Anda di halaman 1dari 25

Teknologi

Migas dan
Batubara
APRI MUJIYANTI, S.T., M.T.
01
SEJARAH
PENGILANGAN DAN
PERMINYAKAN
NASIONAL
1. Sejarah Pengilangan

Pengeboran sumur minyak pertama kali dilakukan oleh Kolonel


Edwin L. Drake di dekat Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat
pada tanggal 22 Agustus 1859 dengan menggunakan metode
pemboran yang masih sangat sederhana yaitu pemboran
tumbuk, sampai kedalaman 21 meter
Sedangkan di Indonesia pengeboran sumur minyak pertama kali
dilakukan oleh seorang Belanda bernama Jan Reerink. Reerink
menancapkan bor pencarian minyak bumi di Cibodas Tangat,
Kecamatan Majalengka, Jawa Barat, tahun 1871. Karena kurang
pengalaman, pengetahuan, dan peralatan, usaha Reerink hanya
mencapai 33 meter. Dan berhadapan dengan longsoran-
longsoran tanah, sehingga pemboran pertamanya ini dihentikan
pada tahun 1872. Pemboran kedua dilakukan lagi tapi hanya
setengah meter jaraknya dari lobang pertama. Mencapai
kedalaman 22 meter dan terjadi longsoran tanah. Karena tidak
komersil maka sumur ini akhirnya ditinggalkan.
2. Perminyakan di
Indonesia Tabel 3.1 menunjukkan kilang minyak di
Indonesia beserta kapasitas minyak mentah
Kilang minyak di Indonesia terserbar di yang dapat diolah per hari nya
beberapa tempat di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan Irian Jaya. Sebagian kilang
minyak ini didirikan pada zaman penjajahan
Belanda, yaitu kilang minyak Pangkalan
Brandan, Sungai Gerong, Plaju, Cepu,
Wonokromo dan Balikpapan dan sebagian
didirikan setelah Indonesia merdeka, yaitu
kilang minyak Sungai Pakning, Dumai,
Balongan dan Kasim. Saat ini kilang
Wonokromo sudah tidak beroperasi lagi Tabel 1. 1 Kilang Minyak di Indonesia
Kilang Minyak di Indonesia
Secara singkat minyak mentah yang diolah pada setiap unit-unit kilang minyak di Indonesia dan menghasilkanberbagai jenis produk, yaitu sebagai
berikut:

Kilang Musi (Plaju-Sungai Kilang Dumai (Riau)


Gerong/Sumater Selatan)
01 Produk- produk yang dihasilkan: bensin,
bensin pesawat terbang, bahan bakar jet,
02 Produk yang dihasilkan: LPG, bensin,
premium, naphta, kerosin, solar dan
kerosin, solar, minyak diesel, minyak bakar, kokas kalsinasi.
malam parafin dan aspal.

Kilang Sungai Pakning (Riau) Kilang Pangkalan Brandan


Produk yang dihasilkan: naphta, (Sumatera Utara)
03 kerosin, solar dan residu malam
belerang rendah (Low Sulphur Waxy
04 Produk yang dihasilkan: bensin, kerosin,
solar dan residu. Namun kilang ini sudah
Residue, LSWR tidakberoperasi sejak tahun 2007
Kilang Minyak di Indonesia
Secara singkat minyak mentah yang diolah pada setiap unit-unit kilang minyak di Indonesia dan menghasilkanberbagai jenis produk, yaitu sebagai
berikut:

Kilang Balikpapan (Kalimantan


Kilang Cilacap (Jawa Tengah)
Timur)

05 06
Produk yang dihasilkan: elpiji, bensin,
Produk yang dihasilkan: elpiji, bensin
avtur, kerosin, solar, minyak diesel, premium, avtur, kerosin, solar, minyak diesel,
minyak bakar, minyak pelumas dan minyak bakar dan malam.
aspal.

Kilang Cepu (Jawa Tengah) Kilang Balongan (Jawa Barat)


Produk yang dihasilkan adalah nafta,
07 pertasol, kerosin, solar, minyak 09 Produk yang dihasilkan adalah LPG,
propilen, bensin, kerosin, solar, minyak
bakar dan malam batik. diesel, minyak bakar dan belerang
3. Macam-macam tipe kilang

Kilang minyak adalah rangkaian fasilitas industri yang rumit dengan


berbagai teknis operasional dan peralatan atau fasilitas
pendukungnya oleh sebab itu pembangunan oil refinery di beberapa
negara membutuhkan biaya yang sangat besar.
Tidak hanya sebagai tempat pengolahan, oil refinery juga memiliki
fasilitas tangki sebagai penyimpanan minyak mentah. Sebuah oil
refinery tidak akan pernah berhenti beroperasional sepanjang tahun.
Selama 24 jam, oil refinery akan terus beroperasi untuk memenuhi
kebutuhan bahan bakar
Macam-macam Tipe Kilang

1 2 3

Kilang Kilang Minyak Kilang


Minyak Hydro Skimming Minyak
Topping Oil Jenis oil refinery berikutnya adalah Konversi
Kilang Hydro Skimming. Kilang ini
Kilang topping oil adalah fasilitas tempat Kilang konversi dilengkapi juga
memiliki konfigurasi unit dan fasilitas
pengolahan minyak bumi paling sederhana. dengan fitur pengurangan
yang lebih baik daripada kilang topping
Peran nya difokuskan untuk sekedar produksi bahan bakar sisa.
oil. Dilengkapi dengan unit fungsional
melakukan penyimpanan, sekaligus mengolah Produk olahan minyak bumi yang
operasional seperti hydrotreating, hydro-
minyak bumi pada tahap awal saja. Kilang dapat dihasilkan dari kilang
cracking, dan beberapa lainnya
topping oil memiliki konfigurasi sederhana konversi ini adalah bahan bakar
membuat kilang ini lebih efisien dan
karena memiliki fitur pemurnian yang lebih ringan, seperti bensin, solar,
produktif dibandingkan dengan kilang
sedikit. sampai avtur.
topping oil
Macam-macam Tipe Kilang

4 5

Kilang Kilang Minyak


Minyak Deep
Konversi Conversion
Dilengkapi dengan fasilitas konversi olefin Kilang ini identik dengan kilang modern
membuat kilang ini memiliki operasional yang saat ini digunakan untuk
lebih efisien dari dua jenis kilang menghasilkan bahan bakar dengan kadar
sebelumnya. Kilang konversi dilengkapi sulfur rendah sekaligus tingkat kejernihan
juga dengan fitur pengurangan produksi tinggi.
bahan bakar sisa.
Klasifikasi Produk Kilang
Fraksi Gas Fraksi Ringan Distilat
dipakai sebagai bahan baku Bensin (Gasoline), Minyak Diesel : ADO
pembuatan amoniak, pupuk dan Pelarut Nafta dan (Automative Diesel Oil) dan
petrokimia lainnya. Kerosin, Minyak Jet IDO (Industrial Diesel Oil)

Minyak Gemuk (Grease) dan


Minyak Pelumas Lilin (Wax) Residu
Oli mesin, Oli silinder,
Lilin parafin Petrolatum Minyak Fuel oilKokas Aspal, Residu
Oli netral, Bright gemuk karbon (Carbon residue)
Stock
02
MINYAK BUMI DAN KOMPOSISINYA
1. Pendahuluan

Minyak bumi atau petroleum berasal dari bahasa latin


“petra” yaitu rock/stone yang berarti bebatuan dan “oleum”
yaitu oil yang berarti minyak. Petroleum atau minyak bumi
tersusun oleh unsur karbon dan hidrogen yang merupakan
komponen utama dari bumi yang berasal dari jasad renik
lautan, tumbuhan dan hewan yang telah mati ratusan juta
tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di
dasar lautan kemudian di tutupi oleh lumpur
2. TEORI UMUM TERBENTUKNYA MINYAK

Teori Anorganik (Abiogenesis)


Menurut Berthelot (1866), minyak bumi berasal dari reaksi antara karbida (reaksi batuan karbonat
dan logam alkali) dengan air yang menghasilkan asetilen (C2H2) yang selanjutnya berubah menjadi
minyak bumi karena pengaruh suhu dan tekanan yang tinggi

Teori Organik (Biogenesis)


Teori ini dikemukakan oleh Engler (1911) yang mengatakan bahwa minyak bumi terbentuk dari pembusukan fosil-fosil hewan dan
tumbuh-tumbuhan pada zaman purba jutaan tahun silam. Menurut Engler minyak bumi yang terbentuk dari bahan organik harus
melalui 3 tahapan, yaitu :
• Tahap Pertama: sisa-sisa organisme hewan dan tumbuhan akan terkumpul dan terkubur di bawah permukaan laut yang
selanjutnya akan terurai oleh bakteri
• Tahap Kedua : adanya tekanan dan temperatur yang tinggi akan mengakibatkan terbentuknya karbon dioksida (CO2)
darisenyawa yang mengandung gugus karboksi dan air akan terbentuk dari asam hidroksi dan alkohol
• Tahap Ketiga : komponen tidak jenuh yang ada dalam protopetroleum akan berpolimerisasi karena pengaruh katalis sehingga
poliolefin akan berubah menjadi senyawa hidrokarbon naften dan parafin
3. KOMPOSISI MINYAK BUMI
03

KLASIFIKASI
MINYAK BUMI
1. Pendahuluan
1. KLASIFIKASI BERDASARKAN BASISNYA
2. KLASIFIKASI BERDASARKAN
API GRAVITY/BERAT JENIS
3. KLASIFIKASI BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
4. KLASIFIKASI BERDASARKAN
FAKTOR KARAKTERISTIK UOP

Minyak mentah Minyak mentah


dasar parafin dasar intermediate

K = >12,1 K = 11,5 – 12,1

Minyak mentah Minyak mentah dasar


dasar naften aromatik
K = 10,5 – 11,45 K = <10,5
4. KLASIFIKASI BERDASARKAN
DISTRIBUSI ATOM KARBON

Distribusi karbon beberapa minyak mentah


(Van Nes &Van Westen)
5. KLASIFIKASI BERDASARKAN
INDEKS KORELASI

Klasifikasi ini dikembangkan oleh H.M. Smith dari US Bureau of Mines yang juga
berlaku untuk fraksi minyak bumi. Indeks ini diperoleh dengan melukiskan
kebalikan titik didih rata-rata volumetrik sesuatu fraksi terhadap berat jenis pada
60/60°F di dalam garis untuk setiap hidrokarbon. Klasifikasi ini menggunnakan
specific gravity dan titik didihratarata fraksi minyak bumi sebagai dasar untuk
membuat suatu indeks korelasi (ASTM D86), yaitu dengan persamaan berikut:

Dimana:
C I = Indeks Korelasi (correlation index)
K = titik didih rata-rata (standar Bureau of Mines)
S = berat jenis (specific gravity 60/60°F)
Correlation Index (C I) :
0 -15 = dominan parafin dalam fraksi minyak
15 - 50 = dominan naften atau campuran (parafin, naften, aromatik)
> 50 = dominan aromatik
6. KLASIFIKASI BERDASARKAN KADAR SULFUR

Tabel 3.4 Klasifikasi minyak bumi berdasarkan kadar sulfur


7. KLASIFIKASI BERDASARKAN SIFAT
PENGUAPAN

Tabel 3.5 Klasifikasi minyak bumi berdasarkan sifat penguapan


8. KLASIFIKASI BERDASARKAN
KOMPONEN HIDROKARBON

Tabel 3.5 Klasifikasi minyak bumi menurut U.S. Bureau of Mines


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai