0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang antihistamin sebagai terapi untuk alergi. Antihistamin bekerja dengan menghambat reseptor histamin untuk mengurangi gejala alergi. Terdapat dua generasi antihistamin yang berbeda efek sampingnya, dengan generasi kedua lebih selektif dan kurang menimbulkan efek sedatif dan antikolinergik. Pemilihan antihistamin didasarkan pada efek sampingnya untuk mendapatkan hasil terapi
Dokumen tersebut membahas tentang antihistamin sebagai terapi untuk alergi. Antihistamin bekerja dengan menghambat reseptor histamin untuk mengurangi gejala alergi. Terdapat dua generasi antihistamin yang berbeda efek sampingnya, dengan generasi kedua lebih selektif dan kurang menimbulkan efek sedatif dan antikolinergik. Pemilihan antihistamin didasarkan pada efek sampingnya untuk mendapatkan hasil terapi
Dokumen tersebut membahas tentang antihistamin sebagai terapi untuk alergi. Antihistamin bekerja dengan menghambat reseptor histamin untuk mengurangi gejala alergi. Terdapat dua generasi antihistamin yang berbeda efek sampingnya, dengan generasi kedua lebih selektif dan kurang menimbulkan efek sedatif dan antikolinergik. Pemilihan antihistamin didasarkan pada efek sampingnya untuk mendapatkan hasil terapi
Pendahuluan Alergi adalah suatu bentuk abnormalitas/hipersensitifitas respon imunologi akibat suatu alergen tertentu Terminologi alergi dikenalkan von Pirquet
pada tahun 1906, kemudian berkembang
hingga dibedakan antara imunitas dan alergi. Keduanya merupakan bentuk reaksi imunologi dimana imunitas bersifat positif sedangkan alergi bersifat negatif Etiologi Alergi diperantarai oleh respon Imunoglobulin E (IgE) suatu protein yang diproduksi oleh sel B Limfosit. Histamin merupakan mediator terpenting
yang ditemukan pada suatu proses atau
kejadian alergi Tujuan Terapi Tujuan utama dari terapi alergi adalah Menghindari fatalitas respon alergi Meminimalkan atau mencegah gejala alergi
sehingga meningkatkan kualitas hidup
Menghindari efek samping terapi Terapi Non-Farmakologi Pilihan utama terapi non farmakologi adalah dengan menghindari penyebab alergi ◦ Mengkondisikan kelembaban ruangan dibawah 50% untuk mencegah spora jamur ◦ Menghindari debu dengan menggunakan cover dari bahan yang tidak menyerap ◦ Menggunakan penyaring udara/filter (HEPA) atau plasma cluster ◦ Menghindari hewan piaraan yang bersifat vektor alergen ◦ Menghindari polen bunga dan tumbuhan ketika musim2 tertentu Farmakologi Bekerja kompetitif menghambat reseptor histamin H1 dan H-2 Target terapi farmakologi ◦ Histamin H-1 reseptor dan H-2 reseptor (antihistaminergik) terdiri dari 2 generasi ◦ Ig E antagonis Antihistamin Titik tangkap antihistamin berada pada : ◦ H1-reseptor ◦ Menurunkan APC, perlekatan sel, kemotaksis dan sitokin ◦ Menurunkan pelepasan mediator inflamasi (histamin salahsatunya) Head-to-Head Antihistamin Antihistamin dibagi menjadi 2 generasi, namun pada dasarnya generasi kedua merupakan turunan dan sedikit yg merupakan entitas baru. Gen I bersifat non selektif sdgkan Gen II perifer selektif Pemilihan antihistamin berdasarkan pada
efek samping relatif
◦ Efek sedasi (mengantuk) ◦ Efek antikolinergik (mengeringkan mukosa) Antihistamin Classification Antihistamine Properties Antihistamin dengan efek sedasi : Kuat : difenhidramin, prometazine moderat : cetirizine Lemah : selain ketiga agen diatas
Antihistamin dengan efek kholinergik
Kuat : difenhidramin, prometazine Moderat : CTM, dex-CTM, cyproheptadine Lemah : selain yg diatas
Semua golongan generasi II (selektif) lemah efek sedasi
maupun kolinergiknya Antihistamine Properties Pada beberapa antihistamin yang bekerja secara perifer dan tidak menyebabkan sedasi yaitu loratadine dan fexofenadine. Cetirizine jg demikian namun memiliki efek sedasi yang lebih besar dibanding keduanya Agen lain Beberapa obat telah diajukan untuk mengatasi kegagalan terapi antihistamin namun selain H1-reseptor antagonis belum mendapat persetujuan oleh para ahli. Tren pengobatan adalah menggunakan antibody monoclonal, omalizumab. Diindikasikan untuk pengobatan urticaria kronis maupun spontan dan juga asma Leukotriens antagonis, montelukast juga diharapkan mampu menjadi solusi kegagalan tx Antihistamine Alert! Waspada pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh ◦ Retensi cairan ringan ◦ Hipotensi ◦ Memperpanjang interval QT ◦ Konstipasi Monitoring Keberhasilan : ◦ meredanya atau terhindarnya gangguan alergi. ◦ Tidak menurunnya QoL ◦ Tidak munculnya efek samping yang tidak dikehendaki/adverse events ◦ Patient adherence (jika Drug of Choice adalah gol non selektif non generik) Monitoring terapi : ◦ Pemeriksaan tekanan darah ◦ Motilitas GI ◦ Frekuensi urinasi dan konstripasi