Anda di halaman 1dari 51

RISET FARMASI

Pengembangan obat
 Industri farmasi merupakan salah satu
institusi farmasi yang mengalokasikan dana
yang cukup besar untuk penelitian dan
pengembangan.
 Dari data IMS Health World Review tahun

2004, industri farmasi butuh tidak kurang


dari US$ 100 Miliar per tahun untuk
penelitian dan pengembangan.
 Dana terbesar terutama digunakan untuk uji

klinik yaitu sekatar 40%


Proses penemuan obat baru
 Merupakan langkah yang sangat panjang dan
melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Garis besar, penelitian dan
pengembangan obat
1. Sintesis dan screening molekul
2. Studi pada hewan percobaan
3. Studi pada manusia yang sehat (healthy
volunteers)
4. Studi pada manusia yang sakit (pasien)
5. Studi pada manusia yang sakit dengan
populasi diperbesar
6. Studi lanjutan (post marketing surveillance)
 Sintesis dan screening molekul, merupakan
tahap awal dari rangkaian penemuan suatu
obat.

 Sintesis asam mefenamat (Ponstan)


 Pada tahap ini berbagai molekul atau senyawa
yang berpotensi sebagai obat disintesis,
dimodifikasi atau bahkan direkayasa untuk
mendapatkan senyawa atau molekul obat yang
diinginkan.
 Penelitian obat biasanya ditargetkan untuk
suatu daerah tertapetik yang khas, potensi
relatif pada produk saingan.
 Ahli kimia medisinal mendalami kelemahan
molekul : untuk mensintesis senyawa tersebut.
 Setelah disintesis, suatu senyawa melalui
proses screening, dilanjutkan pengujian awal
obat pada sejumlah kecil hewan dari jenis
yang berbeda (biasanya 3 jenis hewan)
ditambah uji mikrobiologi.
Uji praklinik
 Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk
calon obat.
 Dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi

(efek farmakologi), profil farmakokinetik dan


toksisitas calon obat
Uji preklinik awal
 Pada mulanya yang dilakukan pada uji
praklinik adalah pengujian ikatan obat pada
reseptor dengan kultur sel terisolasi atau
organ terisolasi, selanjutnya menguji pada
hewan utuh
Uji praklinik
 Hewan yang baku digunakan adalah galur
tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot,
hamster, anjing atau beberapa uji
menggunakan primata
Uji toksikologi
 Dilakukan pengujian : teratogenitas,
mutagenesis dan karsinogenitas, di samping
pemeriksaan LD50, toksisitas akut dan kronik
 Kerusakan genetik (genotoksisitas atau
mutagensis)
 Pertumbuhan tumor (onkogenesis atau
karsinogenesis)
 Kejadian cacat waktu lahir (teratogenik)
 Uji toksistas sampai saat ini masih tetap
dilakukan pada hewan percobaan, belum ada
metode lain yang menjamin hasil yang dapat
menggambarkan toksisitas pada manusia
Farmakokinetika
 Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat
mempelajari sifat farmakokinetika obat
meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan ekskresi
Informasi dari uji preklinik
 Lamanya pemberian obat itu menurut dugaan
kepada manusia
 Kelompok umur dan kondisi fisik manusia

yang dituju dengan pertimbangan khusus


untuk anak-anak, wanita hamil atau orang
usia lanjut.
 Efek obat menurut dugaan pada manusia
 Setelah melewati uji pra klinis, maka senyawa
atau molekul kandidat calon obat tersebut
menjadi IND (Investigasional New Drug) atau
obat baru dalam penelitian
 Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu
 Fase I, calon obat diuji pada sukarelawan
sehat untuk mengetahui apakah sifat yang
diamati pada hewan percobaan juga terlihat
pada manusia.
 Pada fase ini ditentukan hubungan dosis

dengan efek yang ditimbulkannya dan profil


farmakokinetik obat pada manusia
 Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu
diamati efikasi pada penyakit yang diobati.
Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai
efek yang potensial dengan efek samping
rendah atau tidak toksik.
 Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan

dan uji stabilitas bentuk sediaan obat


 Fase III, melibatkan kelompok besar pasien.
Di sini obat baru dibandingkan efek dan
keamanannya terhadap obat pembanding
yang sudah diketahui.
 Keputusan untuk mengakui obat baru

dilakukan oleh badan di Indonesia oleh BPOM


(Badan Pengawas Obat dan Makanan), FDA
(USA) dll
 Fase IV, setelah obat dipasarkan masih
dilakukan studi pasca pemasaran (post
marketing surveillance) yang diamati pada
pasien dengan berbagai kondisi, berbagai
usia dan ras
 Jangka penemuan obat baru sejak awal
ditemukan suatu bahan kimia sampai menjadi
obat baru yang diizinkan beredar
memerlukan waktu 10-12 tahun dan biaya
peneltian lebih kurang USD 350-800 juta.
KATEGORI OBAT
U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA)
Australia Drug Evaluation Commitee
Kategori A
 obat-obat yang telah banyak digunakan
tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi
janin atau pengaruh buruk lainnya
 Contoh :

parasetamol, penisilin, eritromisin, glikosida


jantung, isoniazid serta bahan-bahan
hemopoetik seperti besi dan asam folat
Kategori B:

 Obat dg pengalaman pemakainya pada


wanita hamil masih terbatas,
 tidak terbukti meningkatkan frekuensi

malformasi atau pengaruh buruk lainnya


pada janin.
Dar i studi toksikologi pada hewan, obat
kategori B dibagi
 B1:

Dari penelitian pada hewan tidak terbukti


meningkatnya kejadian kerusakan janin
(fetal damage).
Contoh :
simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
 B2 :
 Data dari penilitian pada hewan belum
memadai
tetapi ada petunjuk tidak meningkatnya
kejadian kerusakan janin,
Contoh :
tikarsilin, amfoterisin, dopamin,
asetilkistein, dan alkaloid belladona.
 B3:
Penelitian pada hewan menunjukkan
peningkatan kejadian kerusakan janin,
tetapi belum tentu bermakna pada manusia.
Contoh
karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin,
trimetoprim, dan mebendazol
Kategori C
 Obat yang dapat memberi pengaruh buruk
pada janin tanpa disertai malformasi
anatomik karena efek farmakologiknya.
 Umumnya bersifat reversibel
 contoh :

analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin,


aspirin, antiinflamasi non-steroid dan
diuretika
Kategori D

 Obat yang terbukti menyebabkan


peningkatan malformasi janin atau
menyebabkan kerusakan janin yang bersifat
ireversibel (tidak dapat membaik kembali).
 Juga berefek farmakologik yang merugikan

terhadap janin.
 Contoh

androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton,


kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolik,
dan antikoagulansia.
Kategori X

 Obat yg telah terbukti mempunyai risiko


tinggi yang irreversibel pada janin.
 kontraindikasi mutlak selama kehamilan.
 contoh :

isotretionin dan dietilstilbestrol, thalidomide


Pengembangan BSO
Manfaat bentuk sediaan obat antara lain,
adalah:
 menutupi rasa pahit atau tidak enak dari

bahan obat (bahan berkhasiat),


 menjaga stabilitas bahan obat,
 meningkatkan ketaatan penggunaan obat

oleh pasien, dan


 memberikan kerja obat yang optimal dan

aman
 Secara garis besar, berdasarkan bentuk
sediaannya, obat dapat digolongkan menjadi
4 macam, yaitu
 Bentuk sediaan padat. Contoh dari bentuk sediaan
ini, antara lain: pulvis (serbuk tidak terbagi), pulveres
(serbuk terbagi), tablet, tablet salut, dan kapsul keras
serta kapsul lunak
 Bentuk sediaan cair. Contoh dari bentuk sediaan ini,
antara lain: solutio (sirup), suspensi, dan emulsi
 Bentuk sediaan semi (setengah) padat. Contoh dari
bentuk sediaan ini antara lain: unguentum (salep),
cream, jel, dan pasta.
 Bentuk sediaan khusus. Contoh bentuk sediaan
khusus ini antara lain: injeksi, supositoria, ovula,
inhaler, aerosol, sediaan transdermal, dan lain-lain
Pemilihan bentuk sediaan
 bioavalabilitas obat, yaitu nilai kecepatan dan
jumlah obat yang dapat sampai ke sirkulasi
sistemik,
 kondisi penyakit, yang berkaitan dengan

tujuan penggunaan sediaan obat itu sendiri,


apakah diperlukan pemberian secara sistemik
atau lokal.
Pengembangan formula
 meningkatkan ketersediaan hayati
(bioavailabilitas), terutama untuk obat-obat
yang memiliki kelarutan kecil atau bahkan
sukar larut.
teknologi formulasi sediaan obat
untuk meningkatkan bioavailabilitas

 pendekatan pro-drug, pembentukan


garam, kompleksasi, perubahan bentuk
fisik obat, metode dispersi padat, dan
pemanfaatan bahan pembawa (carrier)
serta pengecilan ukuran partikel
Nano Teknologi
 Saat ini, dikembangkan suatu sistem
penghantaran obat terbaru yaitu dengan
penggunaan Nano Teknologi (Nanotech).
New Drug Delivery System/DDS
 Sistem penghantaran obat yang baru
Tujuan DDS
 untuk perbaikan produk yang lama
menghasilkan formulasi obat yang lebih
manjur, aman, stabil, dapat diproduksi dalam
skala besar dan konsisten, serta dengan biaya
yang murah
Pengembangan DDS
 Oral drug delivery
 Injectable Drug Delivery
 Transmucosal Drug Delivery
 Transdermal Drug Delivery
 Emend® merupakan obat antiemetic yang
terdapat dalam bentuk kapsul oral yang biasa
digunakan bersamaan dengan chemotherapy.
Emend® merupakan nano crystallin particles
yang dikembangkan oleh Merck & Co., Inc.
Amerika Serikat dengan teknology nano dan
telah memperoleh persetujuan US FDA pada
tahun 2003. Teknologi ini mampu secara
signifikan meningkatkan kecepatan disolusi
dan bioavailability yang dibutuhkan oleh obat-
obat yang digunakan dalam chemotherapy.
 Rapamune® merupakan obat
immunosuppressant yang dapat diberikan
secara per-oral. Rapamune® dikembangkan
oleh Wyeth-Ayerst Laboratories, Amerika
Serikat dengan menggunakan nano
technology, dan merupakan Rapamicyn
(immunosuppressant) pertama yang dapat
diberikan secara per-oral. Sebelumnya,
Rapamicyn hanya tersedia dalam bentuk
larutan dan harus disimpan dalam kondisi
beku.
 Abraxane® merupakan obat kanker yang
dikembangkan oleh American Bioscience inc., dan
American Pharmaceuticals Partnerts, Inc., serta
telah mendapat persetujuan US FDA pada tanggal
7 Januari 2005 sebagai obat kanker payudara.
Kelebihan obat yang dikembangkan dengan
teknologi nano ini dibandingkan dengan Paclitaxel
lain adalah toleransi dosis yang lebih baik
 Abraxane® tanpa harus dilakukan pemberian
steroid terlebih dahulu, seperti halnya obat-obat
kanker payudara lainnya.
 Rexin-G® merupakan obat anti kanker
pankreas yang dikembangkan oleh Epeius
Biotechnology Corp., yang menggunakan
teknologi nano partikel dan telah disetujui
oleh US FDA pada 15 Agustus 2003 untuk
pengobatan kanker pankreas
erjon_plg@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai