Anda di halaman 1dari 18

PEMETAAN

GEOMORFOLOGI
Pendahuluan
Geomorfologi ialah timu yang mempelajari bentuk lahan dan bentang alam, proses-proses yang
mempengaruhinya, asal mula pembentukannya (genesa), dan kaitan lingkungannya dalam ruang dan waktu.
Pembahasan geomorfologi suatu daerah pemetaan mencakup dua hal yaitu:
1. mengapa dan bagaimana dapat terbentuk macam-macam bentang alam dan agihanya di daerah penelitian,
dan kaitannya dengan genesanya.
2. seberapa jauh data geomorfologi dapat membantu dalam penafsiran kondisi stratigrafi, struktur geologi,
dan penilaian potensi sesumber dan bencana.
Berkaitan dengan hal kedua tersebut, pembahasan mengenai pemetaan geomorfologi, sebagai acuan awal dalam
penelitian geologi sangat perlu. Oleh karena itu acara pemetaan geomorfologi merupakan rangkaian lanjutan
dan penggabungan dari acara sebelumnya.
Definisi
Pemetaan geomorfologi ialah usaha pembuatan peta dengan tujuan untuk mengital melokalisir,
dan menggambarkan setiap aspek bentang alam pada suatu peta (Wahyu dan Astadiredja, 1984)
Ditambahkan dan hasil Lokakarya Pembakuan Peta Geomorfologs Indonesu agar dicantumkannya
aspek gerak masa, angka sudut lereng, dan aspek praktis lainnya Van Zuidam (1984) menyatakan
pembahasan geomorfologi suatu daerah mencakup semua aspek geomorfologi yang meliputi aspek
morfometri, morfogenesa, morfoarrangement, dan morfokronologi.
Relief
Relief adalah beda tinggi suatu tempat dengan tempat lamnya pada suatu daerah dan jega curam
landamya lereng, pola bentuk dan ukuran suatu bentuk lahan. Untuk panamaan relief telah
disajikan beberapa klasifikasi relief, antara lam Des (1971), Van Zuidam (1983). Verstapen (1967),
Meijerink (1982) dan lam-lain. Masalahnya dalam kondisi di lapangan kadang kadang tidak secara
tepat klasifikasi tersebut dapat diterapkan Ada kenyataan tidak sesuainya kisaran beda tinggi dan
kelerengan kondisi lapangan dengan kisaran beda tinggi dan kelerengan dalam klasifikasi,
sehingga hal demikian sering menjadi permasalahan cukup rumit.
Kenyatan seperti itu sebenarnya tidak menjadi rumit jika disadari dan dipahami bahwa klasifikasi
relief (untuk penamaan satuan dan aspek relief) jadi bukan klasifikasi bentuk lahan itu sendiri
(karena masih ada dua aspek pemisah lainnya yaitu litologi dan genesa) Menanggapi
permasalahan ketidaksesuaian kisaran klasifikasi tersebut. Hindanan dan Angung Handayana
(1994) menyarankan untuk membuat modifikasi dan bila perlu membuat klasifikasi sendiri untuk
daerah penelitiannya.
Genesa
Mengacu pada penyataan Dessaunetts (1969) mengenai hakekat bentuk lahan, maka dalam
pembahasan genesa suatu bentuk lahan menyangkut dua hal yaitu litologi dan proses geomorfik.
Hasil dari interaksi proses geomorfik terhadap batuan menggalkan kenampakan bentuklahan
tertentu. Satu bentuklahan akan berbeda dengan bentuklahan lainnya, hal itu disebabkan karena
perbedaan proses geomorfik, litologi dan kondisi interaksiya. Dilihat dari genesanya, bentuk lahan
dapat dibedakan menjadi & macam, yaitu:
1. Bentuk Asal Fluvial 7. Bentuk Asal Denudasional
2. Bentuk Asal Vulkanik 8. Bentuk Asal Glasias
3. Bentuk Asal Struktural
4. Bentuk Asal Pelarutan/Kars
5. Bentuk Asal Eolian
6. Bentul. Asal Marine
Bentuk dan Asal Aluvial
Bentuk asal fluvial berkaitan dengan aktifitas sungaidan aliran permukaan yang berupa pengikisa,
pengangkutan, dan penimbunan pada daerah-daerah rendah.
Penimbunan bersifat meratakan, sehingga hampir semua bentuk lahan fluvial mempunyai relief
datar.Material penyusun bentuk lahan flvisl berupa lahan-lahan rombakan dan perbukitan
denudasional.
Contohnya:
1. Dataran Aluvial 9. Pantai delta 17. Ledok
2. Gosong lengkung dalam 10. Dasar sungai 18. Bekas dasar danau
3. Gosong sungai 11. Danau 19. Hamparan Celah/Tonjolan
4. Teras fluvial 12. Rawa fluvial
5. Kipas aluvial Aktif 13. Rawa belakang 20. Rataan Delta
6. Kipas aluvial tidak aktif 14. Saluran sungai mati
7. Delta 15. Dataran banjir
8. Lodok delta 16. Tanggul Alam
Bentuk Asal Volkanik
Volkanik adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan aktifitas magma yang bergerak naik ke
permukaan bumi. Sebagai akibat aktifitas ini maka terbentuk bentuk lehan volkanik.
Klasifikasi bentuk lahan volkanik lebih ditekankan pada aspek genesa yang menyangkutaktifitas
kegunungapian, seperti kepundan, kerucut semburan, medan lava, medan lahar, dan lain-lain
Selain itu masih ada bentukan yang terpisah dari kompleks gunung api yaitu dikes, stock, danlain-
lain.
Contohnya:
1. Kepundan 9. Leher gunung api 18. Aliran lahar
2. PlanezeKerucut gunung api 10. Dataran kaki gunung api 19. Dike
3. Padang abu, tuff atau lapilli 11. Bukit gunung api 20. Dataran antar gunung api
4. Lereng gunung api alas 12. Dataran fluvial gunung api 21. Branko
5. Scifatǝr 13. Sumbat gunung api 22. Dataran tinggi lava
6. Lereng gunung api bawah 14. Padang lava
7. Bukit gunung api 15. Kerucut parasiter
terdenudasi 16. Padang lelehan lava
8. Kaki gunung api 17. Boka
Bentuk Asal Struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik. Proses ini
bersifat konstruktif Pada awal pembentukan, struktur antiklin memberikan kenampakan cembung,
struktur sinklin memberikan kenampakan cekung dan struktural horizontai akan memberikan
kenampakan datar.
Tahap selanjutnya karena proses eksogenik yang bersifat destruktif, sehingga akhimya, tidak
semua bentuk lahan struktural masih menampakan kenampakan morfologi struktural Jika bentuk
lahan struktural sudah tidak menunjukan kenampakan struktural lagi, maka bentuk lahan tersebut
bukan bentuk lahan struktural, tetapi mungkin sudah menjadi bentuk lahan denudasional.
1. Blok sesar 10. Pegunungan monoklinal 19. Sembul (horst)
2. Gawir sesar 11. Perbukitan monoklinal 20. Tanah terban (graben)
3. Dataran tinggi 12. Pegunungan dome
4. Cuesta 13. Perbukitan dome
5. Gawir garis sesar 14. Hogback
6. Pegunungan antiklinal 15. Bentuk seterika (flat iron))
7. Perbukitan antiklinal 16. Lembah antiklinal
8. Perbukitan sinklinal 17. Lembah sinklinal
9. Pegunungan sinklinal 18. Lembah subsekuen
Bentuk Asal Pelarutan/Karst
Bentuk lahan kars dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Menurut
Jennings (1971) kars adalah sebuah kawasan yang mempunyai karakteristik relief dan drainase
yang khas, yang disebabkan sifat kelarutan batuan yang cukup tinggi.
Contohnya:
1. Dataran tinggi 7. Uvala, doline
2. Lereng perbukitan kars 8. Polje
terkikis 9. Lembah kering
3. Kubah
4. Bukit sisa batugamping
terisolasi
5. Ngarai kars
6. Dataran aluvial kars
Bentuk Asal Eolian
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dan bentuk proses yang
lainnya. Medan eolian dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga debu (lempung) dalam jumlah banyak,
2. Ada periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan
bahan tersebut.
3. Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainya.
Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan dan pengendapan materia: lepas oleh
angin Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir (dune) dan endapan debu
(loess).
1. Gemuk pasir memanjang
2. Gemuk pasir barchan
3. Gemuk pasir parabola
Bentuk Asal Marine
Aktifitas marine yang utama adalah: abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertumbuhan terumbu
karang Bentuk lahan yang dihasilkan aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang melampar
sejajar garis pantai.
Proses lain yang mempengaruhi kawasan pesisir misalnya tektonik masa lalu, erupsi gunung api,
perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Contohnya
1. Pelataran pengikisan 8. Gumuk pantai tidak aktif 14. Teras pantai
gelombang laut 9. Rataan pasang surut 15. Atol dan cincin terumbu
2. Tebing terjal dan takik bervegetasi 16. Terumbu koral
pantai 10. Dataran aluvial pantai 17. Rataan terumbu
3. Gisik payau/tawar 18. Tudung terumbu
4. Beting gisik/bura 11. Dataran aluvial pantai 19. Perisai dan akumulasi
5. Tombolo tergenang koral
6. Depresi antar beting gisik 12. Rataan pasang surut tidak 20. Lagun
7. Gumuk pantai aktif 13. Bervegetasi 21. Gosong laut
Bentuk Asal Denudasi
Proses denudasional merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah, erosi dan proses
pengendapan. Proses pelapukan merupakan kesatuan dari semua proses pada batuan secara fisik,
kimia, dan biologi sehingga batuan menjadi disintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk
menjadi tanah, kemudian karena aktifitas erosi dan gravitasi terangkut kemudian terendapkan pada
daerah yang lebih stabil.
Contohnya:
1. Perbukitan terkikis 7. Lereng kaki batuan yg kuat.
2. Pegunungan terkikis 8. Pedimen
3. Bukit sisa 9. Piedmot
4. Bukit terisolasi 10. Gawir
5. Dataran nyaris 11. Kipas rombakan lereng
6. Dataran nyaris yang 12. Lahan rusak
terangkat 13. Daerah dg gerak masa
Bentuk Asal Glasiasi
Bentuk lahan glasial terbentuk karena aktifitas es/gletser. Bentuk lahan ini tidak berkembang di
sini (Indonesia), kecuali sedikit di daerah Pegunungan Jaya Wijaya di Irian jaya.
Contohnya:
1. Lembah bergantung glasial glester, es abadi.
2. Padang berangkal, puing
batuan
3. Dataran end material
glacial
4. Cirque
5. Pegunungan tertutup salju,
Kerincian dan Skala
Sebagaimana peta tematik lainya, maka peta geomorfologi dibuat dalam skala yang disesuaikan
dengan maksud dan tingkat kerincian yang dikehendaki. Pada dasamya pemetaan satuan
geomorfologi pada suatu daerah haruslah mempertimbangkan ketiga aspek yaitu proses geologi
(genesa), material (litologi) dan relief Tingkat kerincian peta geomorfologi yang dikehendaki
mempengaruhi bobot penekanan aspek pembeda antar satuan geomorfologi.
Pemisahan san Penamaan
Pada pemetaan geomorfologi suatu daerah, sebenarnya ada dua
jenis pekerjaan yaitu, pemisahan satuan bentuklahan (satuan
peta geomorfologi), dan penamaan satuan bentuk lahan (satuan
geomorfologi) setelah dipisahkan.
Pemisahan
Pemisahan satuan peta geomorfologi adalah membedakan satuan-satuan bentuk lahan
berdasarkan aspek relief, litologi dan genesanya. Penekanan salah satu aspek sebagai dasar utama
pemisahan satuan bertuk lahan, sangat tergantung dari aspek genetik yang bekerja disetiap
kanampakan relief di daerah tersebut.
Aspek litologi misalnya, akan menjadi dasar utama jika proses geologi dominan yarg bekerja di
daerah itu adalah proses pelarutan (karst) dan denudasional. Pada proses denudasional litologi yang
resisten akan meninggalakan relief yang lebih menonjol dibanding litologi yang kurang resisten.
Pada proses pelarutan (Larst) maka batuan yang mudah larut akan menunjukan kenampakan
topografi karst yang lebih nampak dibandingkan batuan yang kurang mudah larut Selain pada proses
pelarutan dan proses denudasional maka aspek litologi lazimnya kurang berperan untuk
dipertimbangkan sebagai dasar pembagian satuan bentuk lahan.
Penamaan
Pada pemetaan geomorfologi penamaan satuan bentuk lahan sebagai satuan peta, sebenamya hanya
sekedar mempermudah pembacaan peta, sehingga dapat dengan mudah mengatahui katiga aspek
satuan bentuk lahan (relief, Intologi dan genesanya). Untuk itu maka, penamaan satuan bentuk lahan
sebaiknya mencerminkan runtunan ketiga aspek tersebut. Contohnya dataran aluvial pantai (dataran
relief, aluvial = litologi, pantai = genesa), perbukitan sinklin (perbukitan relief, sinklin = genetiknya,
sementara litologinya tidak berperan).
Warna dan Simbol
Untuk pewarnaan acuan yang digunakan ialah yang diberikan oleh Verstappen dan Van Zuidam
(1969), yaitu

1. Purple 9. Struktural
2. Red 10. Volkanik
3. dark-blue 11. Fluvial
4. Green 12. Marine
5. Orange 13. Karst
6. Yellow 14. Aeolian
7. light blue 15. Glasial
8. Brown 16. denudasional
Selain penggunaan warna, dapat juga digunakan simbol yang dapat menginformasikan kondisi dan
genesa morfologi daerah pemetaan.

Anda mungkin juga menyukai