MENERIMA BEBAN
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya, lalu menjadikan beliau
sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira.
Dialah Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, manusia teragung yang
paling pantas untuk dijadikan rujukan kita dalam beramal,yang pada dirinya terhimpun
kebaikan untuk diteladani, yang dalam shirah-nya terangkum jejak penuh hikmah.
Salah satu episode penting dalam kehidupan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa
Sallam adalah
pada saat beliau menerima wahyu dari Allah melalui perantara malaikat
Jibril.
Jumhur ulama berpendapat bahwa ayat yang mula-mula turun adalah firman
Allah SWT Q.S. Al-‘Alaq: 1 – 5. Namun setelah itu wahyu terputus untuk
sementara waktu. Tentang jangka waktu terputusnya wahyu, Ibnu Sa’d
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang intinya menjelaskan bahwa jangka
waktunya adalah beberapa hari. Pada masa-masa terputusnya wahyu itu,
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam ketakutan dan dirundung duka, namun
kedukaannya segera sirna tatkala tanda-tanda kebenaran mulai membias,
beliau menyadari secara yakin bahwa beliau benar-benar telah menjadi utusan
Allah.
Al-Bukhari meriwayatkan dari dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia
pernah mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menuturkan
masa turunnya wahyu.
Beliau bersabda, “Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba kudengar
sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan
pandangan ke arah langit. Ternyata di sana ada malaikat yang
mendatangiku di gua Hira’, sedang duduk di sebuah kursi,
menggantung di antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga
tiba-tiba aku terjerebab ke atas tanah. Kemudian aku menemui
keluargaku dan kukatakan, ‘Selimutilah aku, selimutilah aku!’”.
Lalu Allah menurunkan surat Al-Muddatstsir: 1 – 5. Setelah itu
wahyu datang secara berturut-turut.
Sepintas lalu, perintah yang terkandung dalam Q.S. Al-
Muddatstsir merupakan perintah-perintah yang sederhana, namun pada
hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan
nyata.
Secara garis besar surat Al-Mudatsir terbagi menjadi 5 penggalan:
1. Al-Maqto Al-Awal
َِ َف ٰ َذل
ٌ ك َي ۡو َمِئ ٍذ َي ۡو ٌم َع ِس
ير
9. "maka waktu itu adalah waktu
(datangnya) hari yang sulit,"
a. Ia telah berpikir tentang Al-qur’an, sudah menyiapkan penilaian, berpikir sangat serius dan mendalam
b. Lalu ia mengulangi dan mengulangi apa yang ia pikirkan
c. Wajahnya menjadi muram dan menghitam
d. Menyombongkan diri
e. Menyatakan Al-qur’an adalah sihir
Jazakumullah