menjadi 2 kelompok
◦ Satu kelompok memberikan respon negative dari
sisi pasien, suami, bidan
◦ Satu kelompok memberikan respon positif dari sisi
pasien, suami, bidan
Bidan harus memiliki sifat EMPATI
Berikut ini adalah harapan pasien ibu bersalin kepada
bidan
(berdasarkan hasil penelitian Montessori (2020))

“Saya berharap tenaga kesehatan perlu ditraining terus. Jadi training


pelayanan prima, handling complain, itu memang kalau menurut saya wajib
kalau itu.. Karena bagaimanapun juga tenaga medis apapun itu pasti langsung
bersinggungan dengan pasien. Ujung tombak plus ujung tomboknya rumah sakit
tu ya tenaga-tenaga medis itu.. Jadi yaa butuh banyak pelatihan lagi, terutama
untuk masalah konseling. Bagaimana membesarkan hati, kemudian bagaimana
sih meyakinkan orang bahwa mereka bisa melewati masa-masa yang tidak
ringan itu. Konseling dan empati itu penting banget mbak….” (Ny. Mawar, 34
tahun)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai