Anda di halaman 1dari 14

KIMIA INDUSTRI

KIMIA DI
BIDANG
FOTOGRAFI

Kelompok 2
Fikih Bagus Setiawan
Meliyati Darasita
Ryan Rahmat Fathoni
FOTOGRAFI

Fotografi terdiri dari dua kata Yunani, yaitu φῶς (phōs) yang berarti cahaya dan
γραφή (graphé) yang berarti garis atau gambar.

Hakikatnya fotografi merupakan sebuah proses merekam cahaya atau


gelombang elektromagnetik tertentu pada sebuah medium tertentu (dapat
berupa media kimia maupun elektronik) menjadi sebuah citra gambar yang
bersifat tetap (durable)
Mekanisme Kerja Kamera

merupakan mekanisme kerja mekanik yang dirancang sedemikian rupa untuk dapat mengatur
waktu exposure dan membuka besar celah diagfragma sehingga memungkinkan pengaturan
masuknya sejumlah cahaya tertentu sesuai kebutuhan pembentukan citra gambar pada media
rekan (baik film maupun media digital) yang berada di dalam ruang gelap di bagian dalam
kamera.

Peran utama ilmu fisika dalam membuat sistem kerja pengaturan cahaya masuk ke dalam
kamera adalah pada proses pengukuran cahaya dengan menggunakan alat pengukur cahaya
yang secara umum dikenal dengan nama light meter.
Film Fotografi

Film Fotografi (Photographic film), adalah salah satu hal fundamental yang diletakan Ilmu
kimia dalam fotografi.
Film dalam fotografi adalah lembaran plastik (polyester, PET, nitroselulosa atau selulosa
asetat) yang dilapisi dengan emulsi (garam perak halida peka cahaya yang terikat oleh gelatin)
dengan variabel ukuran kristal yang menentukan tingkat sensitivitas reaksi terhadap cahaya,
kontras dan resolusi film. Ketika emulsi terkena cahaya (atau bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik seperti sinar-X) yang mencukupi, ia akan membentuk sebuah gambar laten
(tidak terlihat) .

Proses kimia lanjutan akan reaksi ini memungkinkan terbentuknya citra gambar yang nampak
baik secara negatif maupun positif melalui sebuah proses yang disebut pengembangan film.
Film Fotografi

• Pada film fotografi hitam-putih biasanya ada satu lapisan garam perak. Ketika
butiran garam perak dikembangkan, ia diubah menjadi perak metalik yang
menghambat cahaya dan muncul sebagai bagian hitam dari film negatif.

Film berwarna menggunakan setidaknya tiga lapisan. Pewarna yang menyerap ke


permukaan garam perak membuat kristal sensitif terhadap warna yang berbeda.

• Biasanya lapisan biru-sensitif berada di bagian paling atas, diikuti oleh lapisan
hijau dan merah. Saat mengalami proses pengembangan, garam-garam perak
dikonversi menjadi perak metalik (seperti halnya dalam film hitam-putih),
namun dalam film berwarna reaksi bahan-bahan dalam proses pengembangan
secara simultan menggabungkan bahan kimia yang dikenal dengan color
couplers yang terdapat baik dalam film maupun dalam larutan pengembang
membentuk citra gambar menjadi berwarna.
Jenis Film Fotografi

Film Cetak (Print Film).


1 film fotografi yang membutuhkan proses pencetakan untuk membentuk gambar sesuai dengan hasil
pengambilan gambar yang dilakukan. Film cetak terdiri atas film cetak hitam putih dan berwarna. Proses
pencetakan dapat dilakukan melalui proses pembesaran melalui proyeksi lensa maupun kontak langsung
terhadap kertas foto yang lebih dikenal dengan istilah contact print.

Color Reversal Film


2 merupakan film warna bercitra positif setelah mengalami proses pengembangan. Jenis film ini secara
umum dikenal sebagai film slide dikarenakan kebiasaan penyajiannya dalam bentuk bingkai-bingkai
yang tersimpan dalam slide catridge yang diproyeksikan dengan proyektor slide.

Black and White Reversal Film


3 merupakan film transparan bercitra positif. Film jenis ini ada, hanya saja tidak tersedia secara umum
(langka). Film jenis ini juga disebut sebagai black and white chrome.
Proses merekam cahaya secara kimiawi

dilakukan pada media plat, plastik, kertas ataupun kain. Sebelum digunakan untuk merekam cahaya, media
perekam di berikan bahan-bahan yang sensitif terhadap cahaya yang disebut sebagai emulsi fotografi
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi cahaya terhadapnya yang selanjutnya diproses untuk membentuk
citra gambar. Emulsi fotografi adalah koloid yang sensitif terhadap cahaya yang terikat pada gelatin dan di
tuangkan pada subtrat. Emulsi fotografi terdiri dari kristal perak halida (silver halida) terikat di gelatin dan
dituangkan pada substrat berupa kaca, kertas film, plastik atau kain.

Pemaparan (exposure) radiasi gelombang elektromagnetis (cahaya) pada emulsi fotografi merupakan
proses utama dalam pembentukan gambar fotografi secara kimiawi. Cahaya diarahkan sedemikian rupa
pada sebuah celah kecil menuju medium berisi emulsi dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan
kepekaan emulsi terhadap cahaya.
Hukum Reciprocity (Law of Reciprocity photography)

menjelaskan bagaimana intensitas cahaya dan durasi diatur sedemikian rupa untuk
menentukan pajaran (exposure). hukum reciprocity dapat didefinisikan sebagai hubungan
antara kecepatan rana (shutter speed) dan celah diagfragma (aperture) untuk menghasilkan
total paJaran yang dibutuhkan. Perubahan pada setiap elemen diantara keduanya diukur
menggunakan skala ukuran yang disebut sebagai “stops” dimana satu satuan stop setara
diantara kedua komponen tersebut..
Teknik Fotografi Konvensional (Hitam Putih) dan Fotografi Digital

ketika cahaya menyentuh permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Melalui tiga prinsip, yaitu cahaya, optic
dan kimia (light, optics and chemistry), maka proses fotografi dapat bekerja secara maksimal.

 Light, tanpa cahaya tidak mungkin suatu objek dapat dilihat oleh mata.

 Optics adalah sarana untuk proses menangkap objek yang terlihat oleh mata.

 chemistry dalam dunia fotografi diartikan sebagai proses kimiawi guna memunculkan gambar atau proses
cetak/cuci-cetak film/print processing.

Pada fotografi digital maupun konvensional memiliki prinsip yang sama, Untuk fotografi konvensional, gambar
ditangkap oleh film dan terjadi reaksi fotokimia. Setelah proses pencucian dan pencetakan baru dapat dilihat
hasilnya. Sedangkan pada fotografi digital, hasil pemotretan dapat langsung dilihat di layar meski tanpa melalui
proses cuci cetak terlebih dahulu.
Tahapan Pembentukan Gambar/Foto

Pada proses cuci dan cetak film hitam putih, ada reaksi kimia, yakni reaksi oksidasi dan
reduksi. Film hitam putih maupun kertas foto mengandung partikel-partikel perak bromida,
AgBr yang tersebar pada lapisan tipis film/kertas foto. Pada teknik fotografi konvensional atau
hitam putih, digunakan sebuah film yang digunakan untuk menghasilkan foto. Film foto
merupakan emulsi perak bromide (AgBr) dalam gelatin dengan tahapan-tahapan pembentukan
gambar/foto.
tahapan-tahapan pembentukan gambar/foto :
1. Proses pengambilan gambar

2. Film foto dikenakan cahaya. Dengan cara, film dipasang di bawah enlarger, lalu cahaya 100 watt
dinyalakan. Akan tampak bayangan film itu di atas kertas. Apabila film/kertas foto terkena cahaya,
maka akan terjadi reaksi : AgBr → AgBr*

Tanda (*) menyatakan AgBr tereksitasi oleh cahaya. jika bayangan itu sudah tepat, maka lampu yang
digunakan untuk mengeksitasi AgBr, kertas diganti dengan kertas cetak foto dan dinyalakan kembali
lampu selama sekian detik.

3. Film foto yang sudah terkena cahaya, kemudian diletakkan dalam larutan pengembang seperti metol
(C10H20o), amidol (C6H3(NH2)2OH) atau hidrokuinon {C6H4(OH)2}) kemudian celupkan ke dalam
larutan stop batch untuk menghentikan reaksi hingga menghasilkan butir perak bromida yang teraktifkan
membentuk logam perak bromida hitam.

Apabila film yang telah digunakan dan terkena cahaya tersebut dicuci dalam larutan pengembang
(developer), akan terjadi reaksi. Disamping hidrokuinon, dalam larutan pengembang perlu ditambahkan
metol (N-metil-p-aminofenol sulfat). Metol berfungsi sebagai zat superaditif, yang efeknya tidak dapat
digantikan dengan memberikan jumlah yang berlebih pada hidrokuinon yang sudah ada.
Karena larutan pengembang/developer ini bekerja efektif pada lingkungan basa, maka kita perlu
mencampurkan larutan potasium karbonat (K2CO3) atau sodium karbonat (N2CO3) sebagai
aktivator untuk memperoleh lingkungan basa larutan sodium sulfit, sebagai pengawet dan potasium
bromida sebagai restainer.

4. Butir-butir yang tidak teraktifkan pada bagian yang tidak terkena cahaya tidak terpengaruh. Hal
ini menghasilkan bayangan foto. Butir-butir perak bromide yang tidak teraktifkan dapat tereduksi
menjadi logam perak hitam bila terkena cahaya. bayangan film harus difiksasi.
Hal ini menyebabkan logam perak hitam yang dihasilkan dari pengembangan melekat pada film dan
perak bromide dihilangkan (dicuci).
Senyawa yang dapat mengikat bayangan foto adalah natrium thiosulfat, Na2(SO4)3. Thiosulfat
mudah diperoleh dengan mendidihkan larutan silfit dengan sulfur. Asam bebasnya tidak stabil pada
suhu biasa. Orang fotografi biasa menyebut hipo. Pada proses pengikatan terjadi reaksi sebagai
berikut : AgBr (s) larut dalam larutan fikser terbentuk ion perak kompleks.

Dengan mereaksikan perak bromide dengan tiosulfat, maka menghasilkan senyawa kompleks berupa
ion ditiosulfatoperak (II) dan ion bromide. Ion ditiosulfatoperak (II) dapat digunakan untuk proses
mencetak gambar yang diperoleh dengan metode fotografi.
5. Setelah film dicelupkan pada larutan pengembang, maka tahap berikutnya adalah tahap penghentian
reaksi sekaligus menetralkan sifat basa yang berasal dari larutan pengembang. Caranya dengan
mencelupkan kertas/film pada larutan asam asetat yang telah diberi larutan sodium sulfat untuk
mencegah adanya efek swelling. pH larutan dijaga pada kondisi 4 – 5,5.

6. Selanjutnya kertas foto itu dicelupkan pada larutan fixer, lalu kertas foto dibilas dengan air mengalir.
Jadilah sebuah foto, yang kualitasnya bergantung pada lama pencahayaan, jauh dekatnya film dengan
kertas foto, waktu pencelupan, kualitas kertas foto, setelah memakai cairan, pembilasan, dan sebagainya,
termasuk keterampilan operatornya. Proses fiksasi ini menggunakan cairan yang disebut fixer (sodium
tiosulfat), bertujuan melarutkan perak bromide yang tidak tereduksi menjadi perak.

Tahap akhir setelah fixing adalah pembilasan dengan guyuran air mengalir supaya terbentuk bayangan
yang permanen. Proses pembilasan ini bertujuan membuang kompleks perak tiosulfat dan ion tiosulfat.
Jika ion tiosulfat masih tertinggal pada film/kertas foto, maka zat ini akan bereaksi dengan perak yang
sudah terbentuk foto/gambar, sehingga bayangan foto akan menjadi kecoklatan/kekuningan karena akan
terbentuk noda-noda perak sulfida. Jadi pembilasan dengan air yang mengalir itu sangat perlu supaya
kualitas foto/gambar menjadi bagus

Anda mungkin juga menyukai