Anda di halaman 1dari 71

PTM ( Penyakit Tidak Menular )

HIPERTENSI
GANGGUAN JIWA
BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
2
A Program Gizi, Kesehatan Ibu & Anak:
1 Keluarga mengikuti KB
Indikator 2 Ibu bersalin di faskes
Keluarga 3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Sehat 4 Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
B Pengendalian Peny. Menular & Tidak Menular:
6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar
7 Penderita Hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
8
ditelantarkan
C Perilaku dan kesehatan lingkungan:
9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10 Keluarga memiliki/memakai air bersih
11 Keluarga memiliki/memkai jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
3

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan
penyakit tidak menular dan gangguan jiwa di keluarga
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan :
1.Hipertensi
2.Gangguan jiwa
3.Bahaya merokok bagi kesehatan
4.Instrumen pendataan Pelayanan Penyakit Tidak Menular
SISTIMATIKA 4
PERUBAHAN BEBAN PENYAKIT (2)
Penyebab Utama dari Beban Penyakit, 1990-2015

1990 2000 2010 2015

Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan kebiasaan perilaku hidup
(pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok, dll).
Upaya Promotif-Preventif yang efektif harus diutamakan agar dapat menurunkan beban penyakit.

Sumber : Double Burden of Diseases & WHO NCD Country Profiles

5
Faktor Risiko
Perilaku
Penyebab
Terjadinya PTM
Yang Harus
Diperbaiki
SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS)
INDONESIA, 2014
Mengapa PTM Menjadi Masalah

Sebagian besar masyarakat


belum mengerti
10

Sumber : Riskesdas 2013


Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat cukup
besar dan menimbulkan beban akibat kesehatan yang
signifikan
Data Riskesdas (2013)
Gangguan mental emosional (gejala depresi dan anxietas)
pada usia ≥15 tahun adalah 6% atau lebih dari 14 juta jiwa
Gangguan jiwa berat (psikosis) adalah 1.7/1000 atau lebih
dari 400.000 jiwa
14,3% dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa berat
tersebut mengatakan pernah dipasung
12

 Estimasi WHO: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


yang belum mendapatkan layanan kesehatan jiwa di Negara-
negara dengan penghasilan rendah-menengah termasuk
Indonesia adalah >85%.
 Masalah kesehatan jiwa tersebut di atas jika tidak segera
ditanggulangi dapat menurunkan status kesehatan fisik dan
menimbulkan dampak psikososial antara lain: tindak
kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, pemasungan,
maupun tindakan percobaan bunuh diri.
Pemasungan pada ODGJ:

Bentuk pengekangan kebebasan yang dilakukan pada ODGJ


di komunitas  melanggar HAM
Berakibat perampasan kebebasan mengakses layanan untuk
membantu pemulihan fungsi ODGJ tersebut
Sebagian besar dilakukan oleh keluarga inti
Beberapa alasan pemasungan: kurangnya pengetahuan,
kesulitan akses dan keterjangkauan ke layanan kesehatan jiwa.
APAKAH HIPERTENSI ?
14

Pengertian
 Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah secara menetap ≥
140/90 mmHg.

 Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan


tekanan darah arterial yang menetap
15

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH


JNC 7 - 2003
Tekanan darah (mm Hg) Kategori
SISTOLIK DIASTOLIK
<120 dan <80 Normal
120-139 atau 80-89 Prehipertensi
140-159 atau 90-99 Hipertensi
derajat 1
≥160 atau ≥100 Hipertensi
derajat 2
16

GEJALA DAN TANDA


Seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga penderita tidak
merasa sakit. Gejala dan tanda muncul biasanya karena sudah terjadi
kelainan organ

1. Sakit kepala 7. Pandangan menjadi kabur


2. Kelelahan 8. Mata berkunang-kunang
3. Mual dan muntah 9. Mudah marah
4. Sesak napas 10. Telinga berdengung
5. Napas pendek (terengah-engah) 11. Sulit tidur
6. Gelisah 12. Rasa berat di tengkuk
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
17
Pencegahan dan Pengendalian
18

Orang atau kelompok masyarakat yang masih sehat


atau memiliki faktor risiko PTM
19

TATALAKSANA HIPERTENSI
MODIFIKASI GAYA HIDUP UNTUK
TATALAKSANA HIPERTENSI 20

Modifikasi Rekomendasi Penurunan tek darah


sistolik (kurang lebih)

Penurunan berat badan Pertahankan berat badan normal 5-20 mm Hg untuk setiap
(Indeks massa tubuh 18.5-24.9 penurunan berat badan 10
kg/m2) kg
Adaptasi diet DASH Konsumsi buah, sayur sebanyak 5 8-14 mm Hg
(Dietary Approach to porsi/hari, produk rendah lemak
Stop Hypertension) dan rendah lemak jenuh
Diet rendah garam Konsumsi garam tidak lebih dari 2-8 mm Hg
2.0 g/hari atau 1 sendok teh peres
Peningkatan aktifitas fisik Lakukan aktifitas aerobik secara 4-9 mm Hg
teratur seperti jalan
(30 menit/hari setiap hari)
Tidak mengkonsumsi Tidak mengkonsumsi alkhohol 2-4 mm Hg
alkhohol
GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa adalah kumpulan gejala dari gangguan pikiran, gangguan
perasaan dan gangguan tingkah laku yang menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan sosial) dari orang
tersebut
4 JENIS GANGGUAN JIWA TERBANYAK
DI MASYARAKAT

GANGGUAN GANGGUAN
CEMAS DEPRESI

GANGGUAN
GANGGUAN
PSIKOTIK/
BIPOLAR
SKIZOFRENIA
GANGGUAN CEMAS
Gejala Utama:
Rentang emosi: mudah tersinggung, tidak sabar, gelisah, tegang,
frustasi
Ciri Fisik : gelisah, berkeringat, jantung berdegup kencang, kepala
seperti diikat, gemetar dan sering buang air kecil
Ciri Perilaku: gelisah, tegang, gemetar, gugup, bicara cepat dan
kurang koordinasi
Ciri Kognitif: sulit konsentrasi, gejala panik, merasa tidak bisa
mengendalikan semua, merasa ingin melarikan diri dari tempat
tersebut, serasa ingin mati
GANGGUAN DEPRESI
Gejala Utama: Gejala tambahan:
Merasa sedih berkepanjangan lebih Rasa bersalah
dari 2 minggu dan bertahan selama 2 Merasa tidak berguna
bulan Pandangan masa depan suram/ pesimis
Hilang minat dan ketertarikan Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
terhadap aktivitas yang biasanya Gangguan tidur
menyenangkan
Gangguan pola makan
Mudah lelah Gagasan/perbuatan yang membahayakan
diri (ide bunuh diri)

Depresi sering disertai dengan keluhan fisik seperti nyeri kepala, gangguan lambung, dan
keluhan fisik lain yang kronis atau tidak sembuh-sembuh dengan pengobatan fisik biasa.
GANGGUAN BIPOLAR

EPISODE MANIK: EPISODE DEPRESI:


Suasana hati yang gembira berlebihan Murung (sedih) sepanjang waktu
Sangat bersemangat Kehilangan minat/keinginan
Tidak mudah Lelah Mudah lelah/tak bertenaga
Harga diri tinggi
Gagasan/ide yang melompat-lompat Gejala tambahan :
Banyak bicara Rasa bersalah
Perhatian mudah teralih Merasa tidak berguna
Kebutuhan tidur berkurang Pandangan masa depan suram/ pesimis
Dorongan untuk membelanjakan sesuatu Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gangguan tidur
tanpa perhitungan
Gangguan pola makan
Pengendalian diri kurang
Gagasan/perbuatan yang membayakan diri (ide bunuh diri)
GANGGUAN PSIKOTIK/SKIZOFRENIA
Gejala Utama
Perilaku aneh atau kacau (pembicaraan tidak nyambung /tidak relevan)
Rentang emosi labil, mudah tersinggung, gelisah sampai tidak terkontrol
Menarik diri dari lingkungan (diam dan atau mengurung diri),
Kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
(delusi/waham)
Halusinasi (mendengar suara / melihat sesuatu tidak nyata), kadang terlihat
bicara sendiri dan sulit tidur
Tidak dapat bertanggung jawab terhadap yang biasa dikerjakan (aktivitas
pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan sosial)
FAKTOR RISIKO GANGGUAN JIWA

Faktor Faktor Sosial:


Faktor Biologik Psikologik
   
•Relasi interpersonal
•Genetik/Keturunan yang kurang baik
•Tipe Kepribadian
•Perubahan struktur (disharmoni keluarga)
(dependen,
otak dan •Stres yang
keseimbangan kimia
perfeksionis,
introvert) kurang berlangsung lama
otak
motivasi •Masalah kehidupan
•Penyakit fisik
(kondisi medis kronis •Kurang dapat •Kurangnya
dan kondisi menyesuaikan diri dukungan keluarga
penggunaan terhadap perubahan dan lingkungan
obat2an/narkoba) kehidupan
DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami marah-marah tanpa alasan yang jelas, memukul, merusak barang, mudah, curiga
berlebihan tampak bicara sendiri, bicara kacau atau pikiran aneh?
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami sedih terus menerus lebih dari 2 minggu, berkurangnya minat terhadap hal-hal yang
dulunya dinikmati, dan mudah lelah atau tenaganya berkurang sepanjang waktu?
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami cemas, khawatir, was-was. Kurang konsentrasi disertai dengan keluhan fisik seperti
sering berkeringat, jantung berdebar, sesak, mual?
 Adakah anggota keluarga yang sering mengalami gembira berlebihan, merasa sangat bersemangat, merasa hebat dan lebih dari orang
lain, banyak bicara dan mudah tersinggung?
 Adakah anggota keluarga yang mengalami gejala tersebut di atas mengalami pengekangan kebebasan berupa pengikatan fisik atau
pengurungan/pengisolasian?
 Adakah anggota keluarga yang pernah mencoba melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau berusaha mengakhiri hidup?
PENANGANAN AWAL DAN PERAWATAN
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)
DI KELUARGA
• Gangguan Jiwa 1. Tanyakan riwayat gangguan jiwa sebelumnya
dapat diobati jika
diketahui dan atau dalam keluarga
ditangani sejak awal
2. Tanyakan apa yang dipikirkan dan
• Peran keluarga
dalam dirasakan? Apakah ada pikiran yang
memperhatikan mengganggu?
tingkah laku
anggota keluarga 3. Keluarga dapat menjadi tempat berbagi cerita
lain, kalau ada dan rasa
perubahan,
• Segera telusuri: 4. Kalau sulit /tidak teratasi minta bantuan
kader kesehatan, dokter atau datang ke
PKM
5. Jika ada ODGJ dipasunglapor kader/
pamong setempat
INFORMASI PENTING BAGI KELUARGA

Jelaskan bahwa gejala dari keluhan di atas merupakan gejala gangguan


mental, yang juga termasuk penyakit medis.
Pengobatan tergantung kepada jenis, berat-ringannya penyakit/gangguan
jiwa yang dialami.
Dukungan keluarga penting untuk kepatuhan berobat (compliance),
merawat diri, melakukan aktivitas (pekerjaan dan sosial), dan
rehabilitasi. Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan yang
berharga untuk pasien dan keluarga.
KONSELING PASIEN DAN KELUARGA
Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota keluarga, minum obat secara teratur
dapat mencegah kekambuhan. Informasikan obat tidak dapat dikurangi atau dihentikan
tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin timbul dan cara
penanggulangannya (bagi dokter).
Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan seoptimal mungkin di pekerjaan dan
aktivitas harian lainnya
Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan masyarakat (berpakaian,
berpenampilan dan berperilaku pantas).
Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya pada fase akut:
Meminimalisasi stres dan stimulasi
Gaduh gelisah yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan
rawat inap atau pengamatan ketat di tempat yang aman.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
BAHAYA MEROKOK BAGI
KESEHATAN 36

a. Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi


Rokok
1) Karakteristik Asap Rokok
2) Penyakit Terkait Konsumsi Rokok

b. Pencegahan dan Upaya Berhenti


Merokok
1) Perlindungan Terhadap Paparan asap
Rokok
2) Peningkatan Kewaspadaan
Masyarakat Akan Bahaya Produk
Rokok
3) Upaya Layanan Berhenti Merokok
Karakteristik Asap Rokok
37

Asap rokok mengandung


4000 zat kimia dan 43
diantaranya BERACUN
38
Akibat merokok pada
kesehatan manusia

PENYAKIT
TERKAIT
KKONSUMSI
ROKOK

United States Department of Health and Human


Services. How tobacco smoke cause disease :
The biology and behavioral basis for smoking-
attributable disease rockville: Department of
Health and Human Services, Centers for
Disease Control and Prevention, National
Center for Chronic Disease Prevention and
Health Promotion Office on Smoking and Health;
2010.
39

Sumber: Susenas 2015


Perlindungan Terhadap
Paparan Asap Rokok 40

Kawasan Tanpa Rokok


adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, dan/ mempromosikan
produk tembakau.

Tujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya


asap rokok, memberikan lingkungan yang bersih dan
sehat dan meningkatkan kesadaran bahaya asap
rokok.
Selain itu rumah tangga juga harus menerapkan
kawasan rumah tanpa rokok, untukmelindungi seluruh
anggota keluarga terhadap paparan asap rokok,
dengan melarang semua orang merokok di rumah
termasuk orang yang berkunjung kerumah tersebut.
Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat akan
Bahaya Rokok 41

 Peraturan Menteri Kesehatan


nomor 28 tentang
Pencantuman Informasi dan
Peringatan Kesehatan
Bergambar pada Kemasan
Rokok.
 Meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang bahaya
merokok terhadap kesehatan
diri sendiri maupun orang lain
atau lingkungan sekitarnya.
Upaya Layanan Berhenti Merokok
42

 Upaya Layanan Berhenti Merokok (UBM) di fasilitas


kesehatan tingkat pertama (FKTP)melalui :
 Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam dan menyediakan sarana dan
prasarana layanan Berhenti Merokok di FKTP
 Peningkatan kapasitas guru dalam melakukan skrining dan konseling Berhenti
Merokok bagi siswa.

 Selain itu Kementerian kesehatan telah menyediakan


layanan berhenti merokok (Quitline) melalui telepon
tanpa bayar (hotline) di 0800-177-6565
Upaya Layanan Berhenti Merokok
43

 Sebagai pembina keluarga sehat, wajib


menjelaskan bahaya merokok dan paparan
asap rokok bagi kesehatan kepada seluruh
anggota keluarga yang menjadi binaannya dan
menganjurkan anggota keluarga yang merokok
untuk berhenti merokok dan menginformasikan
layanan berhenti merokok di FKTP dan FKRTL
serta layanan QUITLINE yang tersedia.
KESIMPULAN
44

1. Hipertensi dapat dicegah dan dikendalikan


2. Tatalaksana / Pengobatan Hipertensi :
– Modifikasi pola hidup sehat
– Obat
3. Dengan “PATUH” , tekanan darah dikendalikan dan
kerusakan/ komplikasi organ akibat Hipertensi dapat
dicegah
4. Pengobatan ODGJ perlu dilanjutkan meskipun gejala
telah mereda. Tidak memberhentikan atau mengurangi
obat tanpa persetujuan dokter.
KESIMPULAN (2)
45

5. Diperlukan antisipasi dalam menghadapi kekambuhan, karena


gejala dapat hilang timbul, antara lain dengan minum obat dan
mengikuti terapi lain (misalnya: psikoterapi) secara teratur.
6. KTR bertujuan untuk melindungi perokok pasif dari bahaya asap
rokok, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta
meningkatkan kesadaran bahaya asap rokok.
7. Keluarga/rumah tangga harus menerapkan kawasan rumah tanpa
rokok untuk melindungi seluruh anggota keluarga terhadap
paparan asap rokok dengan melarang semua orang merokok di
rumah termasuk orang yang berkunjung ke rumah tersebut.
KESIMPULAN (3)
46

8. Pembina keluarga sehat, wajib menjelaskan bahaya merokok


dan paparan asap rokok bagi kesehatan kepada seluruh
anggota keluarga yang menjadi binaannya dan menganjurkan
anggota keluarga yang merokok untuk berhenti merokok
9. Pembina keluarga dan anggota masyarakat berperan penting
dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa
47

INSTRUMEN PENDATAAN
PELAYANAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
48

DEFINISI OPERASIONAL
NO. INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang berdasar
Penderita hipertensi pengukuran adalah penderita tekanan darah tinggi
7
berobat teratur (hipertensi), ia berobat sesuai dengan petunjuk
dokter/petugas kesehatan.

Penderita gangguan Jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang


8 jiwa berat tidak menderita gangguan jiwa berat, penderita tersebut tidak
ditelantarkan ditelantarkan dan/atau dipasung.

Jika tidak ada seorang pun anggota keluarga yang sering


Tidak ada anggota atau kadang-kadang menghisap rokok atau produk lain
9 keluarga yang dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota
merokok keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan
menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.
49

DO INDIKATOR
7. Penderita hipertensi yang berobat sesuai aturan: (ART > 15 tahun )
a. Pernah didiagnosis menderita hipertensi : 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat hipertensi secara teratur : 1. Ya 2. Tidak
Hasil pengukuran tekanan darah : Normal dan tekanan darah tinggi
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T
Jika (a) jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan pengukuran
tekanan darah

Jika (a) jawabannya “tidak” maka dilakukan pengukuran tekanan darah


Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran normal N
Jika (a) jawabannya “tidak” dan hasil pengukuran darah tinggi  T
50

DO INDIKATOR
8. Penderita gangguan jiwa berat (Schizophrenia) yang mendapat
pelayanan pengobatan (ART > 15 tahun)
a. Pernah didiagnosis menderita Schizophrenia 1. Ya 2. Tidak
b. Meminum obat gangguan jiwa berat secara teratur 1. Ya 2. Tidak
Jika (a) jawabannya “tidak”  N
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “ya”  Y
Jika (a) jawabannya “ya” dan (b) jawabannya “tidak”  T

9. Ada anggota keluarga yang merokok: (ART > 15 tahun)


Apakah Saudara merokok? 1. Ya 2. Tidak
Jika Jawaban “ya”  T Jawaban “tidak”  Y
51

A. HIPERTENSI
B. GANGGUAN KESEHATAN
Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur ≥ 15 tahun
8. Apakah Saudara pernah didiagnosis menderita  

tekanan darah tinggi/hipertensi?


1. Ya 2. Tidak P.10a
9. Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum  

obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara


teratur?
1. Ya 2. Tidak

10. a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah?  

1. Ya 2. Tidak

b. Hasil pengukuran tekanan darah  


 
b.1. Sistolik (mmHg)
 
 
b.2. Diastolik (mmHg)
52
B.KESEHATAN JIWA
II. KETERANGAN KELUARGA
7. Apakah ada Anggota Keluarga yang pernah didiagnosis menderita gangguan jiwa berat  
(Schizoprenia)?
1. Ya 2. Tidak P.9
8. Bila ya, apakah selama ini penderita tersebut meminum obat gangguan jiwa berat secara  
teratur?
1. Ya 2. Tidak
9. Apakah ada Anggota Keluarga yang dipasung?  
1. Ya 2. Tidak
C.BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN
B. GANGGUAN KESEHATAN

Berlaku untuk semua umur


   
1. Apakah Saudara mempunyai kartu jaminan kesehatan atau JKN?  
1. Ya 2. Tidak

2. Apakah Saudara merokok?


 
1. Ya (setiap hari, sering/kadang-kadang) 2. Tidak (tidak/sudah berhenti)
53
Referensi
1. Buku Pedoman Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi , Dit PPTM ,
2015 Kementerian Kesehatan RI
2. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer , 2016 Kementerian Kesehatan RI
3. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di FKTP 2015, Kementerian Kesehatan
RI
4. Buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia ( PPDGJ ) III,
1993 Kementerian Kesehatan RI
5. Buku Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di FKTP , 2014 Kementerian Kesehatan RI
6. Buku Pedoman Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ 2016, Kementerian
Kesehatan RI
54

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


55
PANDUAN PENUGASAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

I. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok


II.Masing masing kelompok, dibagi lagi menjadi 2.
a)Duduk berhadapan mempraktekkan cara mengukur tekanan
darah yang baik dan benar sampai mencatatkannya di
formulir.
b)Dilakukan bergiliran, sehingga semua peserta
mempraktekkan sebagai pasien dan petugas.
Pengukuran Tekanan Darah
56

Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter Digital.


Pengukuran ini untuk mendapatkan data tekanan darah
pada penduduk.
1) Alat dan bahan
a.Tensimeter digital
b.Manset besar
c.Batu baterai AA
57
2) Cara pengukuran
a. Prosedur sebelum pengukuran
1) Pemasangan baterai
• Balikkan alat, hingga bagian bawah menghadap
keatas
• Buka tutup baterai sesuai tanda panah
• Masukkan 4 buah baterai “AA” sesuai dengan
arah yang benar.
Pemasangan Batu Baterai
58
59
2) Penggantian baterai
 Matikan alat sebelum mengganti baterai
 Keluarkan baterai jika alat tidak akan digunakan selama lebih
dari 3 bulan.
 Jika baterai dikeluarkan >30 detik, maka tanggal/waktu perlu
disetting kembali.
 Buang baterai yang sudah tidak terpakai pada tempat yang
sesuai
 Jika tanda baterai bersilang muncul, segera ganti baterai
dengan yang baru
 Walaupun tanda baterai bergaris muncul, saat masih dapat
digunakan untuk mengukur sebentar, akan tetapi baterai harus
segera diganti
60
3) Prosedur pengukuran
a) Tekan tombol “start/stop” untuk mengaktifkan alat
61

b) Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah,


responden sebaiknya menghindar kegiatan aktifitas fisik
seperti olah raga, merokok, dan makan, minimal 30 menit
sebelum pengukuran. Dan juga duduk beristirahat
setidaknya 5-15 menit sebelum pengukuran.

c) Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres.


Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang
tenang dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk.
62
Petugas Yang Ramah dan Ruangan Yang Nyaman
63
d) Pastikan responden duduk dengan posisi kaki tidak menyilang
tetapi kedua telapak kaki datar menyentuh lantai. Letakkan
lengan kanan responden diatas meja sehingga manset yang
sudah terpasang sejajar dengan jantung responden
e) Singsingkan lengan baju pada lengan bagian kanan responden
dan memintanya untuk tetap duduk tanpa banyak gerak, dan
tidak berbicara pada saat pengukuran. Apabila responden
menggunakan baju berlengan panjang, singsingkan lengan
baju ke atas tetapi pastikan lipatan baju tidak terlalu ketat
sehingga tidak menghambat aliran darah dilengan
f) Biarkan lengan dalam posisi tidak tegang dengan telapak
tangan terbuka keatas
Posisi pengukuran tekanan darah
64

Sambil
berbicara

Posisi jongkok Posisi berdiri


65

g) Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis


kembali dan hasil pengukuran akan muncul. Alat akan
kembali menyimpan hasil pengukuran secara otomatis
h) Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika anda
lupa untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan
sendirinya dalam 5 menit
4) Prosedur penggunaan manset
66
a. Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat
b. Perhatikan arah masuknya perekat manset
c. Pakai manset, perhatikan arah selang
d. Perhatikan jarak manset dengan garis siku lengan ±1─2 cm.
e. Pastikan selang sejajar dengan jari tengah, dan posisi lengan
terbuka keatas
f. Jika manset sudah terpasang dengan benar, rekatkan manset
g. Pastikan cara menggunakan manset dengan baik dan benar,
sehingga menghasilkan pengukuran yang akurat
h. Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil pengukuran
tersebut pada formulir hasil pengukuran dan pemeriksaan.
67
Cara pemasangan manset pada tensimeter digital

jarak antara manset dan


lekukan siku  2jari
68
• Catatan :
a) Jika hasil pengukuran hasilnya ekstrim, pengukuran
dilakukan dua kali, jarak antara dua pengukuran
sebaiknya antara 2 menit dengan melepaskan manset
pada lengan.
b) Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat
selisih > 10mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah
istirahat selama 10 menit dengan melepaskan manset
pada lengan
c) Apabila responden tidak bisa duduk, pengukuran dapat
dilakukan dengan posisi berbaring, dan catat kondisi
tersebut dilembar catatan.
69
Bekerja
bersama
untuk
mewujud
kan
keluarga
Indonesia
menjadi
keluarga
yang
sehat
71

Anda mungkin juga menyukai