Anda di halaman 1dari 33

Pengertian Morbiditas, Jenis dan

kriteria diagnosis, teknik dan


pendekatan kodifikasi;
Oleh:
Dwi Vita Destriana, A.Md.RMIK., S.Tr.T

Akademik Perekam Medis Dan Informatika Kesehatan Bandung


2022
DEFINISI MORBIDITAS

• Morbid berasal dari bahasa Latin yang berarti kondisi sakit atau
menjadi sakit.
• Morbiditas adalah sebutan bagi
1. kualitas penyakit atau yang sedang terserang sakit.
2. Kondisi yang menyebabkan sakit.
3. Ratio jumlah yang sakit dalam total populasi di komunitasnya
DEFINISI MORBIDITAS

 Analisis morbiditas kondisi-tunggal adalah kondisi utama yang sedang diobati


atau diperiksa selama episode perawatan kesehatan yang relevan.
 Kondisi utama adalah kondisi, yang didiagnosa pada akhir episode asuhan
kesehatan, yang menyebabkan pasien memerlukan pengobatan atau pemeriksaan.
 Kalau terdapat lebih dari satu kondisi, harus dipilih kondisi yang membutuhkan
penggunaan sumber-daya lebih banyak. Kalau tidak ada diagnosis yang ditegakkan,
maka gejala, temuan abnormal, atau masalah pasien harus dipilih sebagai kondisi
utama.
 Sebagai tambahan pada kondisi utama, catatan medis harus, sedapat mungkin,
juga berisi daftar terpisah yang berisi kondisi atau masalah lain yang dihadapi
selama episode perawatan kesehatan.
DEFINISI MORBIDITAS

 Kondisi lain adalah kondisi yang terdapat bersamaan atau berkembang


selama episode asuhan kesehatan, dan mempengaruhi asuhan pasien.
(Kondisi lain yang walau pun berhubungan dengan episode
sebelumnya, namun tidak mempengaruhi kondisi saat ini, tidak boleh
dicatat jika menggunakan Analisis morbiditas kondisi-tunggal).
 Dengan membatasi analisis pada satu kondisi per episode, beberapa
informasi mungkin akan hilang. (Jadi dianjurkan, kalau bisa, untuk
melakukan pengkodean dan analisis ganda sebagai tambahan pada
data rutin. Ini harus dilakukan sesuai dengan aturan lokal, karena
tidak ada aturan internasional tentang ini yang telah diciptakan)
TUJUAN

• Melatih pengkode melaksanakan pengkodean diagnoses pasien dengan

teliti (tidak sembarang menafsirkan sendiri tulisan dokter), presisi

(berkerja sesuai pedoman aturan cara penggunaan buku klasifikasi

yang ditentukan), akurat (sesuai kondisi yang disandang pasien), dan

tepat (waktu sesuai episode perawatannya).


TUJUAN……

• Praktik memanfaatkan 5 (lima) Rules Morbiditas ICD-10 yang tersedia

untuk menentukan mana diagnose, seorang pasien rawat pulang, yang

dirawat dengan berbagai diagnoses yang harus dikode demi

kepentingan statistik kesehatan dan manajemen finansial/keuangan

rumah sakit.
Kegunaan Data Morbiditas

• Memanage pelayanan pasien


• Merencanakan pelayanan kesehatan
• Alokasi ketepatan sumber daya
• Identifikasi kausa penyakit
• Evaluasi terapi
• Mengkaji proyek baru atau program kesehatan masyarakat
Data morbiditas di Indonesia,
sampai saat ini dihasilkandari olahan hasil codingdata diagnoses pasien berdasarkan sistem ICD.
ICD menentukan bahwa:-data morbiditasyang akan digunakan untuk:
1. formulasi kebijakan dan
2. program kesehatan,
3. manajemen, monitoring dan evaluasi,
4. epidemiologi,
5. identifikasi populasi dalam
6. risiko dan penelitian klinik
7. adalah data kondisi tunggal pasien.
8. Memanaje pelayanan pasien
9. Merencanakan pelayanan kesehatan
10.Alokasi ketepatan sumber daya
11.Identifikasi kausa penyakit
12.Evaluasi terapi
13.Mengkaji proyek baru atau program kesehatan masyarakat
Episode rawat adalah:

“A period of admitted patient care between an admission and a


discharge or death or series of contacts with health practitioner
regarding the same problem or its immediate consequences.”
...KONSEP SENTRAL MORBIDITAS

Pada pasien yang dinyatakan boleh pulang dari satu episode asuhan, dokter yang
bertanggungjawab terhadap asuhan pasien harus merekam semua kondisi yang
berpengaruh kepada kondisi pasien terkait.
Dalam praktek bisa saja ada beberapa variasi penentuan pelaporan Morbiditas,
tergantung aturan setempat, yaitu :
ada yang mengatur hanya melaksanakan single-condition coding
ada yang menentukan kebijakan multi-condition coding.
...KONSEP SENTRAL MORBIDITAS

Di Indonesia sampai saat ini hanya mengharuskan


1. Menggunakan single-condition coding bagi rumah sakit dalam
pelaporan isian RL untuk statistik morbiditas
2. Menggunakan multi-condition coding yang bisa menentukan
besaran biaya asuhan yang harus ditagih ke pihak ketiga
pembiaya pelayanan asuransi baik Jamkesmas, Jampersal
ataupun Jampelthas (INA CBG’s) yang sedang dikembangkan.
Untuk keperluan pelayanan tersebut seorang pengkode harus mahir
melaksanakan single-condition maupun multi-condition coding berdasarkan
sistem klasifikasi penyakit dan masalah terkait kesehatan ICD-10, WHO.
...KONSEP SENTRAL MORBIDITAS

Pada akhir episode asuhan, dokter yang mengasuh pasien harus


merekam SEMUA kondisi yang tersandang pasiennya berikut semua
prosedur tindakan yang dilakukan dalam episode rawat terkait

Diganosis utama (main diagnosis)harus teridentifikasi secara


nyata.
Apa yang Harus dikode

Kondisi utama atau Principal diagnosis

+/- kondisi-kondisi lain atau sekunder

+/- prosedur-prosedur, operasi dan intervensi


Definisi WHO tentang:
Main Diagnosis

• ... the diagnosis established at the end of the episode of care


to be the condition primarily responsible for the patient
recieving treatment or being investigated ... that condition
that is determined to have been mainly responsible for the
episode of health care...
SECONDARY DIAGNOSIS
(DIAGNOSIS SEKUNDER)

• Diagnosis yang ikut bersama (co-exists) dengan main diagnosis saat


waktu admisi, atau yang muncul dalam episode asuhan pasien
terkait

• Komplikasi (complications) dan


Komorbiditas (comorbidities)
KOMORBIDITAS (COMORBIDITY)
ITU APA?

Suatu penyakit yang datang bersama dengan main diagnosis dan


memerlukan pengobatan dan asuhan tambahan bersama terapi yang
diberikan kapada kondisi utama yang menyebabkan pasien masuk
rawat.
KOMPLIKASI (COMPLICATION)
ITU APA?

• Suatu penyakit yang muncul saat dalam episode asuhan, akibat


dari suatu kondisi yang telah ada (pre-existing) yang timbul
sebagai hasil asuhan yang diterima pasien terkait.
RULES untuk SELEKSIMAIN DIAGNOSIS

Diterapkan apabila:

-kondisi yang diseleksi klinikusnya tidak konsisten dengan definisi


formal
-apabila tidak ada kondisi yang telah dirinci atau terdokumentasi
Petunjuk Pengkodean

• Kode berasterisk (*) tidak bisa dikode untuk diagnosis utama,


pilih yang berdagger ( † )

• Beri kode penyakit yang akut sebagai diagnosis utama bila ditulis
akut atau kronis (kecuali ada kode kombinasi yang bisa diterapkan)
Lanjutan-1

• Bila ada > satu site yang terkena luka bakar (burn), maka beri
kode pada yang terberat sebagai diagnosis utama

• Untuk cedera ganda (multiple), cedera yang paling mengancam


jiwa pasiennya yang dikode sebagai diagnosis utama.
Lanjutan-2

• Jangan sekali-kali memilih kode sebab luar atau morfologi tumor


sebagai kondisi utama.

• Pengkodean hendaknya adalah:


-upaya kerjasama antara klinikus dan pengkode perlu komunikasi
yang lancar dan baik.
Ringkasan Panduan Pnegkodean Diagnoses
utama dan sekunder

MDx (main diagnose) hendaknya dipilih klinikus yang mengobati


pasiennya pada akhir episode asuhan –atau, bila perlu, oleh
pengkode berdasarkan penerapan salah satu Rule Reseleksi
tersedia, dengan tepat.
Lanjutan

• Segera MDx terpilih, diagnoses lain-lain berikut prosedur bisa


dikode semua sesuai praktek pengkodean normal dan kebijakan
yang berlaku.

• Prosedur tindakan harus sesuai dengan kondisi diagnose pasiennya.


“Abstraction”

• Pengkode membaca ringkasan rekam klinis dan tulis hal-hal yang


akan dikode –ini yang dimaksud dengan: Abstraction.

• Pengkode harus menggunakan semua dokumen dalam rekam klinis,


tidak hanya lembar ringkasan pasien pulang atau lembar
pertama rekam medis.
Lanjutan…

• Pengkode perlu mengkode diagnosis utama, sekunder (bila ada)


dan intervensi atau prosedur (bila ada).

“ Ini melalui proses Analisis Kualitatif


dan Kuantitatif dalam manajemen
Rekam Medis”
Coding –abstraction
(Pengkodean –Pemisahan)

1.Buat daftar semua kondisi dan prosedur yang harus dikode dari
skenario di bawah ini.

2.Tentukan Diagnosis Utamanya.


Latihan 1

Skenario (1):

Pasien dengan osteoartitis masuk rawat untuk menjalani knee


replacement (operasi palastik lutut).

Postoperasi mengalami sakit dada Hasil ECG:


anterior myocardial
infarction.

Pasien demam pada hari ke 8 dan hasil kultur urin ditemukan E-coli UTI,
diberi antibiotika.
Skenario (2)

Pasien dewasa masuk admisi dengan keluhan batuk produktif, napas


pendek, dan demam, hasil X-ray thorax: pneumonia dan gagal
jantung kongestif
Riwayat sakit hipertensi, kanker payu dara (mastectomy, 4 tahun
yang lalu) dan ada Deep Venous Thrombosis.
Diberi i.v. antibiotika, O2, ventolin/salin nebulizer, hipertensi tetap
stabil –medikasi telah dikaji.
Skenario 3

Usia 72 tahun dengan phimosis, dirawat untuk circumcision dengan


anestesia umum.
Riwayat sakit lama: proatatectomy untuk mengatasi kanker
prostate. NIDDM–terkontrol. Hypercholesterolaemia. Ischaemic
heart disease.Uncomplicated day case. Tinggi darah gula dimonitor
dan stabil.
Runtunan Tindakan Abstracting

1.Baca lembar pertama rekam medis

2.Baca ringkasan pulang, bila ada

3.Bandingkan diagnoses –bila berbeda, cek hasil tes pasien, atau laporan
lain.

4.Baca riwayat sakit dan hasil pemeriksaan fisik pasien yang


menyebabkan pasien masuk admisi? Ada atau tidak co-morbiditas?
Runtunan Tindakan Abstracting (Lanjutan-1)

5.Identifikasi prosedur yang akan dikode

6.Verifikasi diagnoses dan prosedur yang terdokumentasi di lembar pertama

7.Kaji seluruh rekam medis –


-korespondensi,
-lembar kemajuan pasien,
-hasil radiologi, laporan laboratoris,
-prosedur,
-anestesi.
Runtunan Tindakan Abstracting (Lanjutan-2)

8.Bila kurang yakin: klarifikasi ke dokternya

9.Beri kode pada:


-Diagnosis utama (ICD),
-Diagnosis sekunder (ICD)
-Sebab luar (external causes) (ICD)
-Tindakan (procedures)
(ICPM ICD-9-CM Volume 3)
TERIMA KASIH……

Anda mungkin juga menyukai