Anda di halaman 1dari 49

Aspek Gizi pada Asma

Niken Puruhita
Bag Gizi FK UNDIP/SMF Gizi RSUP dr. Kariadi
Pokok Bahasan

Status Gizi dan asupan gizi sebagai faktor risiko asma

Status Gizi pada penderita asma

Efek terapi kortikosteroid terhadap status gizi

Intervensi Gizi pada penderita asma


Status Gizi sebagai Faktor Risiko
• Asma berhubungan dengan status pendidikan rendah, merokok, gizi
kurang/obesitas dan paparan debu/gas pada lingkungan pekerjaan.
(Halldin et al. Chronic Respiratory Disease 2015, Vol. 12(1) 47–60)

• Pada orang dewasa : rasio lingkar pinggang terhadap panggul


berhubungan linear dengan asma atopi, tidak tergantung index massa
tubuh dan jenis kelamin. Pada kelompok asma non atopi wanita, FR yg
penting adalah IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang terhadap
panggul. (Jun Ma et al. Journal of Asthma, 2013; 50(4): 395–402)
Status Gizi sebagai Faktor risiko
• Peningkatan IMT (overweight dan obesity) adalah faktor risiko kejadian
asma bronkhial pada anak perempuan
• Faktor lainnya adalah percent body fat (PBF), percent truncal fat (PTF).
PBF dan PTF berhubungan dengan penurunan forced expiratory volume
in the first second (FEV1) dan forced vital capacity (FVC) dan risiko
terjadinya asma
• Chen et al., 2014 melaporkan obesitas sentral sebagai prediktor akurat
kejadian asma bronkhial pada anak laki-laki dan perempuan
Status Gizi sebagai Faktor Risiko
• Pada anak dan remaja, obesitas berhubungan dengan asma (OR: 1.68,
95% CI: 1.33, 2.12). Hubungan ini lebih kuat pada anak non atopi
dibandingkan anak atopi. (OR: 2.46, 95% CI: 1.21, 5.02) vs(OR: 1.34,
95% CI: 0.70, 2.57) (Visness et al. Journal of Asthma, 47:822–829, 2010)
• Hawlader et al., 2014, melaporkan kurang gizi sebagai FR kejadian mengi
pada anak-anak di Bangladesh
Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko
• Di Yunani, anak pra sekolah: asupan magnesium dan MUFA
meningkatkan risiko asma sedangkan asupan vitmain C dan Kalsium
merupakan faktor protektif terhadap kejadian asma. (Emmanoui E et al. Pediatr
Allergy Immunol 2010: 21: 90–95)

• Asupan mentega dan makanan cepat saji berhubungan dengan mengi


(wheezing). Asupan ikan berhubungan dengan rendahnya prevalensi asma
pada anak non atopi. (Sadeeh D. BMC Public Health (2015) 15:993
Asupan Gizi sebagai Faktor Risiko
• Di AS, pada dewasa muda, asupan omega 3 berbanding terbalik dengan
insidensi asma. (Li J et al. Am J Clin Nutr 2013;97:173-8)
• Di Taiwan
• Pada anak usia 7-12 tahun, FR asma adalah makanan cepat saji, cemilan tinggi lemak,
permen dan keju. Kurang asupan buah sayur dan nasi juga merupakan FR penting. (Lee S
et al. Asia Pac J Clin Nutr 2012;21 (1):73-8)

• Pada remaja: Asma berhubungan dengan asupan hati (OR . 2.32, 95%CI 1.11±4.80),
makanan gorengan (OR . 2.13, 95%CI 1.06±4.30) dan daging berlemak (OR 1.84,
95%CI 0.89±3.80). (Huang SL, et al Clinical and Experimental Allergy, 2001, Volume 31, pages 259-264)
Status Gizi Penderita Asma
• Anak dengan asma bronkhial cenderung lebih pendek dibanding anak sehat.
Penelitian Umlawska et al., 2013 menunjukkan 5% anak dengan asma bronkhial
sangat pendek < persentil ke5 diagram pertumbuhan.
• Faktor yang berpengaruh: usia saat diagnosis, durasi dan derajad beratnya
penyakit, ISPA berulang, deformitas dada, pemendekan otot dan adaptasi postural,
hipoksemia, gangguan fungsi paru, peningkatan kebutuhan metabolik karena
peningkatan work of breathing, dan terapi kortikosteroid
• Pada anak dengan pengelolaan yang kurang baik, ditemukan pubertas dan
pertumbuhan yang terlambat sampai dengan 1.3 tahun
Asma Bronkhial dan IMT
• Scepanovic et al., 2013, melaporkan anak dengan asma bronkhial cenderung
kegemukan atau mengalami gizi kurang dibanding anak sehat.
• Hubungan IMT dengan derajad beratnya penyakit masih menjadi kontroversi.
Szroniak et al., 2008 melaporkan bahwa semakin tinggi IMT semakin berat derajad
asma.
• Anak gemuk lebih sering batuk berdahak, mengi, sesak dan QoL yang menurun.
• Anak gemuk cenderung mengalami eksaserbasi yang membutuhkan steroid berulang,
penurunan lung volume ratios (functional residual capacity/total lung capacity (TLC)
and residual volume/TLC)
Asma Bronkhial dan Komposisi Tubuh
• Triceps skinfold pada anak perempuan dengan asma lebih besar daripada anak
perempuan sehat
• Musaad et al. 2009 melaporkan bahwa obesitas sentral berhubungan dengan asma
bronkhial, derajad beratnya penyakit dan fungsi paru yang rendah
• Pada anak usia 2-5 tahun berhubungan dengan WHtR, tebal lemak
• Pada anak usia 9–13 tahun asma bronkhial berhubungan dengan lingkar pinggang, WHtR, tebal
lemak dan IMT
• Yiallouros et al., 2013, melaporkan persentase lemak yang lebih tinggi pada anak
dengan asma bronkhial usia 7–8 tahun dan 16–17 tahun
Terapi kortikosteroid dan pengaruhnya terhadap
pengukuran antropometri dan status gizi

• Inhaled corticosteroids (ICS) menurunkan mortalitas dan morbiditas asma,


mengurangi keluhan, meningkatkan fungsi paru dan menekan eksaserbasi
• ESO: menghambat mediator pertumbuhan pada anak seperti sekresi dan kerja
growth hormone, insulin-like growth factors, sintesis kolagen dan produksi
androgen dari kelenjar adrenal
• Defisit tinggi badan terjadi 1-2 tahun setelah terapi dimulai dan menetap
sampai dewasa.
• Anak usia prepubertal lebih sensitif terhadap efek penekanan pertumbuhan ini
Terapi kortikosteroid dan pengaruhnya terhadap
pengukuran antropometri dan status gizi
• Raissy et al., 2013, melaporkan retardasi pertumbuhan pada tinggi badan
orang dewasa yang mendapatkan ICS pada masa kanak-kanak. Namun,
penekanan tinggi badan tidak lebih dari 1.2 cm
• ICS mempengaruhi metabolisme lemak dan meningkatkan massa lemak
tubuh dan menurunkan massa bebas lemak
• Efek terapi ICS semakin berkurang pada anak gemuk
• Pada anak yang diberikan kortiksteroid oral, kadar protein total dan albumin
cenderung lebih rendah dibanding anak sehat
Intervensi Gizi pada penderita asma
• Hasil penelitian tidak konsisten
• Pada umumnya penuruanan berat badan, pengaturan asupan makan tinggi
antioksidan dan anti inflamasi memperbaiki keadaan umum dan fungsi
paru
• Suplementasi bermanfaat bila diberikan pada individu dengan defisiensi
• Asesmen dan intervensi gizi secara individual penting
Pemberian makanan formula mengandung Whey

Lothian JB. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 2006; 57(3/4): 204-211
Diet Meditterania
dan Asma

Barros R, Allergy 2008: 63: 917–923


Efek Suplementasi Vitamin C terhadap Bronkhokonstriksi yang
diinduksi latihan fisik pada penderita Asma

Tecklenburg SL, Respiratory Medicine (2007) 101, 1770–1778


Efek Asupan Sayur dan Buah terhadap Mengi
Buah Sayur

Seyedrezazadeh E. Nutrition Reviews 2014, 72(7):411–428


Suplementasi Magnesium

Kazakz AG, Journal of Asthma, 47:83–92, 2010


Pengaruh pemberian formula yang mengandung EPA,
GLA dan antioksidan pada penderita asma

Covar R, Clinical & Experimental Allergy, 40, 1163–1174


Efek Penurunan Berat Badan pada penderita Asma Obes
Asesmen Gizi pada Penderita Asma
• Anamnesis: Asupan, riwayat alergi
• Pemeriksaan antropometri
• Pemeriksaan klinis/fisk
• Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya
Pengukuran Antropometri
• Pengukuran demensi fisik
• Pengukuran “body size” : tinggi badan, berat badan
• BMI pada anak
• BMI pada dewasa
• Pengukuran komposisi tubuh
• Pengukuran lemak tubuh
• Pengukuran massa bebas lemak tubuh
BERAT BADAN

• Timbangan : digital, pegas


• Sensitif terhadap perubahan, tidak sensitif terhadap
proporsi tubuh
• Kegunaan BB dalam klinik :
- Menilai “gangguan” gizi (akut/kronik), pertumbuhan
- Monitoring keadaan kesehatan
- Penghitungan dosis obat dan makanan
Berat badan
PANJANG BADAN/TINGGI BADAN

• Merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting.


• Indikator yg baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yg sudah
lalu (stunting)
• Perubahan TB relatif lambat
• 2 macam teknik pengukuran
• panjang supinasi (< 2th)
• tinggi badan (>2 th)
PANJANG BADAN/TINGGI BADAN
• Stadiometer
• Pengukuran dilakukan dengan posisi tegak, muka
menghadap lurus ke depan tanpa menggunakan alas
kaki (Frankfurt plane horizontal).
Panjang badan dan
Tinggi badan
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index)

• BB (kg) / TB (m)2
Body Mass Index
(indeks massa tubuh)
BB (kg) / TB (m)2

Interpretasi untuk dewasa (Asia)

< 16,5 : sangat kurus


16,5 – 17,4 : kurus
17,5 – 18,4 : berat badan kurang
18,5 – 22,9 : normal
23,0 – 24,9 : overweight
25,0 – 29,9 : obese I
30,0 – 34,9 : obese II
>35 : obese III
Pengukuran massa lemak tubuh

• Triceps skinfold (tebal lipatan kulit)


• Subscapular skinfold
• Biceps skinfold
• Suprailiac skinfold
• Lingkar pinggang
• Rasio lingkar pinggang dan panggul
LIPATAN KULIT (Tebal Lemak Bawah Kulit)
• Alat  Caliper
• Biceps Skinfold
Pengukuran dengan menggunakan Caliper, pada
daerah otot biceps di pertengahan lengan atas,
beberapa detik setelah angka penunjuk pada
Caliper berhenti menunjukkan angka.
Triceps Skinfold
• Pengukuran dengan menggunakan Caliper, pada daerah otot
triceps di pertengahan lengan atas, beberapa detik setelah
angka penunjuk pada Caliper berhenti menunjukkan angka.
Sub Scapular Skinfold
• Pengukuran dengan menggunakan Caliper, pada daerah
sub scapula beberapa detik setelah angka penunjuk pada
Caliper berhenti menunjukkan angka.
Supra Iliacal Skinfold

• Pengukuran dengan menggunakan


Caliper, pada daerah supra iliaca
beberapa detik setelah angka
penunjuk pada Caliper berhenti
menunjukkan angka.
LINGKAR LENGAN ATAS

• Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak


dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan
Cairan tubuh
• Pengukuran menggunakan pita ukur / pita Shakir,
diukur pada pertengahan antara acromion dan
epicondylus lateralis
Mid upper arm circumference

Pita Shakir : untuk anak usia 6 bln – 4 tahun


Indikator lain

Tinggi
Badan

BMI
Lingkar
Pinggang
Waist-Hip Ratio

Lingkar panggul
BERAT BADAN
Terapi Gizi pada Asma
• Pada Kondisi akut/serangan asma
• Pada kondisi tenang/Maintenance
Pada Kondisi Akut/ Serangan Asma
• Prinsip intervensi gizi
• Menunggu setelah proses “resusitasi” selesai/keadaan umum membaik
• Pemberian zat gizi: “Start low go slow”
• Konsistensi makanan disesuaikan dengan keinginan dan kenyamanan pasien
Bentuk makanan
Bentuk Makanan
Pada Kondisi Tenang/maintenance
• Cukup energi dan protein
• Rendah lemak jenuh, cukup lemak tidak jenuh
• Tinggi asupan sayur dan buah
• Menghindari makanan alergen
• Aktifitas fisik disesuaikan dengan kondisi
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai