Anda di halaman 1dari 35

IMUNISASI

Pembimbing: dr. Bertha, Sp. A

Disusun oleh:
Monika Arianti (201906010032)
Michael (201906010039)
Gilbert Golahi (201906010041)
Maria Zita (201906010051)
HEPATITIS B
Vaksin Hepatitis B
● Vaksin rekombinan, mengandung HBsAg
● IM di anterolateral paha

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Usia Formulasi
Dosis dan Pemberian
Bayi dan anak < 10 tahun 10 μg/0,5 ml

Vaksin Hepatitis Dewasa


B 20 μg/1 ml

● Pemberian vaksin berdasarkan status HBsAg ibu.


Status HBsAg ibu Jadwal

Monovalen: 0, 1, 6 bulan
Negatif Kombinasi DTPw: 0, 2, 3, 4 bulan
Kombinasi DTPa: 0, 2, 4, 6 bulan

+ HBIg 0,5 ml dalam 12 jam setelah kelahiran


Positif
Dilanjutkan usia 2, 3, 4 bulan

0, 2, 3, 4 bulan
Tidak diketahui
Pemeriksaan HBsAg ibu (+) → HBIg 0,5 ml dalam 7 hari

Kemenkes. Permenkes No. 53 tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus. 2015.
Apabila terlambat imunisasi
● Catch-up immunization
Lahir 1 2 3

4 minggu 8 minggu
------------------min. 16 minggu-----------------

● Jarak dosis 1 dan 3 minimal 16 minggu


● Usia saat pemberian dosis 3 minimal 24 minggu

CDC. Catch-up Immunization Schedule. 2020. Available from: https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/catchup.html.


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

● Lokal: kemerahan dan bengkak


● Sistemik: syok anafilaktik dalam 4 jam

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Hadinegoro, S. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri; 2000.
POLIO
Vaksin Polio
OPV/ Sabin IPV/ Salk

Virus poliomyelitis yang


Virus yang diinaktivasi
dilemahkan (live-attenuated)

Injeksi IM atau subkutan


Per oral
(anterolateral paha)

Stimulasi imunitas oral,


Imunitas oral dan humoral
intestinal, dan humoral

Ekskresi virus di feses (-) Ekskresi virus di feses (+)

Harga terjangkau Harga lebih mahal

PAHO/WHO. Inactivated Polio Vaccine (IPV) Introduction. 2014.


Dosis dan Pemberian Vaksin Polio

● Saat lahir → OPV-0

● IDAI 2017: min. 1 dosis IPV diberikan bersama OPV-3

● Dosis: OPV 0,1 ml (2 tetes); IPV 0,5 ml

IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun. 2017.


Catch-up Immunization (untuk IPV)
Usia < 4 tahun
6 minggu 1 2 3 4

4 mgg4 mgg 6 bulan

Usia ≥ 4 tahun
6 minggu 1 2 3

4 mgg 6 bulan

CDC. Catch-up Immunization Schedule. 2020. Available from: https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/catchup.html.


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

● OPV:
○ Polio paralisis dalam 30 hari
○ Polio paralisis pada immunokompromais dalam 6 bulan
● IPV:
○ Syok anafilaksis dalam 4 jam

Hadinegoro, S. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri; 2000.


bcg
Vaksin Bacillus-Calmette-Guerin
● Mengandung Mycobacterium bovis yang

dilemahkan.

● Injeksi intradermal di daerah insertio m.

deltoideus kanan

● IDAI: dianjurkan usia 2 bulan (optimal)

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Dosis Vaksin BCG KIPI
● Usia < 1 tahun: 0,05 ml ● Papul/ pustul → vesikel → ulkus dalam 2-
4 minggu → scar
● Usia > 1 tahun: 0,1 ml
● Pembesaran KGB aksila dalam 2-4 bulan

Kontraindikasi pasca imunisasi.

● Immunokompromais (HIV/AIDS, radiasi, ● Demam tinggi


leukemia, kortikosteroid, pengobatan ● Hamil
immunosupresan) ● Uji tuberkulin > 5 mm
● Gizi buruk ● Infeksi kulit luas

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Hadinegoro, S. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri; 2000.
Difteri,
Tetanus,
Pertussis
(DTP)
DTP (Difteri, Tetanus,
Pertussis)
Komposisi:
- Kombinasi Difteri, Tetanus,
Pertussis (DTP)
- Kombinasi Difteri dan
Tetanus (DT, Td)
- Kombinasi Difteri, Tetanus,
Pertussis (DTP) dengan
antigen vaksin lain

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
DTP (Difteri, Tetanus, Pertussis)
● DTP merupakan imunisasi dasar yang diberikan 3 kali
● Dosis dan cara pemberian:
- Dosis: 0,5 ml
- Cara: IM pada anterolateral paha atas (bayi) dan deltoid (dewasa).
● Jadwal pemberian :
- DTP 1 : usia 2 - 4 bulan (minimal usia 6 minggu)
- DTP 2 : usia 3 - 5 bulan (interval 4 minggu)
- DTP 3 : usia 4 - 6 bulan (interval 4 minggu)
- DTP 4 : usia 16 - 18 bulan (sekurang-kurangnya 12 bulan setelah imunisasi DTP 3)
- DTP 5 : usia 5 tahun (usia sekolah)

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2017.
Kontraindikasi KIPI
- Kejang atau kelainan saraf pada - Reaksi lokal sementara: bengkak,
bayi baru lahir nyeri, dan kemerahan pada lokasi
- Riwayat anafilaksis pada suntikan
pemberian vaksin pertusis - Anak gelisah dan menangis terus
sebelumnya menerus
- Tidak dianjurkan untuk diberikan - Anak lemas pasca suntik (hypotonic
apabila bayi baru sakit - hyperresponsive)
- Ensefalopati pada vaksin - Kejang demam
pertusis sebelumnya - Ensefalopati
- Syok anafilaksis

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
hib
Haemophilus influenza type B
● Imunisasi dasar yang diberikan 3 kali
● Tunggal atau kombinasi
● Dosis dan cara pemberian: 0,5 ml disuntikkan secara IM pada
anterolateral paha atas (bayi), dan deltoid (dewasa).
● Jadwal Pemberian :
- Imunisasi HIB 1 : usia 2 bulan (paling cepat usia 6 minggu)
- Imunisasi HIB 2 : usia 4 bulan (interval 4 minggu)
- Imunisasi HIB 3 : usia 6 bulan (interval 4 minggu)
- Imunisasi HIB 4 : usia 12 - 15 bulan (interval 8 minggu)

About the Hib Vaccine | Haemophilus influenzae type b | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2020 [cited 14 June 2020]. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/public/index.html
Kontraindikasi KIPI
- Reaksi alergi parah setelah Reaksi lokal sementara :
dosis sebelumnya - Bengkak
- Nyeri
- Usia lebih muda dari 6 minggu - Kemerahan pada lokasi suntikan
- Alergi parah terhadap vaksin Reaksi berat :
apapun - Demam tinggi
- Menangis dengan nada tinggi
- Syok anafilaktik
- Neuritis brakialis

Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
About the Hib Vaccine | Haemophilus influenzae type b | CDC [Internet]. Cdc.gov. 2020 [cited 14 June 2020]. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/public/index.html
pcv
VAKSIN PNEUMOKOKUS
● Tipe:
○ Vaksin pneumokokus polisakarida (PPV)
○ Vaksin pneumokokus polisakarida konjugasi (PCV)
● Perbedaan:
PPV PCV

Konjugasi polisakarida dengan protein karier


Polisakarida bakteri
CRM/difteri

T-independent antigen T-dependent

Tidak imunogenik <2 tahun Imunogenik <2 tahun

Memori & imunitas jangka panjang, respon


Imunitas jangka pendek, respon booster (-)
booster (+)

PPV 23 PCV10 & PCV13

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
PCV
Rekomendasi: Dosis & cara pemberian:

● Anak sehat >2 bulan ● PCV → bayi 2,4,6 bulan (diulang pada→ 12-
15 bulan)
● Resiko tinggi IPD, imunokompromais, ● Min. umur 6 minggu
imunokompeten penyakit kronis, tinggal di ● Interval antara 2 dosis → 4-8 minggu
hunian padat, panti, lingkungan rokok, ● Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain

OMA

Umur ≥ 7 bulan :

Umur (bulan) Dosis vaksin

7-11 3 dosis

12-23 2 dosis
1 Dosis:
0.5 mL
>= 24-60 1 dosis
Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
KIPI PCV

● Lokal: eritema, bengkak, indurasi, nyeri bekas suntikan


● Sistemik: demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu
makan menurun, muntah, diare, urtikaria
● Anafilaksis jarang
● Umum terjadi setelah dosis kedua, tidak lama, menghilang
dalam 3 hari
● BBLR & preterm: bengkak, nyeri, demam

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
rotavirus
ROTAVIRUS
2 tipe vaksin:
● Monovalen:
○ oral 2x (106 CFU/mL/dosis),
○ dosis pertama 6-14 mgg,
○ dosis ke2 interval 4 mgg,
○ harus selesai sebelum usia 24 minggu
● Pentavalen:
○ 3x interval dosis 4-10 minggu
○ harus selesai sebelum usia 32 minggu

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
influenza
INFLUENZA
● Vaksin influenza
○ Vaksin trivalent → 2 strain A dan 1 strain
B
○ Vaksin quadrivalent → 2 strain A dan 2
strain B
● Jenis vaksin
○ Inactivated influenza vaccine (IIV)
○ Live-attenuated influenza vaccine
(LAIV)

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko,


Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2017.
INFLUENZA
Indikasi: Kontraindikasi:

● Anak sehat ≥ 6 bulan ● Hipersensitif anafilaksis terhadap


● Penyakit kronis vaksin influenza sebelumnya
● Tinggal di pemukiman padat ● Hati-hati alergi telur
● Orang yang berpotensi ● Demam akut berat
menularkan ke yang rentan ● GBS
komplikasi

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
Influenza
Jadwal & dosis
● Usia < 3 tahun: 0,25 mL
● Usia ≥ 3 tahun: 0,5 mL
● Pemberian pertama anak < 9 tahun & anak/ dewasa gangguan imun:
○ 2 dosis interval min. 4 minggu → imunisasi ulang setiap tahun
● Bila anak berusia > 9 tahun:
○ 1 dosis/tahun

Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
KIPI Influenza
● Bengkak, sakit, nyeri, kemerahan, demam
● Nyeri otot dan sendi/ nyeri kepala
● Reaksi alergi
● LAIV → pilek, sakit kepala, demam, muntah, nyeri
perut, mialgia
● TIV → demam, ruam, reaksi lokal, kejang
DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. About the Hib Vaccine: Haemophilus influenzae type b [Internet]. 2020 [cited 14 June 2020].
Available from: https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/hib/public/index.html
2. CDC. Catch-up Immunization Schedule [Internet]. 2020 [cited 13 June 2020]. Available from:
https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/catchup.html.
3. Hadinegoro, S. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri; 2000.
4. Hardianti D, Mulyati E, Ratnaningsih E, Sofiati F, Saputro H. Buku Ajar Imunisasi. 2nd ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
5. Kemenkes. Permenkes No. 53 tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus. 2015.
6. PAHO/WHO. Inactivated Polio Vaccine (IPV) Introduction. 2014.
7. Ranuh IGNG, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, Gunardi H, et al.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. 6th ed. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai