Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIK PUISI

PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN BACA PUISI DAERAH TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN
MENENGAH PERTAMA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Pelatihan Guru Master Revitalisasi Bahasa


Daerah untuk Festival Tunas Bahasa Ibu

Dr. Asia Ramli Prapanca, M.Pd.

Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan


Hotel Four Points by Sheraton Makassar
Minggu – Rabu, 31 Juli – 3 Agustus 2022
DESKRIPSI SINGKAT

 Pembelajaran dan Pelatihan Baca


Puisi Daerah Tingkat Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama
Provinsi Sulawesi Selatan ini
bertujuan memberikan pemahaman
dan keterampilan baca puisi dengan
baik dalam rangka persiapan festival
dalam bentuk lomba baca puisi.
PETA KONSEP
TEORI PUISI

1. Pendekatan psikolinguistik, puisi berhubungan dengan


masalah jiwa. Tersaring semurni-murninya, mencari hakekat
pengalamannya.
2. Pendekatan structural, puisi sebagai kata-kata terbaik dalam
susunan terbaik.
3. Pendekatan emotif, puisi adalah luapan gelora perasaan yang
bersifat imajinatif.
4. Pendekatan didaktis, puisi merupakan kritik kehidupan.
STRUKTUR PUISI

 Struktur Inrinsik
Meliputi: diksi, rima, ritme, bait, baris,
dan tipografi.
 Struktur Ekstrinsik
Meliputi segala faktor luar yang
melatarbelakangi penciptaan puisi,
berupa kondisi social, motivasi, tendensi
yang mendorong dan mempengaruhi
penciptaan puisi, termasuk tradisi dan
nilai-nilai, struktur kehidupan social,dll.
HAKIKAT PUISI

 Tema: Merupakan gagasan pokok yang dikemukakan penyair.

 Perasaan: Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut


diekspresikan dan ikut dihayati pembaca.

 Nada dan Suasana: Meninggi-merendah (nadanya), mengeras-


melembut (tekanannya) atau mencepat- melambat (temponya).

 Amanat (pesan): Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair


dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi
itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair
untuk menciptakan puisi.
KEPUITISAN

 Tipografi, susunan bait


 Persajakan
 Pemilihan kata (diksi)
 Gaya bahasa
RAGAM PUISI

Puisi epik, yaitu kepahlawanan, legenda, kepercayaan, maupun sejarah.


Puisi naratif, mengandung suatu cerita, pelaku, perwatakan, setting,
rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin cerita.
Puisi lirik, luapan batin individual penyairnya dengan segala macam
endapan pengalaman, sikap maupun suasana batin yang melingkupinya.
Puisi dramatik, menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan,
dialog, maupun monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah
tertentu.
 Puisi didaktik, mengandung nilai-nilai kependidikan yang
umumnya tertampil eksplisit.
 Puisi satirik, mengandung sindiran atau kritik tentang
kepincangan atau ketidakberesan kehidupan social.
 Romance, berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang
kekasih.
 Elegi, ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.
 Ode, berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau
sikap kepahlawanan.
 Himne, berisi pujian kepada Tuhan, maupun ungkapan rasa,
cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
PEMAKNAAN DAN LANGKAH/TAHAP MEMAHAMI PUISI

PEMAKNAAN PUISI

 Kata-kata, frasa, dan kalimat dalam puisi biasanya mengandung makna


tambahan atau makna konotatif. Proses mencari makna dalam puisi
merupakan proses pergulatan penyair dan pendengar terus menerus . Bahasa
puisi adalah bahasa figuratif yang bersusun-susun.
 Kata-kata dalam puisi tidak tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, namun
tunduk pada rima larik puisi. Hal ini disebabkan oleh kesatuan kata- kata itu
bukanlah kalimat akan tetapi larik-larik puisi itu. Kata-kata tidak terikat oleh
struktur kalimat dan lebih terikat pada larik-larik puisi.
LANGKAH/TAHAP MEMAHAMI PUISI

 Memperhatikan judul
 Memperhatikan kata-kata yang dominan
 Memahami makna konotatif
 Mencari makna kata
 Memparafrasekan
 Mengusut kata ganti
 Mencari pertalian makna
 Mencari makna yang tersembunyi
 Memperhatikan corak puisi
 Menafsirkan sesuai teks.
PUISI DAERAH SULAWESI SELATAN

Puisi daerah Makassar ada beberapa jenis, antara lain: Doangang (Mantera),
Paruntuk Kana (Peribahasa), Kelong (Pantun), Pakkiok Bunting, Dondo, dan Aru
(Ikrar/Janji).
Di Daerah Bugis, Puisi (disebut surek). Dibagi kedalam empat jenis, yaitu:
Galigo, Pau-pau, Tolok, dan Elong. Keempat jenis puisi Bugis (surek) ini, jika
dilihat bentuknya, maka dapat digolongkan lagi kedalam dua jenis, yaitu: Galigo,
Pau-pau, dan Tolok berupa puisi naratif yang ceritanya pada umumnya panjang.
Sedangkan Elong hanya berupa pernyataan yang mungkin satu atau beberapa
bait saja.
Puisi daerah Toraja menyatu bersama upacara adat Toraja seperti dalam
upacara ritual Rambu Tuka dan Rambu Solo yang diiringi prosesi tarian dan
nyanyian.
PUISI DAERAH MAKASSAR
Coppong ri Nawa-nawa
Karya Azis Nojeng

Manna kucakko ri ati


Kupaseko mange-mange
Panngarimanangta
Coppong ri nawa-nawangku
Karrukku akbattang daserek
Nirupai muri-muri
Nitaruru pakminasa mabajik
Sannak bajik kuukranginna
Bateku kipakalompo
Kikatuo bajik-bajik
Kipasikola Ki erang mange anngaji
Manna Ki empo ri tuna
Tanjeng ri kasi-asi
Tani jalloki sunggua
Kibuang pisona
Ri Bataraya
Tau toaku
Anrong tumallassukangku
Manna kapang tasuruga
Taerokak ampasolongi Jeknek matangta
Manna tanaraka
Kupaempo jakik ri Sunggu
Minasangku
Poro tekne lalo jakik sallang
Terjemahan

Masih Subur di Ingatan

Walau ku sembunyi di dalam hati


Kuselip pada entah
Kasih sayang itu
Masih Subur di ingatan
Tangis kelahiranku
Di sambut dengan senyum
Diantar harapan penuh bahagia
Tak lekang diingatanku
Engkau membesarkan ku
Diasuh penuh kebaikan
Menyekolahkan dan mengantarku mengaji
Walau kita hidup dalam kemiskinan
Bersandar pada kekurangan
Kita tak pernah iri pada kebahagiaan
Menyerahkan semuanya kepada Ilahi Rabbi
Orang tuaku
Ibu yang melahirkanku
Walau bukan surga
Kutak akan membuatmu menangis
Walau bukan neraka
Ku berjanji akan membahagiakanmu
Harapanku
Puisi Daerah: Bugis:
Manurunge Matassi Lompoa
Penulis:  Syahruddin, Watampone

Rewettu sianre balena tau ugi`e


Napaturungngu puatta ritella manurung
Napariampirikkeng, naddongirikkeng temakare, Naselimurikkeng temma dinging tau ugi`e

Seddi pappasenna arung matajatta


Aja muala pettu wicara narekko liwanna rennumu
Aja muala pettu wicara narokko liwanna caimu
Aja muala pettu wicara nerekko liwana essomu

Naribalinna adanna makedanna, ade pitu


Kuala pappekesi ripakalawing ati
Nakupalebbi sininna ada-adana
Nakutimpakangi tange,nakupenreni ribola tataro ada

 
Makna

Saat terjadinya kisah sianre bale (hukum rimba) masyarakat bugis


tuhan menurunkan manurung ri matajang (pemimpin yang mencerahkan )
yang bergelar manurung Mattasi Lompoa melindungi, mengayomi, menyelimuti masyarakat bugis,

Beliau berpesan kepada masyarakatnya


Jangan mengambil keputusan ketika engkau sedang begitu bahagia
Jangan mengambil keputusan ketika engkau sedang bahagia
jangan mengambil keputusan ketika engkau begitu kekenyangan,,
Dan ade pitu membalas perkataannya

Kujadikan patok dalam hati


Kuindahkan setiap katamu disaat engkau ingin mengindahkanya
Kubukakan pintu gerbang,kuhantar menuju singgasana
PUISI BAHASA TORAJA
Indo’kunagaraga

Karya Dina Gasong

Indo’ku,
mudaranaina’
Mupakaboro’na’
Yake malena’ massikola
Mintu’ tukuparalliuna mupasakkaranna’

Indo’ku
Mupakaboro’ tongankan
Sae lako maleko undaka’kamanarangan
Lako tondokna tau
Moiraka kikamali’ liukomi
Apa sa’ba’rakan kampaikomi
 
Indo’ku
Yanna suleko lako banua
Masannang tongan ki sa’ding
Belanna sisola omiki’ mamma’
Sia mipa’nasuankan
Lendu’masannangna kisa’ding
Terjemahannya

Ibuku karya Dina Gasong

Ibuku
Kau Peliharaku
Kau kasihiku
Jika aku kesekolah
Segalanya kau siapkan

Ibuku
Kau sangat mengasihi kami
hingga kau pergi mencari ilmu
ke negeri orang
Kami sangat mengasihimu
tapi kami sabar menantimu

Ibuku
ketika kau kembali kerumah
Kami sangat senang
Karena kita tidur bersama lagi
Kau memasakkan kami nasi
Sangat senang kami rasakan
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PEMBACAAN PUISI DENGAN DEKLAMASI

PERBEDAAN
 Dalam lomba baca puisi, meskipun puisi itu telah dihafal,
tapi dalam membacakannya tetap lembaran teks puisi
dibawa ke atas panggung dan dibaca walaupun hanya
sesekali dilihat atau dilirik. Sedang deklamasi puisi tidak
menggunakan lembaran teks yang dibaca karena puisi
tersebut sejatinya telah dihafal dengan baik.

PERSAMAAN
 Adapun persamaannya ialah keduanya menggunkanan
puisi untuk diinterpretasi atau dianalisis, baik tema,
judul, isi, gaya bahasa, pesan yang disampaikan, suasana
dan irama. Baik membacakan maupun
mendeklamasikan puisi, keduanya menggunakan tubuh,
gerak, mimik atau ekspresi dan vocal berdasarkan hasil
interpretasi terhadap puisi.
METODE PRAKTIS PEMBACAAN PUISI

 Membaca berulang dalam hati puisi yang akan dibacakan.


 Menginterpretasi atau menganalis puisi tersebut, baik tema, judul,
isi, gaya bahasa, suasana dan pesan yang disampaikan.
 Menandai kosa kata, diksi, tekanan, intonasi, artikulasi dan jedah
dengan baik.
 Melatih diri untuk menjadi actor, menjadi pembaca puisi dan
deklamator di atas panggung. Dalam hal ini, dibutuhkan olah tubuh,
olah vocal, olah nafas dan olah sukma, serta mimik atau ekspresi.
 Menemukan gaya dan penampilan sendiri dan tidak mengulang-
ulang gaya dan penampilan pembaca-pembaca puisi yang telah ada.
 Menggunakan kostum sesuai dengan isi puisi.
 Menguasai teknik pemunculan dan teknik memukau penonton.
 Menguasai teknik membangun irama, tempo dan suasana serta
PELATIHAN BACA PUISI
Persiapan Tubuh Seorang Pembaca Puisi

1. Olah Tubuh
Olah tubuh merupakan ketrampilan
tubuh, yakni penguasaan bagian-
bagian tubuh kita yang dapat
digerakkan dan dikontrol. Adapun
tujuan olah tubuh untuk dapat
menguasai secara sadar bagian-
bagian tubuh yang akan digunakan
untuk menunjang kebutuhan seorang
pembaca puisi. Karena tubuh adalah
alat utama bagi seorang pembaca
puisi untuk dapat tampil di atas
panggung.
Dasar-dasar yang akan dilakukan olah tubuh:

 Latihan pernafasan
 Latihan menggerakkan otot
 Latihan menggerakkan tubuh
 Latihan relaksasi (pengenduran ketegangan)
 Latihan konsentrasi dengan gerak
 Latihan perasaan dengan gerak
 Latihan gerakkan menirukan gerak yang tidak biasa
 Latihan gerakkan dalam menguasai ruang dan latihan dengan tempo
2. Olah Vokal
Kemampuan vokal yang baik bagi seorang
pembaca puisi adalah syarat utama agar bisa
membacakan puisi dengan baik. Dengan vokal,
dituntut untuk dapat menyampaikan informasi
di dalam puisi. Suara (vokal) mempunyai
peranan penting dalam membaca puisi, karena
digunakan sebagai bahan komunikasi kepada
penonton/pendengar. Suara (vokal) tidak hanya
dilontarkan begitu saja tetapi juga hatus dijaga
artikulasi, keras lembutnya, tinggi rendahnya,
dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan
kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi.
3. Olah Nafas
Seorang pembaca puisi harus memiliki kemampuan
vokal terbaik. Untuk itu, diperlukan pernafasan
yang baik. Ada beberapa pernafasan yang
digunakan dalam membaca puisi, yaitu: Pernafasan
Dada : Pernafasan ini jarang digunakan, karena
daya tampung udara yang sedikit serta
mengganggu gerak dalam berperan. Pernafasan ini
dilakukan dengan cara menyerap udara, kemudian
dimasukkan kerongga dada. Setelah melakukan
pernafasan ini, dada akan membusung. Pernafasan
Perut : Sebagian pembaca puisi menggunakan
pernafasan ini. Daya tampung dari pernafasan ini
jauh lebih banyak dibandingkan dengan pernafasan
dada. Pernafasan ini dilakukan dengan cara
menyerap udara, kemudian dimasukkan kedalam
perut. Setelah melakukan pernafasan ini, perut
akan menggelembung.
4. Olah Rasa/Olah Sukma
Pembaca puisi membutuhkan kepekaan
rasa/sukma karena dalam menghayati isi
puisi, semua emosi yang terkandung di dalam
puisi harus mampu diwujudkan. Oleh karena
itu, latihan-latihan yang mendukung
kepekaan rasa perlu dilakukan. Seorang
pembaca puisi harus mampum
mengekspresikan suasana dalam puisi.
Latihan olah rasa berfungsi untuk
meningkatkan kepekaan rasa dalam diri
terhadap isi puisi. Latihan olah rasa dimulai
dari konsentrasi, gestur, dan imajinasi.
Langkah/Tahap Olah Tubuh, Vokal dan Nafas

1. Peserta dan guru membentuk lingkaran berdiri


mengatur jarak, dengan berpegangan tangan.
2. Kemudian semua duduk, dan guru atau
instruktur duduk di tengah lingkaran dan
memimpin berdoa mohon agar pelajaran
berlangsung dangan baik.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Selanjutnya berdiri, mulai lari-lari melingkar
mulai dari pelan, sedang, dan cepat.
5. Semakin lama semakin cepat. Dan berhenti,
kemudian berbalik. Hal itu diulang untuk
beberapa kali
Beberapa gerakan yang perlu diperhatikan dalam persiapan
pembacaan puisi:

1. Tarik nafas sambil angkat tangan keatas kepala


2. Tunduk menurunkan jari menyentuh jari kaki melepaskan nafas
3. Buang kaki kiri ke belakang, kepala ke atas sambil tarik nafas
4. Seterusnya membuang kaki kanan ke belakang, lepas nafas
5. Kemudian tarik kembali kaki kiri, dan juga kaki kanan dan tarik nafas
6. Jari kaki dan jari tangan ketemu lepas nafas
7. Selanjutnya tarik nafas berdiri dan angkat tangan ke kepala, dan tutup turun ke dada
lepas nafas,
8. Duduk lagi di atas telapak kaki, lalu berdiri lagi sambil mengucapkan huruf-huruf
vokal satu persatu (A, I, U, E, O)
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatian dalam Membaca Puisi

1. Persiapan mental
2. Vokal
3. Artikulasi
4. Intonasi
5. Jedah
6. Tempo
7. Irama
8. Pernafasan
9. Penghayatan
10. Ekspresi atau mimic
11. Gerak tubuh sesuai motif
12. Sadar ruang
13. Membangun imaji dan suasana
14. Penampilan
TUGAS DAN LATIHAN

 Peserta diberi puisi berdasarkan kemampuan bahasa masing-


masing peserta, yakni puisi Bugis puisi Makassar, , dan puisi
Toraja.
 Setiap peserta menafirkan puisi
 Peserta melakukan latihan olah tubuh, olah vocal, olah nafas,
dan olah rasa/sukma
 Peserta melakukan latihan baca puisi baik
 Peserta dipersilakan membaca puisi
 Peserta diberi apresiasi oleh guru/struktur
LOMBA BACA PUISI

PETUNJUKAN TEKNIS LOMBA BACA PUISI TINGKAT SEKOLAH DASAR


A. Ketentuan umum
1. Setiap sekolah hanya boleh mengirimkan satu orang peserta.
2. Peserta lomba baca puisi ini adalah siswa aktif dari sekolah yang bersangkutan
dibuktikan dengan menyerahkan surat keterangan atau surat tugas dari
kepala sekolah.
3. Ketika membacakan puisi, peserta tidak boleh menggunakan alat pengiring,
baik yang dimainkan sendiri maupun yang dimainkan oleh orang lain.
4. Peserta harus membacakan puisi wajib yang telah disediakan oleh panitia, dan
puisi pilihan yang disiapkan oleh peserta.
5. Peserta lomba menggunakan kostum yang sesuai dengan tema puisi.
B. Tata Tertib Lomba
1. Peserta wajib hadir 15 menit sebelum acara dimulai (pukul 08.00 WIB).
2. Peserta mengisi daftar hadir dan mengambil nomor urut tampil yang telah
disediakan oleh panitia.
3. Peserta dianggap mengundurkan diri jika tidak tampil setelah dipanggil
sampai tiga kali.
4. Setiap peserta membacakan dua buah puisi, yaitu puisi wajib yang
disediakan panitia, dan puisi pilihan yang disediakan oleh peserta.
5. Durasi untuk membacakan puisi maksimal lima menit untuk satu puisi.
6. Peserta dan pendukungnya wajib menjaga ketenangan dan ketertiban
selama lomba berlangsung.
7. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
C. Aspek Penilaian
1. Interpretasi (pemahaman), meliputi pengungkapan maksud
puisi, penjiwaan atau pemaknaan. Bobot 40%.
2. Vokal, meliputi sesuatu yang berhubungan dengan cara
pengungkapan vokal, yaitu artikulasi, irama, volume suara, dan
intonasi. Bobot 40 %.
3. Penampilan membawakan puisi, meliputi sesuatu yang
berhubungan dengan cara pembawaan, penyampaian atau
pengungkapan puisi, yaitu ekspresi, kreativitas, dan
improvisasi. Boboty 20 %.
PENGUMUMAN HASIL LOMBA

Pemenang akan mendapatkan trofi, piagam penghargaan,


dan uang pembinaan.
Terima Kasih, Tabe’

Anda mungkin juga menyukai