Anda di halaman 1dari 17

Pajak Di Apotek

Pajak Apotek
Pajak Apotek
Kewajiban pajak apoteker dan apotek

1. SPT Tahunan berdasarkan data penghasilan yang


Anda terima (PPh 25/PPh 21).
Ketika Anda apoteker pemilik apotek dan
karyawan di sebuah perusahaan/rumah
sakit/apotek  kedua sumber penghasilan
tersebut akan menjadi dasar perhitungan pajak
penghasilan (PPh 25).
Tapi, bila Anda hanya bekerja sebagai pegawai di
satu perusahaan/rumah sakit/apotek, perhitungan
pajak penghasilan (PPh 21) didasarkan pada gaji
yang diperoleh setiap bulan.
Kewajiban pajak apoteker dan apotek

• Jika anda hanya memiliki NPWP Pribadi 


laporan SPT untuk penghasilan sebagai
pegawai dan sebagai pemilik apotek bisa
dijadikan satu.
• Tapi, ada juga yang memisahkan usaha
apoteknya dengan membuat NPWP Badan
Usaha tersendiri — laporan SPT pun harus
dipisah.
NPWP
• NPWP Pribadi
• Jika Anda apoteker yang bekerja sebagai pegawai tanpa usaha apotek, buat laporan
SPT 1770 S (untuk penghasilan di atas Rp60 juta per tahun) atau SPT 1770 SS (untuk
penghasilan di bawah Rp60 juta per tahun).
• Jika Anda adalah apoteker yang bekerja sebagai pegawai dan juga memiliki usaha
apotek, buat laporan SPT 1770.
• Sebagai seorang pegawai, Anda akan mendapat bukti potong 1721 A1 dari
perusahaan/rumah sakit/apotek tempat bekerja.
• Bukti potong ini yang digunakan sebagai acuan dalam mengisi laporan SPT Tahunan.
• Lalu, untuk usaha apotek yang Anda jalankan jika omzetnya masih di bawah Rp4,8
miliar setahun (kategori UMKM), perhitungan PPh 25 yang berlaku adalah sebesar
0,5% dari penghasilan neto sesuai pencatatan.
NPWP
• NPWP Badan Usaha
• Untuk NPWP Badan Usaha, laporan SPT Tahunan yang Anda buat adalah SPT 1771.

• Aturan tarif pajak di atas juga berlaku untuk apotek dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar.

• Namun, untuk apotek yang punya omzet di atas Rp4,8 miliar per tahun, wajib melakukan
pembukuan berisi neraca dan laporan laba/rugi, yang tercatat secara teratur dan menjadi
data keuangan milik perusahaan atau badan usaha.

• Pembukuan ini bisa menjadi dasar perhitungan pajak terutang yang didapat dari rekonsiliasi
fiskal sehingga diperoleh laba/rugi fiskal. Yang mana, tarif PPh 25 ditetapkan sebesar 22%
atas laba fiskal atau PKP (Penghasilan Kena Pajak). Informasi ini juga bisa Anda simak di sini.
PPh 25

• Pembayaran PPh bisa diangsur per bulan


• Ada juga PPh 25 wajib pajak pribadi yang harus dibayarkan oleh wajib pajak
orang pribadi, yang berprofesi sebagai pegawai sekaligus pengusaha.
• Untuk pembayarannya dapat diangsur setiap bulan agar tidak menjadi beban
utang pajak yang terlalu besar bila dibayarkan sekaligus.
• Tarif PPh 25 wajib pajak pribadi adalah sebesar 0,75% dari total omzet seluruh
usaha Anda per bulan — untuk total omzet di atas Rp4,8 miliar per tahun.

• Sedangkan, untuk total omzet di bawah Rp4,8 miliar setahun, PPh 25 wajib pajak
pribadi sebesar 0,5% dari omzet dikurangi Rp500 juta. Jumlah yang harus
dibayarkan tinggal dibagi 12 bulan. Pembayaran setiap bulan dilakukan melalui
aplikasi e-Billing pada tanggal 1–15 bulan berikutnya. Setelah melakukan
pembayaran, tidak ada proses pelaporan untuk jenis pajak ini.
Pembayaran dan pelaporan bulanan PPN

• Ketika usaha apotek mencapai omzet Rp4,8 miliar/tahun, Anda wajib


membayar biaya PPN.
• PPN ditetapkan sebesar 11% untuk Pedagang Eceran seperti apotek yang
dilaporkan dalam bentuk “Faktur Pajak Digunggung”, dimana dalam faktur
pajak tersebut tidak terdapat identitas pembeli.
• Sebelumnya, daftarkan NPWP Anda untuk bisa mendapatkan pengukuhan
menjadi Apotek PKP. Setelah itu, Anda akan memperoleh login/password
untuk mengakses aplikasi e-Faktur. Langkah selanjutnya simak di bawah ini:
• Rekap dan input semua data PPN masukan di aplikasi e-Faktur Desktop
(unduh di sini). PPN masukan adalah faktur pajak yang diberikan oleh PBF
saat apotek membeli barang. Simpan semua faktur pajak PBF selama paling
tidak 5 tahun sesuai batas maksimal dari masa audit pajak.
• Buat kode pembayaran di aplikasi e-Billing (DJP Online).
Pembayaran dan pelaporan PPh 21 untuk karyawan/tenaga ahli
apotek

• Selain punya tanggung jawab pengurusan pajak untuk


diri sendiri, Anda sebagai pemilik apotek juga harus
mengurus pembayaran dan pelaporan PPh 21 bagi
karyawan dan tenaga ahli yang bekerja di apotek Anda.
• Pajak PPh 21 biasanya langsung dipotong dari gaji
karyawan setiap bulan.
• Besar tarif pajak PPh 21 untuk karyawan dengan :
– penghasilan tahunan sampai Rp50 juta sebesar 5% dan
– di atas Rp50 juta — Rp 250 juta sebesar 15%. Tenang, bayarnya
nggak ribet, kok. Coba simak cara mudahnya di bawah ini:
1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

• Pajak pertama yang dikenakan pada apotek yang


penting untuk pemahaman contoh laporan pajak
apotek nantinya adalah PPh 21 ini.
• PPh 21 ini mengatur bahwa pajak yang dikenakan
adalah berupa pajak atas penghasilan dalam
bentuk apapun. 
• Baik itu berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan,
maupun bentuk pembayaran lainnya.
1. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

• Cara menghitung PPh 21 ini : melakukan


pengurangan terhadap penghasilan netto
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak atau
PTKP. 
• Penghasilan netto sendiri merupakan total
penghasilan setelah dilakukan pengurangan terhadap
tunjangan jabatan sebesar 5% dari jumlah
penghasilan.
• Untuk besarannya sendiri, maksimal adalah 500 ribu
rupiah per bulannya.
• Farhan bekerja pada Apotek X . Status-nya
belum menikah dan tidak mempunyai
tanggungan dengan gaji bersih senilai Rp
7.500.000 sebulan.
• Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 bulan
Agustus 2020 bagi Farhan yang tidak
menerima penghasilan lain dari Apotek X
selain gaji adalah:
Perhitungan
Penghasilan bulan Agustus
Gaji 7.500.000
Tunj. Gaji 5% 375.000
Penghasilan Netto sebulan 7.125.000
Penghasilan Netto setahun 12 85.500.000
PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 31.500.000
PPh terutang 5% 1.575.000

PPh Pasal 21 bulan


September 12 131.250
2. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23

• Selanjutnya ada PPh 23, mengatur tentang pajak


sebuah apotek yang berbentuk badan bisnis.
• PPh 23 ini mengatur tentang pemotongan pajak
dari pihak lain atas penghasilan baik dalam
bentuk dividen, sewa, bunga royalti,
penghargaan, hadiah, maupun imbalan jasa
tertentu.
• Kemudian untuk besaran PPh 23 ini adalah
sebesar dividen yang dikenai dengan 15% dari
keuntungan yang dibagikan.
• Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:
• Sampai Rp 50.000.000 = 5%
• Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
• Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
• Di atas Rp 500.000.000 = 30%

Anda mungkin juga menyukai