Anda di halaman 1dari 14

Hubungan pendidikan dengan

masyarakat dan kebudayaan (pranata


sosial, wujud pendidikan dan hubungan)
Mata kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen pengampu : Taswirul Afkar S.S M.Pd
Nama kelompok

• 1. Amalia Rohmatin Nazili ( 52106130002)


• 2. Mulia Putri Khasanah (52106130008)
Pembahasan
• 1. Pengertian dasar tentang pranata sosial
• 2. Pendidikan sebagai pranata sosial
• 3. Kesalingterkaitan antara pendidikan dengan pranata sosial
• 4. Hubungan antara pendidikan dengan komunitas sekitar
• 5. Isu beserta permasalahan sekitar pendidikan sebagai pranata sosial
Pranata Sosial Pranata sosial biasa disebut juga pranata kehidupan atau pranata
budaya, yang dalam bahasa Inggris disebut institution, la merupakan wilayah kajian
Sosiologi dan Antropologi yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan, Kammeyer,
Ritzer dan Yetman (1992: 124)

Pranata sosial menurut definisi sosiologi adalah "sejumlah peran dan norma sosial
yang saling berhubungan, diorganisasikan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau
suatu fungsi sosial yang penting". Koentjaraningrat (1965: 114-115), ahli antropologi
Indonesia yang ternama, mengemukakan sebuah definisi yang lebih operasional lagi
sebagai berikut: "Pranata sosial adalah suatu sistem peran dan norma yang saling
terkait, beserta orang dan peralatan yang diperlukan, diorganisir sekitar pemenuhan
kebutuhan atau fungsi sosial yang penting".
Wujud Pendidikan sebagai Pranata Sosial
• Pada masyarakat tradisional, pendidikan merupakan fungsi sosial yang
sepenuhnya dilakukan oleh keluarga. Pada masyarakat modern, sebagian khusus
yang didirikan oleh masyarakat, seperti sekolah, madrasah, kursus, lembaga-
lembaga pelatihan, atau kelompok-kelompok belajar bersama. Proses
pembentukan lembaga-lembaga itu dinamakan diferensiasi struktural (structural
differentiation). Diferensiasi struktural terjadi karena orang tua kekurangan
waktu untuk mendidik anak-anaknya, tidak menguasai materi pendidikan yang
diperlukan, atau karena jumlah anak-anak yang memerlukan pendidikan atau
pembelajaran khusus cukup banyak untuk membentuk satu kelompok belajar.
Kompenen Pranata Pendidikan
• (1) tata kelakuan
• (2) kebutuhan atau fungsi sosial penting
• (3) orang-orang yang melaksanakan
• (4) perilaku berpola
• (5) peralatan dan perlengkapan yang diperlukan. Berikut adalah gambaran
singkat tentang komponen-komponen pranata pendidikan.
Hubungan Pendidikan dengan Pranata Sosial
Lain
• Di atas telah dibicarakan bahwa pranata pendidikan, seperti halnya
pranata sosial lain, memiliki lima komponen atau persyaratan yang secara
serempak, bersama-sama dan saling mengusung, mewujudkan upaya
pemenuhan fungsi dan kebutuhan sosial yang maha penting, yaitu
memanusiakan manusia, mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada bagian ini
kita akan melihat hubungan antara pranata pendidikan dengan pranata
kehidupan lain. Ini berarti bahwa kita akan mengkaji bagaimana pranata-
pranata itu bekerja sama dan saling memengaruhi.
Pertama, menurut teori pranata, kehidupan terdiri atas sejumlah besar pranata yang disusun ke
dalam sejumlah kategori, secara berkelompok dan berjenjang (horizontal dan vertikal).
Dikemukakan, bahwa setiap pranata memiliki lima komponen terpadu (tata-kelakuan, kebutuhan
atau fungsi sosial yang penting, kelakuan berpola, orang-orang yang melaksanakan, perlengkapan
dan peralatan yang diperlukan). Oleh karena orang-orang yang menjadi pelaksana dalam setiap
pranata memerlukan pendidikan (dalam arti luas: formal, nonformal, atau informal) maka dalam
setiap aspek kehidupan (sosial, ekonomi, politik, agama, dan lain-lain) diperlukan pendidikan.

Kedua, menurut teori sistem, dalam teori struktural fungsional Talcott Parsons (lihat Bab II), kehidupan
merupakan sebuah sistem besar yang terdiri atas sejumlah subsistem, yang kemudian masing-masing terdiri atas
subsistem-subsistem yang lebih kecil, sampai yang paling kecil. Pada gilirannya, subsistem-subsistem itu bisa
dipandang sebagai sistem. Setiap sistem dan/atau subsistem (mulai yang paling besar sampai yang paling kecil)
masing-masing memiliki empat fungsi yaitu: adaptasi, mencapai tujuan, integrasi, dan mempertahankan pola,
yang disingkat menjadi "AGIL". Dengan demikian, dalam setiap subsistem, betapa pun kecilnya, terdapat AGIL.
Artinya, keempat fungsi itu terdapat di dalamnya. Dalam sistem ekonomi ada AGIL, dalam sistem hukum ada
AGIL, dalam sistem religi ada AGIL, dalam sistem pendidikan ada AGIL, dan seterusnya.
Hubungan Unit Pendidikan dengan Komunitas
Sekitar
• "Unit pendidikan' disebut juga 'satuan pendidikan' atau • Jadi yang dimaksud dengan hubungan antara satuan
'program pendidikan. Dalam UU no 20 tahun 2003 pasal 1 pendidikan dengan komunitas sekitar dalam judul di atas
dikemukakan bahwa yang dimaksuddengan 'satuan adalah kerja sama antara sekolah dan para pemangku
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang kepentingan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, keberhasilan pendidikan. Kerja sama itu diatur dalam
dan informal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan'. Dari undang. undang. Dalam Undang-undang No 20/2003 tentang
definisi itu jelas bahwa konsep 'satuan pendidikan berlaku Sisdiknas dikemukakan bahwa masyarakat berhak untuk
dalam semua jalur pendidikan (formal, nonformal, informal), berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
mengenai setiap jenjang pendidikan (dasar, menengah dan dan evaluasi program pendidikan (pasal 8), dan masyarakat
tinggi), serta jenis pendidikan. Yang dimaksud dengan jenis berkewajiban untuk memberikan dukungan sumber daya
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada dalam penyelenggaraan pendidikan (pasal 9). Jadi,
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan, pembicaraan tentang hubungan antara satuan pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, dengan komunitas sekitar adalah pembicaraan mengenai
vokasi, keagamaan, dan khusus (UU SPN pasal 15). peran serta atau partisipasi warga masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di lokasi yang bersangkutan.
Ada tiga kategori model partisipasi masyarakat
(komunitas) dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pertama, partisipasi minimal. Warga komunitas memandang dirinya tidak
punya urusan dengan sekolah yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Kedua, partisipasi terbatas. Partisipasi model ini tergantung pada inisiatif
dan ajakan pihak sekolah kepada masyarakat.
Ketiga, partisipasi terorganisasi secara formal. Dahulu di setiap sekolah
diinstruksikan oleh Mendiknas untuk didirikan sebuah organisasi guru dan
orang tua murid
Isu dan Permasalahan Sekitar Kepranataan
Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, isu diartikan sebagai
masalah yang memerlukan tanggapan atau desas-desus yang tidak jelas
sumbernya. Tanggapan atau jawaban terhadap isu dan permasalahan itu masih
bersifat hipotesis, masih memerlukan pembuktian melalui penelitian di
lapangan. Sementara itu, kepranataan (pendidikan) akan dilihat dari segi
kelima komponennya: tata kelakuan, tujuan, orang-orang yang terlibat di
dalamnya, perilaku berpola, dan peralatan atau perlengkapan yang digunakan.
Jadi, di sini akan dibicarakan tentang isu dan permasalahan pendidikan dalam
kelima komponen kepranataan itu.
(1) Tatakelakuan. Tata kelakuan adalah landasan normatif dan aturan-aturan mengenai
penyelenggaraan pendidikan yang bersumber pada aturan-aturan tertulis dan yang tidak tertulis.
Peraturan tertulis berupa undang-undang keputusan, petunjuk pelaksanaan, dan sejenisnya yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang.
(2) Kegunaan atau fungsi pranata pendidikan dalam memenuhi kebutuhan yang paling penting.
Pada bagian yang lalu dikemukakan bahwa sesuai dengan pasal 3 UU Sisdiknas nomor 20/2003,
peran pendidikan adalah 'memanusiakan manusia', mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai
dengan kemampuan yang ada.

(3) Faktor manusia. Telah dikemukakan bahwa faktor manusia dalam pranata pendidikan meliputi lima
kategori status berikut: pejabat pemerintahan dan pimpinan organisasi yang berperan selaku penanggung
jawab tentang penyelenggaraan pendidikan, pejabat-pejabat struktural yangmengatur pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan dalam berbagai jenjang kelembagaan, para guru dan pendidik lain yang
melaksanakan pendidikan, tenaga penunjang pelaksanaan pendidikan, dan peserta didik yang menjadi subjek
pendidikan. Sebagai komponen pranata pendidikan, mereka dituntut untuk melakukan peran-peran sesuai
dengan status masing-masing dalam rangka menyelenggarakan pendidikan yang tertib dan teratur untuk
mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Faktor manusia merupakan penentu dalam pencapaian tujuan
pendidikan, oleh karenanya perlu mendapat perhatian utama.
(4) Perilaku berpola. Perilaku berpola adalah perilaku yang teratur dalam susunan dan urutan
serta dilakukan berulang secara periodik dalam pelaksanaannya. Perilaku tersebut berbeda-beda
di antara orang-orang yang punya status dan tugas berlainan. Perilaku berpola kepala sekolah
berlainan dengan tugas dan perilaku para guru, karyawan administrasi,dan peserta didik.
Semuanya terkait dengan status masing-masing meskipun sama-sama tertuju ke arah
kelangsungan proses pendidikan demi tercapainya tujuan yang dirumuskan sebelumnya.

(5) Sarana prasarana yang diperlukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, dikemukakan bahwa
yang dinamakan prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya suatu proses atau suatu proyek.
Dalam pendidikan, termasuk hal-hal seperti bangunan, lapangan olahraga, laboratorium, penerbit buku, dan lain-lain.
Sementara itu sarana adalah segala sesuatu yang bisa dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan. Ke
dalam hal ini antara lain termasuk media pendidikan yang banyak ragamnya, dan kurikulum. Batas antara keduanya
kadang-kadang sukar ditetapkan. Oleh karenanya, kedua kata itu biasa disatukan. Yang penting bagi kita adalah
bahwa kedua hal itu merupakan peralatan atau perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan.
Tanpa kehadirannya, pelaksanaan pendidikan berjalan dalam keadaan darurat. Kelengkapan peralatan merupakan
faktor penting untuk terlaksananya pendidikan yang baik dan untuk tercapainya hasil pendidikan yang berkualitas.
Kesimpulan

Pranata sosial atau pranata kehidupan adalah satu kesatuan terdiri atas kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi dengan norma dan nilai
yang berpusat di sekitar pemenuhan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar. Pranata sosial itu banyak sekali dan bertambah terus. Untuk
menyederhanakan dan memudahkan, pranata-pranata itu disusun atas kategori-kategori: cultural universal, cultural activities, trait complex,
trait dan item. Setiap kategori bisa dipandang sebagai pranata tersendiri. Pranata pendidikan, seperti pranata sosial lain, terdiri atas komponen-
komponen: tata kelakuan, kegunaan atau tujuan dalam memenuhi kebutuhan atau fungsi sosial yang penting, orang-orang yang menjadi
pelaku, perilaku berpola, dan sarana-prasarana yang diperlukan.
Pendidikan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia sendiri Pendidikan mula-mula sepenuhnya merupakan fungsi dan tanggung jawab
keluarga. Pada masyarakat modern terjadi diferensiasi struktural yang melahirkan lembaga yang khusus melaksanakan fungsi pendidikan.
Timbul embrio profesi pendidikan dan keguruan. Meskipun demikian, pendidikan tetap berada di bawah tanggung jawab keluarga. Lembaga
lembaga lain tersebut hanya membantu dan menjadi mitra keluarga dalam pendidikan. Pranata-pranata kehidupan itu tidak berdiri sendiri-
sendiri, melainkan saling memerlukan. Pendidikan diperlukan oleh semua pranata kehidupan lain, dan sebaliknya pendidikan memerlukan
dukungan pranata kehidupan lain. Sekolah punya potensi yang luas untuk membantu membentuk masyarakat belajar (learning society).
Unit pendidikan berada dalam lingkungan masyarakat (komunitas). Di antara keduanya terdapat hubungan yang saling menguntungkan,
namun dalam masyarakat kita hubungan itu masih longgar dan terbatas sekali. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan masih terbatas, dan
partisipasi sekolah dalam kehidupan masyarakat juga masih perlu dikembangkan. Dewan pendidikan dan komite sekolah diharapkan bisa
menjadi katalisator dalam menyelenggarakan fungsi bertimbal balik ini. Hampir dalam setiap aspeknya pranata pendidikan kita masih
bermasalah, terutama dalam ketersediaan sarana-prasarana, ketenagaan, dan perilaku berpola. Perbaikan dalam aspek-aspek ini akan
mendongkrak mutu pendidikan kita ke arah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai