Keadilan dan
Moralitas peraturan tidak
Heteronom dapat
dirubah/mutlak
PIAGET
Peraturan bisa
dirubah, terdapat
Moralitas Otonom
pertimbangan niat
dan konsekwensi
• Contoh Moralitas Heteronom
Seorang anak memecahkan 15 gelas cangkir saat membantu ibunya dan anak-anak yang
lain memecahkan 1 cangkir karena berusaha mencuri coklat
Maka anak akan berpikir anak yang pertama perilaku lebih buruk, karena anak lebih
peduli dengan jumlah kerusakan (konsekuensi), tetapi anak yang lebih dewasa akan
menilai kesalah mneurut motif yang melandasi tindakan tersebut. Dalam hal ini ketika
masuk dalam teori Piaget anak usia ini masih dalam berpikiran operational konkret dan
operational formal
• Bagaimana perubahan moralnya?
• Menurut Piaget ketika anak berkembang mereka dapat berpikir secara
lebih rumitttg masalah social. Piaget percaya bahwa pemahaman social
initerjadi melalui saling memberi dan menerima dalam hubungan
dengan teman sebaya
• ketika berkumpul dengan teman sebayanya anak memiliki keududukan
yang sama mereka dapat dengan leluasa dapat saling memberi masukan
bernegoisasi dalam memcahkan masalah, menghargai perbedaan serta
mengontrol emosi.
TEORI KOLHBERG
• Moralitas heteronom
Tingkat • Individualisme, tujuan, dan pertukaran
prakonvensional instrumental
2) Moral feeling: perasaannya terhadap apa yang dia ketahui, atau dengan kata lain
disebut nurani. Tahap ini juga merupakan cikal bakal dari munculnya empati. Tahapan
kedua disebut "desiring the good“
3) Moral action: merupakan tahap paripurnanya, dimana pada akhirnya anak dengan
motivasi internalnya/kemauannya sendiri pada akhirnya melakukan hal baik, anak
memasuki tahapan "doing the good". Melakukan hal baik walau tidak ada yang
melihat dan tidak melakukan hal yang dilarang walau tidak ada orang disekitarnya
• Contoh “Ingin menanamkan kepedulian dan tanggung jawab anak pada alam, dengan
mengurangi sedotan plastic”, maka tahapannya adalah sbb:
Tahap moral knowing: anak dijelaskan bahwa penggunaan sedotan tidak baik karena
limbah plastiknya mencemari lingkungan dan membahayakan banyak makhluk
hidup.Diinfokan ke anak bahwa divers clean action, kelompok pemerhati lingkungan
khususnya laut, menyebut pemakaian sedotan di indonesia mencapai 93.244.847
batang setiap harinya. Bisa kita bayangkan berapa banyak sampah sedotan plastik
dalam seminggu bahkan setahun.Kemudian masih dalam tahap moral knowing, anak
diberikan pemahaman bahwa lebih baik kita langsung menggunakan mulut saat minum
daripada menggunakan sedotan plastik sekali pakai
Moral feeling: pada tahap ini kita ingin anak mampu merasakan apa yang tadi
kita jelaskan, misal dengan cara menunjukkan foto atau video penyu yang
hidungnya tertusuk limbah sedotan plastic. Mungkin sebagian anak merasa
ngeri dengan foto atau video yang mereka lihat, namun ini adalah cara terbaik
sehingga apa yang dia lihat masuk kedalam memori dan menetap menjadi
memori jangka panjang. Muncul empatinya melihat bagaimana penyu itu terluka,
hingga hidungnya mengeluarkan darah akibat tertusuk limbah sedotan plastic.
Moral action: setelah anak merasakan empati atas apa yang dialami makhluk
hidup seperti penyu di atas, maka akan muncullah perilaku anak yang sadar
akan bahaya limbah plastik sedotan, ia akan menghindari menggunakan
sedotan plastik karena tahu bahwa itu akan berbahaya dan dapat melukai
makhluk hidup lainnya.
KB 2
DISONANSI MORAL
• Ada 3 struktur utama, yaitu id, ego, dan superego
• Id yang telah ada sejak lahir yang merupakan dorongan dan motif yang tidak disadari,
yang bertidak atas dasaaaar kesenangan, serta yang berusaha untuk dipuaskansecara
langsung dan sesegera mugkin, jadi id sumber dan tempat dorongan biologis
• Ego adalah mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas, karena itu ego
merepresentasikan akal budi/akal sehat, bertindak atas dasar prinsip realitas dan
mnecari cara yang dapat diterima dalam pemuasan kebutuhan
• Superego dianalogikan dengan hati urani. Superego mewakili nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat yang disampaikan oleh orang tua atua anggapan masyarakat
FAKTOR MUNCULNYA DISONANSI
1) DISONANSI KOGNITIF
2) DISONANSI PERSONAL
3) DISONANSI SOSIOPOLITIS
4) DISONANSI BERDASARKAN BAWAAN KEMAJUAN IPTEK SERTA MODERNISASI
PENANGGULANGAN DAN PENCEGAHAN
DISONANSI MORAL PADA AUD
1) MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF
2) MEMBIASAKAN ANAK MELAKUKAN AKTIVITAS TERPROGRAM
3) MENDEKATKAN DENGAN AKTIVITAS POSITIF YANG DILAKUKAN ORANG
DEWASA
4) MENGENALKAN DENGAN ATURAN HIDUP BERNUANSA MORAL DAN NILAI
AGAMA
5) MELIBATKAN ANAK PADA AKTIVITAS MORALIS DAN AGAMIS
DISONANSI MORAL PADA ANKA USIA DINI