Anda di halaman 1dari 11

JAMINAN KESEHATAN

(ASURANSI JIWA)

Oleh :

TASYA DAMAYANTI
NIM. 1012018021
SEM. VII
UNIT. 1
TARBIYAH / PAI
A. JAMINAN KESEHATAN
(ASURANSI JIWA)

Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan, asuransi adalah jaminan


kesehatan atau perdagangan yang diberikan oleh penanggung (biasa kantor
asuransi) kepada yang tertanggung untuk resiko kerugian sebagai yang
ditetapkan dalam surat perjanjian, bila terjadi kebakaran, kecurian, kerusakan,
dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa (kematian) atau
kecelakaan lainya, dengan tertanggung membayar premi sebanyak yang
ditentukan kepada penanggung tiap-tiap bulan. Tawaran jaminan keselamatan
dari asuransi telah banyak memikat konsumennya untuk mengasuransikan
segala hal yang perlu untuk diasuransikan, mulai dari kesehatan, aset-aset
pribadi, hingga perusahaanperusahaan. Konsumennya tanpa terkecuali umat
Islam sendiri. Banyak umat Islam yang menjadi konsumen asuransi namun
tidak mengetahui tentang bagaimana hukum dari asuransi itu sendiri.
Hukum Asuransi Jiwa Dasar hukum asuransi secara
umum dapat tergambar dalam Alquran seperti ayat-ayat
berikut:

01. Q.S. al-Baqarah/2: 188

"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan


yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu
kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 188)

Hal penting dalam ayat ini hubungannya dengan asuransi adalah dikatakan
“….. hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa….”
02. Q.S. Al-Hasyr/59: 18

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada


Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-
Hasyr 59: Ayat 18)

Dalam ayat ini kaitannya dengan asuransi adalah lafal yang artinya: “dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok”. Dalam hal ini
asuransi jiwa telah menjamin masa-masa di depan konsumennya dengan kesepakatan
yang telah disepakati.
Prinsip-prinsip yang harus dimiliki
asuransi menurut aturan Islam
(syar,i) diantaranya:
1. Dibangun atas dasar kerjasama (ta‘awun).
2. Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau mudhorobah.
3. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip
ukhuwah.
Prinsip-prinsip yang harus dimiliki
asuransi menurut aturan Islam
(syar,i) diantaranya:

5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan


tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah.
Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin
yang diberikan oleh jamaah.
6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan
syar’i.
b. Khilafiyah tentang jaminan kesehatan
(asuransi
  jiwa)
1.
Masalah khilafiyah ada pro dan kontra tentang asuransi Mengharamkan
kesehatan. Seorang muslim harus bijaksana menghadapi asuransi dalam
masalah khilafiyah seperti masalah asuransi. Ia harus memilih segala macam dan
salah satu dari pendapat-pendapat ulama. Di kalangan ulama bentuknya sekarang
dan cendekia-wan muslim ada empat pendapat tentang hukum ini, termasuk
asuransi (termasuk asuransi jiwa), yaitu: asuransi jiwa.

2. 3. Memperbolehkan 4.
Memperbolehkan asuransi yang Menganggap
semua asuransi bersifat sosial dan syubhat
dalam prakteknya mengharamkan (meragukan,
sekarang ini. asuransi yang sehingga belum ada
semata-mata bersifat kesimpulan hukum
komersial. yang meyakinkan.
Alasan-alasan mereka yang mengharamkan transaksi asuransi antara lain:

1.
2.
Asuransi pada hakikatnya 3.
Mendukung unsur tidak
sama atau serupa dengan Mengandung unsur riba.
jelas dan tidak pasti.
judi.

4. 5.
Asuransi termasuk akad Hidup dan mati manusia
syarti, artinya jual beli atau dijadikan obyek bisnis, yang
tukar menukar mata uang berarti mendahului takdir Tuhan
dengan tidak tunai. yang Maha Kuasa
Alasan-alasan mereka yang membolehkan asuransi (termasuk asuransi jiwa) antara lain:

1. 2.
3.
Tidak ada nash Alquran Ada kesepakatan atau
Saling menguntungkan
dan hadis yang melarang kerelaan dari kedua
kedua belah pihak.
asuransi. belah pihak

4.
Asuransi termasuk akad mudharabah,
artinya akad kerjasama antara 5.
pemegang polis (pemilik modal) Asuransi termasuk koperasi.
dengan pihak perusahaan asuransi
yang memutar modal atas dasar profit
and loss sharing atau (PLS).
DAFTAR PUSTAKA

“Asuransi Menurut Pandangan Islam”(http://www.bprsyariah.com/artikel/92)


diakses 27 desember 2011.

Hasan, Ali. “Masail Fiqhiyah Zakat, Pajak,Asuransi dan Lembaga Keuangan”.


Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2000.

Kharisudin, Cholil Moh. “Asuransi Jiwa Dalam Perspektif.

Syaikh Muqbil bin Hadi, al-. “Hukum Asuransi Menurut Islam”.


(http://jacksite.wordpress.com) di akses 27 Desember 2011.
ThankYou 

Anda mungkin juga menyukai