Anda di halaman 1dari 26

KAPITA SELEKTA

TANAMAN OBAT:
FAMILI
APOCYNACEAE
Kelomp ok 4: Amelia Fachrani Flavilius Aldo
Arief Kurniawan Zahwa Fadhila
David Evan
LATAR BELAKANG

Tanaman obat merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai bahan baku obat yang dapat
menghilangkan rasa sakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membunuh bibit penyakit dan memperbaiki
organ rusak. Tanaman obat juga dapat menghambat pertumbuhan sel-sel tidak normal seperti kanker
dan tumor. Karena inilah masyarakat tetap mempertahankan pemanfaatan tanaman obat sebagai
alternatif pengobatan secara tradidional. Selain itu penggunaan obat tradisional memiliki efek yang
ditimbulkan lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan obat kimia buatan (modern). Salah satu
tanaman yang dipercaya dapat dijadikan bahan baku obat adalah dari Famili Apocynaceae.
TINJAUAN PUSTAKA
Apocynaceae pada umumnya dikenal
sebagai tanaman hias, akan tetapi karena
Apocynaceae kandungan alkaloidnya famili ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional
hingga kemudian diteliti dan dikembangkan
Apocynaceae merupakan tumbuhan berupa
sebagai bahan obat tradisional. Terdapat
pohon atau semak, tegak atau memanjat. Jarang
beberapa contoh jenis tanaman dari Famili
sekali berupa herba dan mempunyai kelenjar
Apocynaceae yaitu tanaman bintaro, tanaman
getah. Famili ini memiliki ciri morfologi, yaitu
pulai, tanaman tapak dara, tanaman kamboja, dan
daun tersusun berhadapan atau berkarang. Bunga
tanaman alamanda. Beberapa potensi pengobatan
biseksual, bersimetri banyak, merupakan bunga
yang dikertahui sebagai obat malaria, obat luka,
bersimetri tunggal atau simes korimbosa, buah
pereda nyeri, pencahar, penawar racun dan
bervariasi, bumbung, buah batu atau kotak,
perlancar sirkulasi darah.
umumnya berpasangan.
Metabolit Sekunder Flavonoid

Metabolit sekunder merupakan senyawa


Flavonoid merupakan salah satu kelompok
yang tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan,
senyawa metabolit sekunder yang paling banyak
perkembangan, atau reproduksi makhluk hidup.
ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid
Senyawa metabolit sekunder merupakan
termasuk dalam golongan senyawa phenolik
senyawa kimia yang umumnya mempunyai
dengan struktur kimia C6-C3-C6. Flavonoid
kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai
berperan sebagai antioksidan dengan cara
pelindung tumbuhan dari gangguan hama
mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
kemampuan mengkelat logam, berada dalam
lingkungannya. Senyawa kimia sebagai hasil
bentuk glukosida (mengandung rantai samping
metabolit sekunder telah banyak digunakan
glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut
untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-
aglikon.
obatan dan sebagainya
Alkaloid Saponin

Alkaloid merupakan metabolit sekunder Saponin merupakan salah satu senyawa


yang secara umum mengandung paling sedikit metabolit sekunder dalam tumbuhan yang ditandai
satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan busa stabil ketika dilarutkan dan digojog dalam air.
Saponin memiliki dua gugus yaitu gugus hidrofilik
merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
(larut dalam air) dan gugus lipofilik (larut dalam
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal
lemak/minyak). Saponin termasuk senyawa
dengan titik lebur tertentu atau mempunyai
fitokimia yang dapat menghambat peningkatan
kisaran dekomposisi. Alkaloid digunakan secara
kadar glukosa darah dengan cara menghambat
luas dalam bidang pengobatan.
penyerapan glukosa di usus halus dan menghambat
pengosongan lambung.
Steroid Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa metabolit


Steroid merupakan metabolit sekunder dari
sekunder turunan terpenoid yang kerangka
terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin
karbonnya berasal dari enam satuan isoprena (2-
kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur
metilbuta-1,3-diene). Senyawa ini berbentuk siklik
senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan
atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol,
tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi
aldehida, atau asam karboksilat. Senyawa golongan
teroksidasi yang terikat pada cincin dan
triterpenoid menunjukkan aktivitas farmakologi
terjadinya oksidasi cincin karbonnya. Peran yang signifikan, seperti antiviral, antibakteri,
steroid secara farmakologi adalah dapat antiinflamasi, sebagai inhibisi terhadap sintesis
mengobati penyakit reumatik, anemia, diabetes, kolesterol dan sebagai antikanker.
syphilis, impotensi, dan antifungi.
Fenolik

Senyawa fenolik merupakan senyawa


metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan
sebagai respons terhadap stres lingkungan.
Senyawa fenolik berfungsi sebagai pelindung
terhadap sinar UV-B dan kematian sel untuk
melindungi DNA dari dimerisasi dan kerusakan.
Fenolik berperan sebagai agen pencegah dan
pengobatan beberapa gangguan penyakit seperti
arteriosklerosis, disfungsi otak, diabetes, kanker,
anti inflamasi, antioksidan, dan antibakteri.
REVIEW
JURNAL
Jurnal 1: Tanaman Pulai
Metode penelitian meliputi proses:
Efek Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Pulai (Alstonia Metode 1) Pembuatan ekstrak metanol daun tumbuhan pulai
Judul sp.) yang Dimanfaatkan Masyarakat Pulau Moa Kabupaten Maluku Penelitian 2) Persiapan bakteri uji
Barat Daya terhadap Bakteri E. coli, Salmonella sp, dan S. Aureus. 3) Uji daya hambat

Nama Penulis Sulfiana, Eka Astuty, Maria Nindatu, Yuniasih MJ Taihuttu


Berdasarkan hasil penelitian luas zona hambat (zona
Sumber Jurnal Celebes Biodiversitas, Vol. 3, No. 2, Hal 40-44.
bening) terhadap bakteri patogen uji dengan menggunakan
Tahun 2020
ekstrak metanol daun tumbuhan pulai (Alstonia sp) konsentrasi
Pengulas Amelia Fachrani
125 mg/mL, paling efektif menghambat bakteri gram positif
dalam hal ini S. aureus.
Pulai (Alstonia scholaris) termasuk dalam famili
Dalam penelitian ini, luas rata-rata zona hambatnya
Apocynaceae, tersebar luas di daerah tropis Afrika dan Asia (Qin et al.,
rata-rata <5 mm yang mengindikasikan bahwa ekstrak metanol
2015) Bagian-bagian dari tanaman ini menunjukkan aktivitas
daun tumbuhan pulai memiliki daya hambat yang lemah
antikanker dan antibakteri. Alstonia scholaris secara tradisional
terhadap ketiga bakteri yang diujikan. Zhang et al. (2018) dalam
digunakan untuk mengobati penyakit infeksi. Beberapa peneliti telah
penelitiannya menjelaskan bahwa ada banyak metode untuk
mengevaluasi potensi antimikroba dari bagian Alstonia scholaris yang
mengekstraksi produk alami, tetapi metode ekstraksi yang
berbeda seperti daun, kulit batang, akar, dan bunga untuk Hasil dan
Latar Belakang berbeda akan berdampak tertentu pada hasil eksperimen.
mengevaluasi klaim tradisionalnya sebagai zat antimikroba yang Pembahasan
Hal diatas sesuai dengan Antony et al. (2014) yang
potensial. Ditemukan bahwa ekstrak metanol dari beberapa bagian
menyatakan dalam semua penelitiannya tentang aktivitas anti
Alstonia scholaris paling aktif terhadap jamur, bakteri Gram positif dan
bakteri ekstrak Alstonia scholaris, aktivitas maksimum diperoleh
Gram-negatif
pada fraksi butanol dan fraksi etil asetat dari daun atau batang
Masyarakat Pulau Moa mempercayai bahwa tanaman Pulai
kulit. Khan et al (2003) telah melaporkan temuan serupa bahwa
dapat berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh diantaranya
fraksi Butanol menunjukkan aktivitas antimikroba dibandingkan
menyembuhkan demam, ginjal, memperlancar ASI dan lainnya.
dengan sistem pelarut lainnya.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa kualitas ekstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak yang tidak terlalu baik menyebabkan ketidakstabilan bahan aktif,
metanol daun tumbuhan pulai (Alstonia sp) yang dimanfaatkan sehingga efek antibakterinya rendah, tetapi masih memerlukan
Tujuan
masyarakat Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya terhadap bukti oleh penelitian eksperimental lebih lanjut.
bakteri E. coli, Salmonella sp, dan S. aureus.
Jurnal 1: Tanaman Pulai

Dalam penelitian ini, luas zona hambat (zona bening) terhadap


bakteri patogen uji dengan menggunakan ekstrak metanol daun
tumbuhan pulai (Alstonia sp) konsentrasi 125 mg/mL, paling efektif
menghambat bakteri gram positif dalam hal ini S. aureus. Dalam
Kesimpulan
penelitian ini, luas rata-rata zona hambatnya rata-rata <5 mm yang
mengindikasikan bahwa ekstrak metanol daun tumbuhan pulai
memiliki daya hambat yang lemah terhadap ketiga bakteri yang
diujikan.
Hasil penelitian dituliskan dengan sangat baik sehingga mudah
Kelebihan
dipahami.

Kekurangan -
Jurnal 2: Tanaman Pulai
Aktivitas Ekstrak Kulit Batang Tanaman Pulai (Alstonia scholaris) terhadap Peningkatan
Judul
FSH Dan LH Pada Wanita Amenorea Sekunder
Nama Penulis Faryda Veronica Koly, Alosius Masan Kopon
Sumber Seminar Nasional Laboratorium Riset Terpadu UNDANA Ke-2 (pp. 1-5).
Tahun 2017
Pengulas Amelia Fachrani

Metode penetitian meliputi:


1) Persiapan larutan sampel
2) Uji alkaloid
Metode Penelitian 3) Uji flavonoid
4) Uji saponin
5) Uji steroid/triterpenoid
6) Uji aktivitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rebusan kulit batang Pulai (Alstenia scholaris) dapat meningkatkan
kadar FSH dan LH pada pasien amenorea sekunder. Dari hasil fitokimia diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalam ekstrak rebusan kulit batang Pulai di antaranya alkaloid, flavonoid dan saponin. Diperkirakan,
Kesimpulan
saponin merupakan senyawa metabolit sekunder vang herperan aktif dalam peningkatan FSH dan LH pada pasien
amenorea sekunder karena kemiripan sturktur dengan hormon esterogen yang menjadi pemicu disekresinya FSH ke
dalam ovarium.

Kelebihan Pembahasan artikel secara singkat dan padat sehingga mudah dipahami.

Kekurangan -
Jurnal 3: Tanaman Tapak Dara
Identifikasi Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi daun Tapak Dara
Judul
Bunga Tapak Dara (Catharanthus roseus) (Catharantus roseus), etanol 70%, Na CMC, Parasetamol, mencit, vaksin DPT-
Nama Penulis Agung Giri Samudra HB. Dengan prosedur kerja penelitian:
• Pembuatan ekstrak daun tapak dara,
Sumber Jurnal Borneo Journal of Pharmascientech, Vol. 1, No. 1, Hal 28-35. Metode • Uji kandungan flavonoid,
Penelitian • Uji aktivitas (dilakukan dengan beberapa perlakuan, yaitu kelompok kontrol
Tahun 2017 negatif Na CMC 1%, kelompok kontrol positif Parasetamol (65mg/Kg BB),
Pengulas Arief Kurniawan ekstrak etanol daun tapak dara dosis 1 (41,6 mg/Kg BB), dosis 2 (67,5
mg/Kg BB), dan dosis 3 (93,5 mg/Kg BB)), dan
• Analisis data.
Indonesia sebagai negara yang berada didaerah tropis
mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat besar, kaya akan bahan
baku obat, sehingga fitofarmaka merupakan suatu pilihan pengobatan Berdasarkan hasil penelitian, didapati bahwa penapisan fitokimia
yang menarik dan dapat terus dikembangkan. Salah satu zat yang menunjukkan bahwa ekstrak daun tapak dara positif mengandung flavonoid.
Pada hasil penelitian, didapati terjadi penurunan suhu rata-rata
digunakan adalah flavonoid. Flavonoid memiliki berbagai
mencit bervariasi meskipun terdapat dalam satu kelompok yang sama. Hasil
macambioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek
pengukuran suhu rektal t mencit setiap 30 menit selama 180 menit
antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Flavonoid bekerjasebagai inhibitor menunjukkan kurva yang semakin menurun untuk kelompok perlakuan uji dan
cyclooxygenase (COX). kontrol positif dibandingkan kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan
Latar Belakang
Cyclooxygenase (COX) berfungsi memicu pembentukan bahwa dengan pemberian ekstrak dapat menurunkan suhu tubuh mencit.
prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan Berdasarkan hasil uji Duncan, didapati bahwa kelompok kontrol
peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin tidak dihambat maka positif tidak berbeda signifikan (p˃0,05) dengan kelompok perlakuan dosis 3,
Hasil dan
dan 2 sedangkan berbeda signifikan (p˂0,05) dengan kelompok dosis 1 dan
terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam. Pembahasan
kontrol negatif. Namun kelompok dosis 1 berbeda signifikan dengan kontol
Secara tradisional masyarakat menggunakan tanaman tapak dara negatif (p<0,05). Hal ini disebabkan karena adanya senyawa kimia flavonoid
untuk mengobati berbagai penyakit. Daun tapak dara sudah dikenal dalam yang terkandung dalam ekstrak daun Tapak Dara. Flavonoid dapat
pengobatan memiliki banyak manfaat, secara empiris digunakan sebagai menurunkan demam karena flavonoid dapat menghambat enzim
obat demam. siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin sehingga
demam terhambat menyebabkan penurunan suhu demam.
Selain itu, adanya senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari ekstrak etanol daun tapak dara yaitu flavonoid yang menghambat enzim siklooksigenase yang
Tujuan daun tapak dara (Catharantus roseus) dalam menurunkan suhu pada pada juga berperan sebagai antipiretik sehingga dosis 3 dan dosis 2 ini bekerja
secara sinergis dalam menimbulkan efek antipiretik.
mencit jantan yang diinduksi vaksin DTP HB.
Jurnal 3: Tanaman Tapak Dara

Berdasarkan hasil diatas, disimpulkan bahwa:


 Semua dosis ekstrak daun Tapak Dara berkhasiat sebagai antipiretik
yang secara statistik berbeda signifikan P>0,05 dengan kontrol negatif.
 Dosis yang efektif dilihat dari hasil Duncan sebagai antipiretik berturut-
Kesimpulan turut dari efektivitas tertinggi ke rendah yaitu kontrol positif, ekstrak
etanol Tapak Dara dosis 3, dosis 2, dan dosis 1.
 Ekstrak daun Tapak Dara dosis 3 dan dosis 2 mempunyai kemampuan
yang sama dengan kontrol positif parasetamol tidak berbeda signifikan
(p˃0,05).

Hasil penelitian yang dibuat dan ditulis sangat baik sehingga memudahkan
Kelebihan
para pembaca untuk memahami isi jurnal tersebut.
Menurut saya, perlu penelitian lebih lanjut terkait kandungan metabolit
Kekurangan
sekunder lainnya dari tanaman Tapak Dara.
Jurnal 4: Tanaman Tapak Dara
Identifikasi Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bunga Tapak Dara
Judul
(Catharanthus roseus)
Nama Penulis Indri Verrananda M., Victoria Yulita F., Lizma Febrina, dan Laode Rijai
Sumber In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Vol. 4, pp. 162-167).
Tahun 2016
Pengulas Arief Kurniawan

Bahan pada penelitian ini adalah bunga Tapak Dara (Catharanthus roseus) yang diperoleh di kota Samarinda, DPPH,
pelarut metanol, n-heksan, etil asetat, dan n-butanol. Dengan prosedur kerja penelitian:
 Preparasi sampel,
 Ekstraksi (melakukan maserasi dengan pelarut methanol),
Metode Penelitian  Fraksinasi (melakukan fraksinasi cair-cair),
 Pengujian metabolit sekunder (terdiri dari uji alkaloid, uji fenolik, uji flavonoid, uji saponin, uji steroid/terpenoid, uji
tannin),
 Pembuatan larutan uji, larutan DPPH, dan blanko,
 Pengujian aktivitas antioksidan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstak bunga Tapak Dara berpotensi sebagai antioksidan dengan nilai IC50 yang
Kesimpulan diperoleh dari sampel ekstrak metanol 142,914 ppm, fraksi n-Heksan 503,037 ppm, fraksi etil asetat 50,069 ppm, fraksi n-
Butanol 170,122 ppm, dan adanya senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai antioksidan.

Kelebihan Jurnal penelitian ini dijelaskan secara lengkap dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.

Kekurangan –
Jurnal 5: Tanaman Alamanda
Metode Penelitian meliputi Proses :
Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol dan Fraksi-fraksi Daun a. Persiapan Alat dan Bahan
Judul
Alamanda (Allamanda catharica L.) b. Prosedur penelitian :
Nama Penulis Nur Jannah, Chairul Saleh, Djihan Ryn Pratiwi - Preparasi sampel
- Ekstraksi
Jurnal Kimia FMIPA UNMUL, In Prosiding Seminar Kimia (pp.
Sumber Metode - Fraksinasi
81-85).
Penelitian c. Uji fitokimia
Tahun 2020 - Uji alkaloid
Reviewer David Evan - Uji triterpenoid/steroid
- Uji flavonoid
Tanaman Alamanda (Allamanda Catharica L.) - Uji fenolik
merupakan tanaman hias yang hanya digunakan untuk - Uji saponin
menghiasi pagar dan tembok rumah. Tanaman Alamanda Hasil uji golongan senyawa yang diperoleh,
memiliki berbagai manfaat baik dari buah, bunga, batang daun diketahui ekstrak daun alamanda hasil ekstrasi dari ekstrak
dan daun. Daun Alamanda dapat dimanfaatkan sebagai total etanol positif mengandung alkaloid, triterpenoid,
tanaman obat tradisional untuk dapat menyembuhkan sakit flavonoid dan fenolik. Fraksi pelarut n-heksana positif
perut, sebagai obat pencahar, muntah, mengobati tumor hati mengandung senyawa alkaloid, triterpenoid dan flavonoid.
Latar Belakang Fraksi etil asetat positif mengandung flavonoid, steroid,
dan penyakit kuning.
flavonoid dan fenolik dan fraksi etanol sisa positif
Menurut Kusmiati 2012, daun Alamanda mengandung Hasil dan
mengandung alkaloid, triterpenoid, flavonoid dan fenolik.
senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, Pembahasan
Hasil skrining fitokimia yang berbeda-beda pada masing-
saponin, tanin galat, steroid dan triterpenoid. Masing-masing
masing ekstrak dikarenakan terdapat beberapa perbedaan
senyawa tersebut terbukti memiliki aktivitas farmakologi, yaitu
sifat yang dimiliki oleh masing-masing golongan metabolit
flavonoid sebagai antioksidan dan antitumor, tannin sebagai
sekunder. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan
anitimukroba serta triterpenoid sebagai antiinflamasi. bahwa pada penggunaan pelarut semi polar dan polar lebih
banyak teridentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder
Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat dibandingkan pada penggunaan pelarut n-heksan.
Tujuan
di dalam daun alamanda.
Jurnal 5: Tanaman Alamanda

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan


bahwa senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam daun
Alamanda (Allamanda Catharica L.) berdasarkan uji fitokimia pada
Kesimpulan pelatut etanol positif senyawa alkaloid, triterpenoid, flavonoid dan
fenolik. pelarut n-heksana positif mengandung senyawa alkaloid,
triterpenoid dan flavonoid dan pada pelarut etil asetat positif
mengandung alkaloid, steroid, flavonoid dan fenolik.
Kelebihan dari artikel ini adalah informasi hasil skrining kandungan
fitokimia yang disajikan lengkap sehingga pembaca dapat
Kelebihan
mengetahui kandungan fitokimia apa saja yang terkandung pada
tanaman Alamanda.
-
Kekurangan
Jurnal 6: Tanaman Alamanda
Uji Aktivitas Antimikroba dan Toksisitas dengan Metode BSLT serta Penapisan Fitokimia Ekstrak
Judul
Daun Alamanda (Allamanda catharica L.)

Nama Penulis Kusmiati, Erlindha Gangga, Evi Irmawati


Sumber Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS (Vol. 11, No. 1, pp. 131-137).
Tahun 2014
Reviewer David Evan

Metode Penelitian meliputi :


- Pembuatan Ekstrak Kental daun Alamanda
Metode Penelitian - Penapisan Fitokimia
- Uji aktivitas mikroba dengan metode difusi agar
- Uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Kesimpulan:
- Hasil penapisan fitokimia serbuk dan ekstrak daun alamanda (Allamanda cathartica L.) mengandung senyawa golongan
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin galat, steroid dan triterpenoid.
- Hasil pengujian aktivitas antimikroba menunjukkan fase petroleum eter daun alamanda (A.cathartica L.) memiliki zona
Kesimpulan hambat paling besar (10,45mm) terhadap Saccharomyces crevisiae, diikuti fase etil asetat, fase kloroform dan fase
methanol berturut-turut sebesar 7,33 mm, 8,59 mm dan 7,02 mm terhadap Candida albicans.
- Hasil uji aktivitas biologi daun alamanda (A.cathartica L.) terhadap larva udang Artemia salina Leach. dengan metode
BSLT menunjukkan nilai LC50 masing-masing: fase petroleum eter LC50 64,13 bpj (toksik), fase etil asetat LC50 26,55 bpj
(sangat toksik), fase kloroform LC50 23,39 bpj (sangat toksik) dan fase metanol LC50 38,19 bpj (toksik).

Jikla dibandingkan dengan artikel sebelumnya, artikel ini lebih dalam membahas mengenai senyawa-senyawa yang bersifat
Kelebihan
toksik yang terkandung pada daun Alamanda.

Kekurangan -
Jurnal 7: Tanaman Bintaro
Obat Kumur Herbal Yang Mengandung Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang Bintaro
Judul (Cerberra odollam Gaertn.) Sebagai Antibakteri Streptocoocus mutans Penyebab
Plak Gigi Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis pada sediaan obat kumur meliputi warna, aroma,
Nama Penulis Nani Suryani, Silvi Adini, Sofi Nurmay Stiani, Dimas Danang Indriatmoko
rasam dan pengujian hedonik (kesukaan).
Sumber Farmaka, Vol. 17, No. 2, Hal 67-80. - Warna : berdasarkan hasil pengujian di dapatkan warna obat kumur
Tahun 2019 ekstrak etil asetat kulit batang C. odollam Gaertn hasil formulasi
berwarna coklat.
Reviewer Zahwa Fadhila - Aroma : berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap aroma, sebanyak
36,67% panelis menyatakan suka terhadap aroma formulasi 2
Tanaman Bintaro (C. odollam G.) memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan (ekstrak 40%), sedangkan yang menyukai formula 1 (tanpa ekstrak)
sebagai antibakteri, antidiuretik, dan antinosiseptif. Esktrak metanol akar C. odollam G. hanya sebanyak 23,33%.
Memiliki aktivitas antinokokus dengan dosis 250-500 mg/kg. Selain itu manfaat - Rasa : berdasarkan uji kesukaan terhadap rasa, didapatkan hasil
antibakteri pada tanaman Bintaro adalah dapat mencegah pertumbuhan bakteri bahwa formulasi 2 (esktrak 40%) mendapatkan hasil peminat
Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan bakteri kariogenik yang dapat tertinggi yaitu 46,67% (suka) sedangkan pada formulasi 1 (tanpa
mendorong disolusi kalsium dan pospat dalam struktur kristal hidroksiapati, serta dapat ekstrak) mendapatkan hasil peminat tertinggi dengan persentase
menyebabkan plak gigi. Terdapat salah satau cara pengendalian dari permasalahan Hasil dan 26,67% (suka dan agak tidak suka). Rasa dari formulasi 2 (ekstrak
Latar Belakang
gigi dan mulut, yaitu penggunaan obat kumur. Menurut Banu dan Gayathri, 2016 obat
Pembahasan 40%) terasa seperti obat herbal yang memiliki rasa khas.
kumur berperan penting dalam kebersihan mulut seorang individu, obat kumur
- Penampakan (penilaian) umum : berdasarkan uji kesukaan terhadap
membantu untuk meringankan gejala gingivitis, gusi meradang dan juga bisa
penampakan (penilaian) umum mendapatkan hasil peminat tertinggi
diandalkan untuk merusak bakteri patogen.
dengan persentase 43,33% (suka) sedangkan pada formulasi 1
Oleh karena itu dibuat formulasi obat kumur dari salah satu bagian tanaman
(tanpa ekstrak) mendapatkan hasil peminat tertinggi dengan
bintaro, yaitu kulit batang dengan konsentrasi 40 % yang dipercaya mampu
persentase 36,67% (netral). Penambahan ekstrak berpengaruh
meghambat bakteri penyebab plak gigi, yaitu Streptococcus mutans.
nyata pada kesukaan panelis terhadap penampakan (penilaian)
umum formulasi yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kestabilan dari sediaan obat kumur yang
Tujuan Penelitian
tersbuat dari ekstrak etil asetat kulit C. odollam G. Pengukuran pH
Berdasarkan pengukuran pH selama 3 minggu penyimpanan nilai pH
Digunakan formulasi obat kumur dari ekstrak etil asetat kulit batang C. odollam G. dengan kedua formula stabil. pH dari formulasi 1 (tanpa ekstrak) adalah 5 dan
konsentrasi yang sama dengan penelitian sebelumnya sebesar 40%. Hasil Formulasi obat formulasi 2 (ekstrak 40%) adalah 4. Pada formulasi sediaan obat
Metode Penelitian kumur dari ekstrak etil asetat kulit C. odollam G. kemudian dievaluasi. evaluasi ini meliputi kumur yang mengandung ekstrak kulit batang C. odollam G.
pengamatan sediaan uji selama 3 minggu waktu penyimpanan di suhu ruang, yaitu uji cenderung asam,
organoleptis dan pH.
Jurnal 7: Tanaman Bintaro

Pengujian Aktivitas Antibakteri Obat Kumur terhadap S. mutans


Pengujian aktivitas antibakteri S. mutans dilakukan formulasi obat
kumur yang megunakan ekstrak etil asetat C. odollam G. dengan Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptis,
konstentrasi 40% dan dengan dua kontrol sebagai pembanding yaitu obat kumur yang mengandung 40% ekstrak etil asetat
kontrol positif yang menggunakan obat kumur minosep (klorheksidin kulit C. odollam G. berwarna coklat dengan aroma mint
0,2%) dan kontrol negatif yaitu formulasi obat kumur yang tidak dan berasa manis mint dengan pH 4. Secara umum,
mengandung ekstrak (basis). Dari pengujian formulasi obat kumur
Kesimpulan sekitar 40 – 45% dari 30 panelis menyatakan suka
menunjukan zona hambat pada ekstrak 40% memberikan zona hambat
dengan rata-rata 17,7 mm yang termasuk dalam kategori kuat dalam terhadap obat kumur hasil formulasi. Obat kumur dari
menghambat bakteri, kontrol positif (klorhesidin) dengan rata-rata ekstrak etil asetat kulit batang C. odollam G. 40%
diameter zona hambat adalah 29,1 mm dengan kategori sangat kuat. efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. mutans
Sedangkan pada kontrol negatif yang merupakan basis tidak dengan diameter zona hambat rata-rata 17,7 mm.
Hasil dan
menghambat pertumbuhan bakteri S. Mutans.
Pembahasan
Metabolit sekunder yang terkandung dalam kulit batang C. odollam G.
adalah alkaloid, tanin, flavonoid, steroid dan saponin. Mekanisme kerja
metabolit sekunder sebagai antibakteri salah satunya adalah dengan
mengganggu sintesa peptidoglikan sehingga pembentukan dinding sel
menjadi kurang sempurna. Keadaan tersebut akan menyebabkan sel
bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel
Penggunaan bahasa pada jurnal ini mudah dimengerti,
bakteri menjadi mati. Keberadaan senyawa Cerberin yang merupakan Kelebihan pada bagian abstrak menggunakan 2 bahasa yaitu
senyawa golongan steroid juga dilaporkan terkandung dalam tanaman C. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
odollam G, diduga berperan sebagai zat antibakteri, karena senyawa
terpenoid dan steroid bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada
membran luar dinding sel bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat Tidak terdapatnya uji fitokimia secara khusus terhadap
sehingga mengakibatkan rusaknya porin.
Kekurangan kulit batang C. odollam G. sehingga kurang
keabsahannya.
Jurnal 8: Tanaman Bintaro
Formulasi Sediaan Gel Antibakteri Ekstrak Etanol 70% Daun Bintaro (Cebera odollam
Judul
Gaertn.) terhadap Staphylococcus aures
Nama Penulis Ferry Effendi, Herson Cahaya Himawan, dan Firdhan Ausia Syahidin
Sumber Jurnal Farmamedika, Vol. 3, No. 1, Hal 43-51.
Tahun 2018
Reviewer Zahwa Fadhila

• Metode Penelitian
Preparasi sampel, penentuan kadar air, pembuatan ekstrak etanol daun bintaro, uji fitokimia, formulasi sediaan gel,
pembuatan sediaan gel, evaluasi sediaan gel (uji orgaoleptik, homogenitas, pH, Viskositas, dan daya sebar), uji
Metode Penelitian
stabilitas, dan uji efektifitas antibakteri.
• Analisis data
Digunakan metode Analisis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Berdasarkan penelitian ekstrak etanol 70% daun bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak daun bintaro memiliki kandungan senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, dan
Kesimpulan tannin. Pada hasil pengujian mutu fisik dan efektifitas antibakteri zona hambat sediaan gel ekstrak etanol 70% daun
bintaro tertinggi ditujukkan pada formulasi 3 dengan konsentrasi 5% serta analisis ANOVA menghasilkan setiap
formulasi dengan konsentrasi yang berbeda memiliki perbedaan yang nyata.

Kelebihan Hasil dan pembahasan jurnal penelitian ini dijelaskan secara singkat dan pada sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Tidak lengkapnya karakteristik terhadap sediaan gel etanol 70% daun bintaro sehingga pembaca kurang memahami gel
Kekurangan
sediaan tersebut.
Jurnal 9: Tanaman Kamboja
Metode penelitian meliputi proses:
Efek Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Tumbuhan Pulai (Alstonia Metode 1) Pembuatan ekstrak metanol daun tumbuhan pulai
Judul sp.) yang Dimanfaatkan Masyarakat Pulau Moa Kabupaten Maluku Penelitian 2) Persiapan bakteri uji
Barat Daya terhadap Bakteri E. coli, Salmonella sp, dan S. Aureus. 3) Uji daya hambat

Nama Penulis Sulfiana, Eka Astuty, Maria Nindatu, Yuniasih MJ Taihuttu


Berdasarkan hasil penelitian luas zona hambat (zona bening)
Sumber Jurnal Celebes Biodiversitas
terhadap bakteri patogen uji dengan menggunakan ekstrak
Tahun 2020
metanol daun tumbuhan pulai (Alstonia sp) konsentrasi 125
Reviewer Amelia fachrani
mg/mL, paling efektif menghambat bakteri gram positif dalam hal
ini S. aureus.
Pulai (Alstonia scholaris) termasuk dalam famili
Dalam penelitian ini, luas rata-rata zona hambatnya rata-rata <5
Apocynaceae, tersebar luas di daerah tropis Afrika dan Asia (Qin et al.,
mm yang mengindikasikan bahwa ekstrak metanol daun
2015) Bagian-bagian dari tanaman ini menunjukkan aktivitas
tumbuhan pulai memiliki daya hambat yang lemah terhadap
antikanker dan antibakteri. Alstonia scholaris secara tradisional
ketiga bakteri yang diujikan. Zhang et al (2018) dalam
digunakan untuk mengobati penyakit infeksi. Beberapa peneliti telah
penelitiannya menjelaskan bahwa ada banyak metode untuk
mengevaluasi potensi antimikroba dari bagian Alstonia scholaris yang
mengekstraksi produk alami, tetapi metode ekstraksi yang
berbeda seperti daun, kulit batang, akar, dan bunga untuk Hasil dan
Latar Belakang berbeda akan berdampak tertentu pada hasil eksperimen.
mengevaluasi klaim tradisionalnya sebagai zat antimikroba yang Pembahasan
Hal diatas sesuai dengan Antony et al (2014) yang menyatakan
potensial. Ditemukan bahwa ekstrak metanol dari beberapa bagian
dalam semua penelitiannya tentang aktivitas anti bakteri ekstrak
Alstonia scholaris paling aktif terhadap jamur, bakteri Gram positif dan
Alstonia scholaris, aktivitas maksimum diperoleh pada fraksi
Gram-negatif
butanol dan fraksi etil asetat dari daun atau batang kulit. Khan et
Masyarakat Pulau Moa mempercayai bahwa tanaman Pulai
al (2003) telah melaporkan temuan serupa bahwa fraksi Butanol
dapat berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh diantaranya
menunjukkan aktivitas antimikroba dibandingkan dengan sistem
menyembuhkan demam, ginjal, memperlancar ASI dan lainnya.
pelarut lainnya
Dari penelitian ini ditemukan bahwa kualitas ekstrak yang tidak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak terlalu baik menyebabkan ketidakstabilan bahan aktif, sehingga
metanol daun tumbuhan pulai (Alstonia sp) yang dimanfaatkan efek antibakterinya rendah, tetapi masih memerlukan bukti oleh
Tujuan
masyarakat Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya terhadap penelitian eksperimental lebih lanjut.
bakteri E. coli, Salmonella sp, dan S. aureus.
Jurnal 9: Tanaman Kamboja

Dalam penelitian ini, luas zona hambat (zona bening) terhadap


bakteri patogen uji dengan menggunakan ekstrak metanol daun
tumbuhan pulai (Alstonia sp) konsentrasi 125 mg/mL, paling efektif
menghambat bakteri gram positif dalam hal ini S. aureus. Dalam
Kesimpulan
penelitian ini, luas rata-rata zona hambatnya rata-rata <5 mm yang
mengindikasikan bahwa ekstrak metanol daun tumbuhan pulai
memiliki daya hambat yang lemah terhadap ketiga bakteri yang
diujikan.
Hasil penelitian dituliskan dengan sangat baik sehinga mudah
Kelebihan
dipahami

Kekurangan -
Jurnal 10: Tanaman Kamboja
Aktivitas Ekstrak Kulit Batang Tanaman Pulai (Alstonia Scholaris) Terhadap Peningkatan
Judul
FSH Dan LH Pada Wanita Amenorea Sekunder
Nama Penulis Faryda Veronica Koly, Alosius Masan Kopon
Sumber Seminar Nasional Laboratorium Riset Terpadu UNDANA
Tahun 2017
Reviewer Amelia fachrani

Metode penetitian meliputi:


1) Persiapan larutan sampel
2) Uji alkaloid
Metode Penelitian 3) Uji flavonoid
4) Uji saponin
5) Uji steroid/triterpenoid
6) Uji aktivitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rebusan kulit batang Pulai (Alstenia scholaris) dapat meningkatkan
kadar FSH dan LH pada pasien amenorea sekunder. Dari hasil fitokimia diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder
yang terkandung dalam ekstrak rebusan kulit batang Pula di antaranya alkaloid, Flavonoid dan saponin. Diperkirakan,
Kesimpulan
saponin merupakan senyawa metabolit sekunder vang herperan aktif dalam peningkatan FSH dan LH pada pasien
amenorea sekunder karena kemiripan sturktur dengan hormon esterogen yang menjadi pemicu disekresinya FSH ke
dalam ovarium.

Kelebihan Pembahasan artikel secara singkat dan padat sehingga mudah dipahami

Kekurangan -
● Tanaman obat merupakan jenis tanaman yang dikenal memiliki khasiat karena
mengandung senyawa aktif hasil metabolisme sekunder tanaman, yaitu
flavonoid, terpenoid, alkaloid, dan fenol.
● Apocynaceae merupakan tumbuhan berupa pohon atau semak, tegak atau

Kesimpulan memanjat dengan ciri morfologi, yaitu daun tersusun berhadapan atau
berkarang, bunga biseksual, bersimetri banyak, merupakan bunga bersimetri
tunggal atau simes korimbosa, buah bervariasi, bumbung, buah batu atau
kotak, umumnya berpasangan.
● Terdapat beberapa contoh jenis tanaman dari Famili Apocynaceae yaitu
tanaman bintaro, tanaman pulai, tanaman tapak dara, tanaman kamboja, dan
tanaman alamanda. Beberapa potensi pengobatan yang dikertahui sebagai
obat malaria, obat luka, pereda nyeri, pencahar, penawar racun dan perlancar
sirkulasi darah.
● Berdasarkan ulasan jurnal, didapati bahwa analisis fitokimia yang dilakukan
terhadap tanaman-tanaman tersebut memiliki kesamaan yaitu meliputi uji
alkaloid, flavonoid, tannin. Steroid dan triterpenoid, saponin, dan fenol.
Tanaman famili apocynaceae memiliki berbagai Tanaman obat
ialah jenis tanaman yang dikenal memiliki khasiat karena mengandung
senyawa aktif hasil metabolisme sekunder tanaman, yaitu flavonoid,
terpenoid, alkaloid, dan fenol.
Tanaman obat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tanaman obat

Kesimpulan
tradisional, tanaman obat modern dan tanaman obat potensial.
Dalam Bahasa Inggris Euphorbiaceae seringkali disebut sebagai
euphorbia. Euphorbiaceae juga sering disebut sebagai suku getah-
getahan.
Famili Euphorbiaceae memiliki berbagai macam manfaat salah
satunya yaitu sebagai obat tradisional.
Beberapa tanaman obat yang termasuk ke dalam famili
Euphorbiaceae, yaitu tanaman patikan kebo, jarak pagar, patah tulang,
patikan cina, dan kastuba.
Analisis fitokimia yang dilakukan terhadap tanaman-tanaman
tersebut hampir sama yaitu meliputi uji alkaloid, flavonoid, tannin.
Steroid dan triterpenoid, saponin, dan fenol.
Tanaman obat merupakan jenis tanaman yang dikenal memiliki
khasiat karena mengandung senyawa aktif hasil metabolisme sekunder
tanaman, yaitu flavonoid, terpenoid, alkaloid, dan fenol.
Tanaman obat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tanaman obat
tradisional, tanaman obat modern dan tanaman obat potensial.

Kesimpulan Dalam Bahasa Inggris Euphorbiaceae seringkali disebut sebagai


euphorbia. Euphorbiaceae juga sering disebut sebagai suku getah-
getahan.
Famili Euphorbiaceae memiliki berbagai macam manfaat salah
satunya yaitu sebagai obat tradisional.
Beberapa tanaman obat yang termasuk ke dalam famili
Euphorbiaceae, yaitu tanaman patikan kebo, jarak pagar, patah tulang,
patikan cina, dan kastuba.
Analisis fitokimia yang dilakukan terhadap tanaman-tanaman
tersebut hampir sama yaitu meliputi uji alkaloid, flavonoid, tannin.
Steroid dan triterpenoid, saponin, dan fenol.

Anda mungkin juga menyukai