Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

Hubungan antara posisi Burr-Hole dan


Pneumosefalus pada pasien Subdural Hematom
Kronis yang dioperasi

Juwita Pratiwi

Departemen Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Abstrak
Hematoma subdural kronis (CSDH)  >> usia 70 - 80 tahun.

Cranial Burr-Hole (CBH) dengan irigasi rongga bedah melalui


burr hole dan sistem drainase tertutup adalah pengobatan
pilihan, namun hasil pasca operasi dapat dipengaruhi oleh
pneumosefalus.

Tujuan penelitian : mengeksplorasi hubungan antara posisi


burrhole anterior-posterior (AP) dan volume pneumosefalus
pasca operasi.
Pendahuluan 7 / 100.000 / tahun
pada populasi usia 70 dan 80 tahun di Eropa

• Burr-Hole Craniotomy (BHC) dan sistem drainase tertutup  metode umum


• Pneumosefalus post-operatif dikaitkan dengan angka rekurensi yang
mencapai 32,6%  membutuhkan operasi ulang
• Mengurangi volume gelembung udara subdural post-operatif, umumnya
dengan cara:
o Menaikkan posisi kepala pasien saat operasi
o Kateter drainase subdural
o Teknik burr-hole dengan irigasi kontinu selama penutupan kulit
Tujuan
Penelitian
Mengeksplorasi hubungan
antara posisi burrhole anterior-
posterior (AP) dan cranio-caudal
(CC) dan volume pneumosefalus
pasca operasi.
Metode Penelitian
Populasi Pasien
01 • Pasien CSDH yang dioperasi dari Januari 2013 hingga Agustus 2017 di
Klinik Bedah Saraf Ancona (Ancona – Italia)

• Pembedahan dilakukan pada pasien dengan defisit neurologis atau CSDH


dengan ketebalan maksimum lebih besar dari 1 cm pada CT-scan pra
operasi.

• CT-scan pasca operasi secara rutin dilakukan pada hari ke 3 dan 30


setelah operasi
Metode Penelitian
Prosedur Pembedahan
01
• Burr-hole  menggunakan perforator kranial 14 mm dan diperpanjang hingga diameter
sekitar 25 mm dengan rongeur Kerrison

Duramater dan Irigasi dengan Posisikan Tutup burr-hole


membrane NaCl 0,9% drainase dengan spons
parietal dari sampai tertutup gelatin 
CSDH hematom subdural drainase dilepas
dikoagulasi dan berhasil setelah 72 jam
dibuka dengan diklarifikasi
bentuk stellata
Metode Penelitian
Kriteria Eksklusi
• Hematoma subdural bilateral
• Hematoma traumatis akut dengan pengumpulan darah segar
• Rekurensi
• Koagulopati atau dalam pengobatan dengan terapi
antikoagulan/antiagregant
• Kasus yang dioperasi dengan mini-kraniotomi
Metode Penelitian
Prosedur radiologi
• Semua CT kepala menggunakan pemindai 64-bagian

CT scan post-op hari ke3 :


• Posisi AP : jarak antara sutura coronal dan titik inner-anterior dari burr-hole

• Posisi CC : dari tampilan CT scout lateral, jarak antara garis yang melewati garis
orbito-meatal dan titik terendah burr-hole.

Evaluasi pengumpulan udara subdural post-op


 manual slide-by-slide segmentation
Analisa Statistik
Variabel kontinu : nilai Tes Shapiro-WIlk untuk
mean ± SD atau median ujinormalitas
Variabel kategori : persen

Untuk analisis multivariat,


variabel confounding
sebagai berikut: usia, jenis
Model regresi linear untuk
kelamin, ketebalan menilai hubungan volume
hematom pre dan post-op,
pneumosefalus dan posisi
volume pneumosefalus,
burr-hole
posisi kateter, posisi
burrhole, sisi hematom
Hasil
Total: 153 pasien, usia rata-
rata adalah 78 tahun dan
106 pasien merupakan laki-
laki. Karakteristik pasien
ditampilkan pada tabel 1
Hasil
Pada regresi multivariat
linier, volume
pneumosefalus post operatif
berkaitan secara signifikan
dengan posisi burr-hole AP.
Tabel 2
Hasil
Terdapat peningkatan
progresif yang signifikan dari
volume pneumosefalus
ketika posisi burr-hole
menjadi nilai negatif
(posterior terhadap sutura
coronal)
Diskusi
• Selama pembedahan, udara terkumpul di ruang subdural  efek massa
(tension pneumosefalus) dan hasil yang kurang baik
• Komplikasi pneumosefalus: kejang, nyeri kepala, gelisah, mual, pusing
dan rekurensi
• Teknik standar untuk mencegah pneumosefalus post operatif: posisi
kepala yang tepat (rotasi dan elevasi) dan penggunaan sisten drainase
tertutup selama 3 hari
Diskusi
• Semakin posterior posisi burr-hole terhadap sutura coronal, semakin banyak
udara yang terakumulasi di ruang subdural
• Penyebab lain terjadinya rekurensi : usia, kecenderungan perdarahan,
atrofi otak, penyalahgunaan alcohol, CSDH kronik, membrane subdural.
penggunaan drainase dan posisi kateter tip
Kesimpulan
Seringkali posisi burr-hole direncanakan
dalam posisi standar di atas telinga.
Studi ini mendokumentasikan bahwa
burr-hole harus direncanakan pada bagian
paling tebal dari hematoma se-depan
mungkin (dekat sutura coronal) untuk
mengurangi volume pneumosefalus
1. Foelholm R., Beldzinski P., Lanfermann H., Klug N: Epidemiology of chronic
subdural hematoma. Acta neuroch (Wien) 32:220-225, 1997.
2. C.G. You, X.S. Zheng, Postoperative pneumocephalus increases the recurrence
rate of chronic subdural hematoma, Clin Neurol Neurosurg (2018).
3. D.H. Kim, H.S. Kim, H.J. Choi, I.H. Han, W.H. Cho, K.H. Nam, Recurrence of
the Chronic Subdural Hematoma after Burr-Hole Drainage with or without

THANK
Intraoperative Saline Irrigation, Korean J Neurotrauma. 10 (2) (2014) 101–105.
4. H. Nakaguchi T. Tanishima N, Yoshimasu, Relationship between drainage
catheter location and postoperative recurrence of chronic subdural hematoma
after burrhole irrigation and closed-system drainage J Neurosurg 93 5 2000 791–
795.

YOU!
5. K. Mori, M. Maeda, Surgical treatment of chronic subdural hematoma in 500
consecutive cases: clinical characteristics, surgical outcome, complications, and
recurrence rate, Neurol Med Chir (Tokyo). 41 (8) (2001 Aug) 371–381.
6. C.B. Dabdoub, G. Salas, N. Silveira Edo, C.F. Dabdoub, Review of the
management of pneumocephalus, Surg Neurol Int. 6 (2015) 155.
7. D. Kaul, J. Kahn, L. Huizing, E. Wiener, U. Grupp, G. Bining, et al., reducing
Radiation Dose in Adult Head CT Using Iterative Reconstruction A Clinical study
in 177 Patients, Rofo. 188 (2) (2016) 155–162.
8. JacobsB., Beems T., Van der Vliet TM., Diaz-Arrastia RR., Borm GF., Vos PE.
Computed tomography and outcome in moderate and severe traumatic brain
injury: hematoma volume and midline

Anda mungkin juga menyukai