Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai
berikut:
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat
pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan
kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai
keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt.
disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran
ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang
muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan
keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul
Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya
adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa
Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang
sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai
sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia
beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang
langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak
yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para
rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi
Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw.
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-
orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah
orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan
perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima
wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan
dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut: “Sungguh
pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti,
dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan
dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa.
Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh
Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul
surah ‘Abasa).
2. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut:
a. Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam
keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
b. Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
c. Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran
(wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan
kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka
harus menghadapai resiko yang besar.
d. Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas
yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
3. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin)
mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena
akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan
sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S.
Al Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya.
Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang
(rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia
(umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-
Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat
(kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu
(Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-
Anbiya : 107)
)ِاَّن الِّر َس اَلَة َو الُّنُبَّوَة َقِد اْنَق َضْت َفَال َنَّيِب َو َال َرُسْو ًال َبْع ِد ى (َرَو اُه َاَمْحد بن َح ْنَبل
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.
( H.R. Ahmad bin Hambal)
c. Dalam hadis shahih riwayat Imam Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi
Hurairah sebagai berikut:
َال َتُق ْو ُم الَّس اَعُة َح ىَّت َيْبَعَث ِر َج اُلْو َن َك َّذ اُبْو َن َق ِر ْيٌب ِم ْن َثَالِثَنْي ُك ُّلُه ْم َيْز َعُم َاَّن ُه َرُس ْو َل اِهلل (َرَو اُه اْلُبَخ اِر ى
)َو ُمْس ِلم َعْن َاىِب ُه َر ْيَر ة
Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang bohong (para
penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul Allah. (H.R. Bukhari
dan Muslim dari Abi Hurairah).
e. Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya: “Pada hari ini Kusempurnakan untuk
kamu agama kamu, dan telah kucukupkan nikmatKu, dan telah Kuridhai
Islam menjadi agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi
Muhammad saw. Dalam ayat ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang
diridhaiNya dan bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada
tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya.
)َتَر ْك ُت ِفْيُك ْم َاْم َر ْيِن َم ا ِاْن َمَتَّس ْك ُتْم ِهِبَم ا َلْن َتِض ُّلْو ا َاَبًد ا ِكَتاَب اِهلل َو ُس َّنَة َرُسْو ِلِه (َرَو اُه َم اِلك
“Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya,
maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara itu ialah Al Quran dan
Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-
Quran dan sunnah nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten
dengan keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran
merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek
kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami
alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka
dihimpun. (Q.S. Al An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad saw.seluruh
kehidupannya baik ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya merupakan rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu
Allah akan turun lagi dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru
tersebut. Ini berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al
Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil dan
sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat 3 dan hadis
nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah, Al-Quran dan nabi
Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak pernyataan Syaikh
Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “ Lisanul Arab” sebagai berikut:
“Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang mengatakan
masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau ada orang yang mengaku menjadi
nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan kafir.”
Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan
seseorang. Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah
menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada
sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan
makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak
makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi,
mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
) َالِّطْيُب َو الِّنَس اُء َو ُج ِعَلْت ُقَّرُة َعْيىِن ىِف الَّص َالِة (َرَو اُه الّنَس اِئ: ُح ِّبَب ِاَّيَل ِم ْن ُدْنَياُك ْم َثَالٌث
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian,
serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya
daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah mengeluarkan
banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.”
Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-
katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin. Ia mengetahui
berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat dengan
mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing.
Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila
dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa
dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna
sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq
yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela
dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi bersabda:” Aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di
Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya. Tentang kemurahan
hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang
mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu
diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum
fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu habis. Setelah uang itu
habis, ternyata masih ada orang fakir miskin yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka
beliau saw. berkata kepada orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi
silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian,
berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa
yang engkau tidak mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya
kepada Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi
permintaan orang lain.
Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan
(disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati
kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan kamu
berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati
pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani
menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena itu panggillah aku
“ Abdullah warasuluhu.