Anda di halaman 1dari 5

1.

IJTIHAD
ijtihad adalah mengerahkan segala tenaga dan pikiran untuk
menyelediki dan mengeluarkan (meng-istinbat-kan) hukum-
hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an dengan syarat-syarat
tertentu. Di dalam Al-Qur’an, perintah ijtihad terdapat
dalam surat
 an-Nisa ayat 83, asy-Syu’ara ayat 38, surat al-Hasyar ayat 2,
dan surat al-Baqarah ayat 59.
Sementara itu, dasar ijtihad terdapat pula pada sebuah hadist
yang artinya: “Apabila seorang hakim berijtihad dan benar, maka
baginya dua pahala, tetapi bila berijtihad lalu keliru maka baginya
satu pahala (HR. Bukhari dan Muslim).”
Di dalam kitab ihya Ulumu ad-Din, hukum mengenai berijtihad
dikategorikan menjadi fardhu ‘ain, fardu kifayah, dan sunnah.
Hukum ijtihad menjadi fardhu ‘ain jika timbul persoalan yang
sangat mendesak untuk ditentukan kepastian hukumnya. 
Hukum ijtihad menjadi fardhu kifayah apabila ada
persoalan yang diajukan kepada beberapa ulama
sedemikian hingga kewajiban berijtihad bagi ulama
atau orang lain menjadi hilang manakala telah ada
salah seorang yang telah menjawab persoalan
tersebut. Sedangkan ijtihad menjadi sunnah jika
masalah yang akan dicari kepastian hukumnya
adalah masalah yang tidak mendesak atau masalah
yang belum terjadi dalam masyarakat.
Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid. Untuk menjadi
seorang mujtahid, terdapat persyaratan-persyaratan tertentu
yang harus dimiliki seseorang. Menurut Yusuf Qardawi, terdapat
delapan persyaratan yang harus dimiliki seseorang untuk
menjadi mujtahid: memahami Al-Qur’an beserta sebab turunya
ayat-ayat, memahami hadist, mempunyai pengetahuan yang
mendalam tentang bahasa arab, mengetahui tempat-tempat
ijmak, mengetahui usul fikih, mengetahui maksud-maksud
syariat, memahami masyarakat dan adat-istiadatnya, serta
bersifat adil dan takwa. Di dalam melaksanakan ijtihad, para
mujtahid menempuh beberapa cara diantaranya qiyas, istihsan,
al-maslahah al mursalah, dan ‘urf. Qiyas adalah menyamakan
hukum suatu masalah dengan masalah lain yang telah ada
kepastian hukumnya di dalam Al-Qur’an dan Hadist karena
sebabnya sama. Contohnya, hukum minum bir sama dengan
hukum meminumkhamr, yaitu haram, karena sifat keduanya
adalah sama-sama memabukkan.
Istihsan adalah mengecualikan hukum suatu masalah
dari hukum masalah-masalah lain yang sejenis lalu
menetapkan suatu hukum bagi masalah itu dengan
hukum yang berbeda berdasarkan pada alasan bagi
pengecualian itu.
 Al-maslahah al mursalah adalah menetapkan hukum
suatu masalah yang tidak ada nashnya dalam Al-
Qur’an dan sunnah untuk mencapai kebaikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan ‘urf adalah
kebiasaan umum atau adat-istiadat yang dapat
berupa perkataan atau perbuatan.
Berdasarkan uraian diatas, ijtihad dapat kita
maknai sebagai usaha mengerahkan segala
tenaga dan pikiran untuk menyelidiki hukum-
hukum di dalam Al-Qur’an.
Di dalam praktiknya, tidak sembarang orang
bisa melakukan ijtihad dan kemudian berhak
mengeluarkan kepastian hukum mengenai
suatu masalah karena terdapat beberapa
persyaratan khusus yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk membolehkannya menjadi
mujtahid.

Anda mungkin juga menyukai