Anda di halaman 1dari 16

Konsep Pertanahan Dalam Islam

Dosen Pengampu : M.Nur K. Amrullah,S.Pd., M.M.

Nama : Nonicha Ayudya N.A


NIT : 22313978 / A
Prodi : D IV Pertanahan
1 Pendahuluan

2 Ruang Lingkup Pertanahan dlm Studi Islam

Konsep Pertanahan
Posisi Negara dlm Urusan
dalam Islam 3
Pertanahan dlm Islam

4 Aparatur Pertanahan dlm Islam


Al - Quran
Pendahuluan
• Asal usul kepemilikan (aslul milki)
adalah milik Allah SWT, dan manusia
tidak mempunyai hak kecuali Thiinan
memanfaatkan (tasarruf) dengan cara
yang diridhai oleh Allah SWT.

Thiinin

AtThiin
Ruang Lingkup Pertanahan dlm Islam
Kesejarahan Pertanahan dalam Islam Pada zaman Rosulullah SAW, kebijakan pertanahan telah mendapatkan
perhatian yang serius, terbukti ada banyak riwayat yang menyebutkan adanya pengaturan pertanahan oleh Nabi
guna menciptakan kesejahteraan masyarakat dan tidak terjadinya monopoli kepemilikan tanah yang hanya
berpusat pada segelintir orang. Abu Ubaid dalam Kitab Al-Amwal menceritakan sejarah Nabi mendistribusikan
tanah kepada beberapa sahabat, yaitu Ibnu Sirin pernah mengatakan bahwa Rasulullah telah mengapling tanah
kepada seorang lelaki dari kalangan Anshar yang bernama Sulaith. jejak kesejarahan bahwa Rasulullah SAW
melakukan kebijakan atas kondisi umat Islam yang tidak memiliki tanah dengan memberinya tanah, ini
dimaksudkan agar dengan tanah tersebut mereka dapat tinggal dan mengolahnya untuk kehidupannya yang lebih
baik.
Masa Khalifah Umar bin Khattab ra, Islam mengalami perkembangan yang luar biasa, banyak daerah-daerah jazirah
arab yang ditaklukan, hal ini memunculkan perdebatan tentang status tanah wilayah yang berhasil ditaklukan.
Selanjutnya masa khalifah Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, serta masa kekhalifahan setelahnya juga ada
beberapa catatan tentang jejak-jejak kebijakan pertanahan yang tidak dijabarkan disini, diharapkan para mahasiswa
bisa memperkaya kesejarahan pertanahan dalam islam dengan mempelajari literatur-literatur lainnya.
Jenis Tanah dalam Islam :
Dalam Syariah Islam

tanah usyriah tanah kharajiyah


(al-ardhu al-'usyriyah) (al-ardhu al kharajiyah)

adalah objek tanah dari suatu Tanah Kharajiyah adalah


negeri yang penduduknya tanah yang dikuasai kaum
masuk Islam secara damai
tanpa peperangan. muslimin melalui
Contohnya : Madinah. peperangan (al-harb).
Munawwarah, Indonesia, dll.
Tanah kharajiyah ini
Tanah usyriah berbentuk tanah zatnya adalah milik
pemukiman penduduk, tidak negara.
ada zakatnya.
Dalam Al-Quran, tanah, langit, bumi dan segala isinya menjadi milik
Allah SWT. Dengan kata lain tanah merupakan karunia Allah SWT.
Karena tanah merupakan faktor penting dalam hal produksi, maka
masalah kepemilikannya harus ditentukan berdasarkan cara yang
berbeda dari faktor-faktor produksi lainnya. Jika tanah tidak
dimanfaatkan sebaik-baiknya atau tidak tergarap selama bertahun-
tahun, hal ini akan merugikan masyarakat, maka negara tidak pernah
Hak Kepemilikan Tanah
mentolerirnya. Sejalan dengan firman dalam surat Yunus ayat 9, dimana
inti ayat ini berjalan berkelindan dengan bunyi UUD-45 pasal 28 yang
menyatakan bahwa pada dasarnya seluruh tanah/bumi ada dalam
penguasaan negara/pemerintah sebagai pembawa mandat kemaslahatan
umum, kecuali yang secara sah telah menjadi milik atau ada dalam
penguasaan perorangan/badan hukum.
Hak kepemilikan ini dapat diperoleh dengan cara-cara Hubungan Hak Kepemilikan
sebagai berikut: pertama, Membuka Lahan Baru (Ihya
al-Mawat), Para ulama berbeda pendapat dalam cara
pengolahannya.

Hak al-istighlal atau hak pemanfaatan (haq al-intifa‘)


adalah hak yang diberikan oleh negara/pemerintah Hubungan Hak Guna / Pemanfaatann
bukan atas dzatnya tanah/bumi itu sendiri melainkan (Haq al-Istighlal)
pada pemanfaatannya belaka.
Tahjir Iqtha’

disebut juga tanah hadiah,


adalah pengkaplingan
adalah sistem hak pakai
terhadap tanah bebas
yang asal-usulnya dapat
yang belum menjadi
ditelusuri pada zaman
milik
Nabi Muhammad.
Hak ini di dapat melalui cara seseorang/badan.

– cara :
Irtifak Hima

adalah hak untuk ikut Hima hak atas tanah yang


mendapatkan manfaat diperuntukkan secara
dari tanah, terutama yang kolektif untuk satu suku /
diperuntukkan bagi lebih untuk kebutuhan yang
keperluan Bersama. lain.
Kategori tanah yang dijadikan Iqta

Tanah tandus Tanah – tanah tidak Tanah Negara


terpakai
yaitu tanah-tanah yang tidak
adalah tanah yang berasal dari
pernah diolah dan diperbaiki Tanah tanah yang tidak wilayah taklukkan oleh para
sebelumnya. dimanfaatkan adalah tanah yang Khalifah, antara lain: tanah-
dapat diolah tapi karena suatu tanah yang pemiliknya gugur
hal seperti sulitnya irigasi, tanah dimedan perang, tanah dari
tersebut tidak diolah. orang- orang yang melarikan diri
dalam masa pertempuran dan
lain-lain.
Macam-macam Iqta Menurut Ulama Fikih

Iqta al - mawat Iqta al - irfaq Iqta al - maadin

Para ulama fikih menurut ulama shafiiyah


menetapkan bahwa dan Hanabilah bahwa
pemerintah dibolehkan pemerintah boleh
untuk menentukan dan menetapkan lahan tertentu
menyerahkan sebidang untuk pekarangan masjid, Ini berhubungan dengan
tanah untuk digarap. tempat-tempat istirahat dan barang-barang tambang
jalan, dengan status hak
Tujuannya adalah agar lahan pemanfaatan saja, bukan
ini menjadi lahan produktif hak milik.
dan masyarakat terbantu.
Tanah tambang dalam Islam

Tanah itu tetap menjadi milik


pribadi/negara jika hasil tambangnya
sedikit.

Pengaturan
atas tanah
tambang
Tanah itu menjadi milik umum jika hasil
tambangnya banyak
Aparatur Pertanahan dalam Islam

o Aparatur pertanahan selain menjalankan tugas-tugas kedinasan, harus mampu


memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait aspek pertanahan.
o Aparatur pertanahan yang saat ini mendapat mandat sebagai petugas urusan pertanahan
dimasyarakat harus dapat menciptakan keadilan bidang pertanahan dan membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya terkait pertanahan.
o Allah SWT sangat tidak menyukai perilaku curang terkait hak luasan tanah, baik dilakukan
oleh masyarakat secara langsung maupun oleh aparatur pertanahan yang berwenang
memberi legalisasi sertipikat tanah.
Latihan

1. Jelaskan berbagai redaksi yang pakai dalam Al-Qur'an untuk menyebut


pembahasan tentang tanah?
Jawab :
Ada tiga kata yang disebutkan Allah Swt tentang tanah di dalam Alquran,
al-ardhu
 
َ ‫ض بَ ْع َد َم ْوتِهَٓا ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذ ِل‬
َ ‫ك َل َءايَةً لِّقَ ْو ٍم يَ ْس َمع‬
‫ُون‬ َ ْ‫َوٱهَّلل ُ َأن َز َل ِم َن ٱل َّس َمٓا ِء َمٓا ًء فََأحْ يَا ِب ِه ٱَأْلر‬
Artinya: Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran). QS. Al-Nahl: 16/65
 
al-thin
َ ‫ض ٰ ٓى َأ َجاًل ۖ َوَأ َج ٌل ُّم َس ًّمى ِعن َد ۥهُ ۖ ثُ َّم َأنتُ ْم تَ ْمتَر‬
‫ُون‬ ٍ ‫هُ َو ٱلَّ ِذى َخلَقَ ُكم ِّمن ِط‬
َ َ‫ين ثُ َّم ق‬
Artinya: Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-
Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (QS. Al-An’am: 2)
al-turab
َ ٰ ‫َأ ِء َذا ِم ْتنَا َو ُكنَّا تُ َرابًا َو ِع‬
َ ُ‫ظ ًما َأ ِءنَّا لَ َم ِدين‬
‫ون‬
Artinya: Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan
dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (QS. Ash-Shaafaat: 53)
2. Konteks kesejarahan Islam, menunjukan ada jejak perhatian Islam terhadap
problematika pertanahan, apa yang saudara fahami tentang pertanahan
dalam dimensi kesejarahan Islam?
Jawab : Sejak zaman Rosulullah SAW, kebijakan pertanahan telah menjadi
perhatian yang serius, dibuktikan banyaknya riwayat yang menjelaskan
adanya pengaturan pertanahan oleh Nabi Muhammad saw. Untuk kesejahteraan
masyarakat dan agar menghindari monopoli tanah. Selepas Rasulullah saw. wafat pun
kebijakan pertanahan tetap dilanjutkan oleh para Khulafaurrasidin, yaitu Abu Bakar ra,
Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra.
3. Jelaskan konsepsi tanah usyriah (al-ardhu al-'usyriyah), dan tanah kharajiyah
(al-ardhu al-kharajiyah) dalam konsep pertanahan Islam?
Jawab : Tanah usyriah adalah tanah milik individu, baik zatnya (raqabah), maupun
pemanfaatannya (manfaah). Maka individu boleh memperjualbelikan, menggadaikan,
menghibahkan, mewariskan, dan sebagainya.
Tanah kharajiyah ini zatnya adalah milik negara. Jadi tanah kharajiyah zatnya bukan milik
individu seperti tanah kharajiyah. Namun manfaatnya adalah milik individu.
4. Jelaskan konsep hak kepemilikan tanah sesuai ajaran Agama Islam?
Jawab : Pengaturan soal kepemilikan dan hak-hak lain atas tanah, seperti hak pakai, hak guna bangunan
dan sebagainya, menjadi sangat penting. Secara rinci, jika dilihat dari subyek penguasanya, tanah itu bisa
dibagi dua, yaitu tanah yang ada dalam penguasaan pemerintah, dan tanah yang ada dalam penguasaan
perorangan/badan. Sejalan dengan firman dalam surat Yunus ayat 9, dimana inti ayat ini berjalan
berkelindan dengan bunyi UUD-45 pasal 28 yang menyatakan bahwa pada dasarnya seluruh tanah/bumi
ada dalam penguasaan negara/pemerintah sebagai pembawa mandat kemaslahatan umum, kecuali yang
secara sah telah menjadi milik atau ada dalam penguasaan perorangan/badan hukum. Sedangkan tanah
yang ada dalam penguasaan perorangan/ badan. Ada dua hak atas tanah jika dilihat dari hubungannya
dengan seseorang/badah hukum, yaitu: hubungan hak kepemilikan (haq al- milkiyah), dan Hubungan hak
guna atau pemanfaatan (haq al-istighlal).
5. Jelaskan empat cara yang dikenal dalam studi pertanahan dalam Islam, terkait cara kepemilikan tanah!*
Jawab : - Membuka Lahan Baru (Ihya al-Mawat),
-Pemilikan tanah melalui jual-beli (iwadl, tukar menukar).
- Pemilikan dengan cara perwarisan (mirts).
- Pemilikan melalui pemberian (hibah atau hadiah).
6. Jelaskan Haq al-istighlal atau hak pemanfaatan (haq al-intifa‘) dalam
pertanahan Islam?
Jawab : Haq al-istighlal atau hak pemanfaatan (haq al-intifa‘) adalah hak yang diberikan oleh
negara/pemerintah bukan atas dzatnya tanah/bumi itu sendiri melainkan pada pemanfaatannya belaka.
7. Jelaskan macam-macam iqta menurut ulama fikih terkait aspek pertanahan
dalam konsep Islam?
Adapun macam-macam iqta menurut ulama fikih ada tiga yaitu:
(a)Iqta al-Mawat
Para ulama fikih menetapkan bahwa pemerintah
dibolehkan untuk menentukan dan menyerahkan sebidang tanah untuk
digarap. Tujuannya adalah agar lahan ini menjadi lahan produktif dan
masyarakat terbantu.
(b)Iqta al-Irfaq (Iqta al-Amir),
Menurut ulama shafiiyah dan Hanabilah bahwa pemerintah boleh menetapkan
lahan tertentu untuk pekarangan masjid, tempat-tempat istirahat dan
jalan, dengan status hak pemanfaatan saja, bukan hak milik. Sehingga
bila sewaktu-waktu pemerintah memintah kembali tanah tersebut tidak
merugikan si pengguna.
(c)Iqta al-Maadin
Ini berhubungan dengan barang-barang tambang. Sehingga untuk membahas bab ini,
ulama fikih pun banyak pendapat mengenai al-Maadin.

Anda mungkin juga menyukai