Anda di halaman 1dari 14

MODULUS ELASTISITAS BAMBU

BETUNG DENGAN
VARIABEL PANJANG
(1. Harra Hau, 2. Masturi, 3. Ian Yulianti, 4. Salvo Kahumbu Hau, 5. Soleman Dappa Talu.)

Oleh : Khilyatul Afkar


NIM : A24180008
P r o d i : Te k n i k L i n g k u n g a n
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat jenis-jenis bambu yang diperkirakan sekitar 159


spesies dari total 1.250 jenis bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88
jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik. Salah satu
jenis bambu adalah bambu betung, sebagian besar digunakan untuk membuat
berbagai jenis kerajinan tangan, bahan bangunan, dan untuk chopstick.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Bambu Betung itu ?
2. Mengapa Bambu Betung dapat dijadikan sebagai salah satu
media dalam mengukur ke-elastisitasan ?
3. Apa metode yang digunakan dalam mengukur elastisitas dari
Bambu Betung ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Bambu Betung.
2. Mengetahui bahwa Bambu Betung dapat dijadikan sebagai
salah satu media dalam mengukur ke-elastisitasan.
3. Mengetahui metode yang digunakan dalam mengukur
elastisitas dari Bambu Betung.
D. Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai bambu betung.


2. Memberikan informasi mengenai kelebihan dan kegunaan
dari bambu betung.
3. Mengetahui metode dalam mengukur elastisitas bambu
betung.
4. Mengetahui hasil ke-elastisitasan bambu betung dengan
menggunakan metode yang digunakan oleh penulis.
BAB 2

Landasan Teori
Tegangan (δ)

Tegangan adalah perbandingan besar gaya yang bekerja pada suatu benda terhadap luas penampang
tertentu.
Secara matematis, tegangan dirumuskan sebagai berikut :

F = Gaya (N)
A= Luas Permukaan/Penampang (m2)
δ = Tegangan (N/m2)
Regangan (ε)

Regangan adalah perubahan relatif ukuran atau bentuk benda yang mengalami tegangan
atau perubahan panjang per unit panjang bahan semula. Secara matematis, regangan
dirumuskan sebagai berikut:

l = Pertambahan Panjang (m)


L0 = Panjang Mula-mula (m)
ε = Regangan (Tidak bersatuan)
 
Modulus Elastisitas (E)

Modulus Elastisitas sering disebut Modulus Young yang merupakan perbandingan antara
tegangan dan regangan dalam deformasi yang elastis.

δ = Tegangan (N/m2)
◦ ε = Regangan (Tidak Bersatuan)
◦ F = Gaya (N)
◦ A = Luas Permukaan/Penampang (m2)
◦ l = Pertambahan Panjang (m)
◦ l = Panjang Mula-mula (m)
◦ E = Modulus Elastisitas (N/m2)
Variabel Panjang
Variabel yang mempengaruhi atau yang menyebabkan terjandinya
perubahan variabel terikat karena adanya perubahan panjang dari bambu betung.
BAB 3

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara memasang gelagar bambu pada penjepit dan
diberikan beban dengan posisi ditengah atau sering disebut “One Point Loading” (OPL) atau
pengujian beban tunggal terpusat yaitu kasus pembebanan beban diterapkan atau dibebankan
di tengah bentang.
Besar pelenturan (f) ditentukan melalui persamaan matematis sebagai berikut:
BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil penelitan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.


dengan lebar 1,5 cm dan tebal 0,8 cm.

Defleksi (f) dalam


Jenis Bambu Panjang Awal (cm) (cm)
Massa 6 Kg
50 2.8
60 3.9
70 5
Betung
80 6
90 6.4
100 6.5
Dianalisis dengan grafik regresi linear dengan persamaan :
y  ax

Dari nilai gradient ini diperoleh nilai modulus


Dengan y = Nilai Defleksi
elastisitasnya dengan persamaan:
x = Panjang Gelagar Bambu
a = Gradien.

E = Modulus Elastisitas (N/m2)


P = Gaya (N)
b = Lebar Batang (cm)
h = Tebal Batang (cm)
a = Gradien
BAB 5

PENUTUP
A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa semakin panjang bambu maka nilai
defleksinya semakin besar diperoleh modulus elastisitas sebesar 1.0122E+10N/m2.
B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, maka penulis memberikan saran yang bermanfaat dan dapat membantu

pembaca dalam memenuhi kebutuhan akademik, khususnya di bidang fisika. Perlu adanya penjelasan lebih
detail mengenai hubungan rumus pelenturan dengan Modulus Elastisitas.Perlu adanya contoh dalam menghitung hasil

Modulus Elastisitas dari Bambu Betung.

Anda mungkin juga menyukai