Medical PCB
Peripheral
Equipment's
Electronic
Display
Components
Untuk mencapai produk unggulan riset yang dapat diadopsi oleh industri,
prototipe harus melalui serangkaian pengujian di laboratorium pengujian
yang ditunjuk Pemerintah seperti BPFK/ Sucofindo. Uji Produksi meliputi
uji keselamatan listrik, uji performa, dan uji keandalan. Untuk prototipe
alat kesehatan kelas C dan D harus dilengkapi uji klinis. Hasil uji produksi
selanjutnya dijadikan salah satu dokumen pengurusan Nomor Izin Edar di
Kemenkes. Hal tersebut digunakan sebagai pembuktian kinerja dan
keandalan prototipe sehingga dapat memenuhi level tingkat
kesiapterapan teknologi (TKT) dan tingkat kesiapan inovasi. Proses
pengujian membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga perlu inovasi
kebijakan-kebijakan terkait pendanaan dari pihak terkait.
Standar Acuan Pengujian Produk
Sebelum prototipe masuk proses produksi massal, biasanya
inventor akan menyusun bill of material (BOM) yang digunakan
sebagai gambaran terkait item, bahan, atau material yang
dibutuhkan untuk merakit atau memproduksi produk akhir.
BOM merupakan bagian dari proses desain yang digunakan
manufaktur untuk menentukan item yang harus dibeli atau
disediakan. BOM terkait dengan master production schedule
yang digunakan untuk menentukan target kapasitas produksi
berdasarkan sumber daya yang dimilikinya. Hal lain yang perlu
dilakukan inventor adalah melakukan transfer knowledge
kepada pihak industri sebelum pelaksanaan produksi
berlangsung.
Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat keberhasilan pengembangan
inovasi alat kesehatan dalam negeri berbasis triple helix, di antaranya
adalah:
Aturan uji klinis yang memberatkan inventor baik dari sisi waktu, biaya,
dan standar pelaksanaan kegiatan untuk produk-produk inovasi tertentu.
Proses molding injection untuk casing alat terbilang mahal bilamana tidak
mencapai jumlah produksi tertentu. Hal ini menjadi penyebab harga alat
dalam negeri kurang kompetitif dibanding produk impor sejenis.