Anda di halaman 1dari 30

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

TATA KERJA KELEMBAGAAN DAN


MONEV PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
Dr. Ir. Suprayoga Hadi, M.S.P.
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan
Sekretariat Wakil Presiden RI

Jakarta, 16 Maret 2021


Permasalah Gizi di Indonesia Tahun
2018
• 30,8% Balita Stunting
• 10,2% Balita wasting
• 17,7% Balita underweight
• 8% Balita obesitas
• Bayi Lahir dengan berat
Badan Rendah (BBLR) naik
dari 5,6% t0 6,2%

• % Ibu Hamil anemia naik dari 37.1% (2013)


menjadi 48.9% (2018)

• % anak usia 12 – Bulan yang


mendapatkan Imunisasi dasar Lengkap
turun dari 59,2% (2013) menjadi 57,9%
Kondisi Geografis dan Demografis Indonesia: (2018).
270,2 juta oenduduk| 34 provinsi | 514 Kabupaten/Kota
83.000 Desa/Keluarahan | 16,000 pulau | 718 bahasa local • % Balita yang tidak memperoleh
127 gunung berapi imunisasi naik dari 8,7% (2013) menjadi
9,2% (2018).
2 2
Prevalensi Stunting Berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Pada tahun 2018, sebagian besar


Prevalensi stunting pada Balita telah turun provinsi mempunyai prevalensi di atas Pada tahun 2018, dari 514
dari 37.2% (2013) menjadi 30.8% (2018) 30%. Hanya 1 Provinsi yang dibawah Kabupaten/Kota, terdapat 34
dan menjadi 27,67% pada tahun 2019. 20%, yaitu DKI Jakarta dan 2 Provinsi
masih di atas 40%, yaitu NTT dan Kabupaten/Kota yang
Sulawesi Barat prevalensinya dibawah 20%
3 3
Stranas Percepatan Pencegahan Stunting

Kondisi Kondisi Yang Diharapkan


Awal Terjadi konvergensi program/kegiatan
Program/kegiatan berjalan
yang menyasar pada keluarga 1000HPK
sendiri-sendiri & tidak efektif.
Belum optimalnya koordinasi Terjadinya koordinasi dalam
penyelenggaraan program Stranas Stunting penyelenggaraan program di semua
di semua tingkatan sebagai acuan tingkatan
pelaksanaan
Stunting dianggap sebagai
Program
tanggungjawab sektor kesehatan Sumberdaya dimobilisasi dan
Belum efektif dan efisiennya dimanfaatakan untuk pencegahan
stunting Stunting
pengalokasian dan pemanfaatan 14%|2024
sumber daya.
Adanya peningkatan kapasitas dan
Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan
kualitas penyelenggaraan program
program. Adanya komitmen dari pemimpin
Advokasi, kampanye, dan nasional dan daerah
diseminasi terkait stunting, dan
berbagai upaya pencegahannya Adanya kesadaran dari masyarakat
masih terbatas. tentang pentingnya pencegahan
stunting
4 4
Mekanisme Konvergensi Percepatan Pencegahan
Stunting

5 5
Stranas Percepatan Pencegahan Stunting

Tahun 2018 Pemerintah melaunching Strategi Nasional


Percepatan Pencegahan Stunting sebagai acuan bersama
dalam pelaksanaan Program
Konvergensi antar program merupakan salah satu Pilar
Pencegahan Stunting
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Komitmen Konvergensi
Kampanye
dan Program Ketahanan
Nasional dan Pemantauan
Visi Pimpinan Pusat, Pangan dan
Komunikasi dan
Nasional dan Daerah, dan Gizi
Perubahan Evaluasi
Perilaku Desa
Daerah

Prioritas Percepatan
Pencegahan Stunting
6 6
Strategi dan Instrumen Pelaksanaan Konvergensi
Program Pusat, Daerah dan Desa

• Konvergensi didefinisikan
sebagai pendekatan intervensi
yang terkoordinir, terpadu, dan
bersama-sama dari tingkat
pusat, kabupaten/kota dan
desa.
• Konvergensi dilakukan dari
tahap perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, dan
pengendalian kegiatan
• Rencana Aksi Nasional yang
akan disusun oleh BKKBN
dapat dijadikan sebagai acuan
tutunan dari Rperpres yang
sedang disusun
7 6
Langkah Konvergensi Percepatan Pencegahan
Stunting di Kabupaten/Kota

Konvergensi Pencegahan Stunting di Kabupaten/Kota


dilakukan melalui pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi
yang didampingi oleh Kementreian Dalam Negeri.
Pada Pelaksanaannya, ini didukung oleh:
• Komitmen pimpinan kabupaten/kota
• Panduan konvergensi penurunan stunting di
kabupaten/kota
• Penyediaan bantuan teknis bagi kabupaten/kota
dalam melakukan Aksi Konvergensi Percepatan
penurunan Stunting
• Penyediaan dana BOK untuk konvergensi melalui
DAK
• Penyusunan peraturan dan pelaksanaan Kampanye
Perubahan Perilaku (KPP)
• Evaluasi pelaksanaan konvergensi
8
Capaian Hingga Saat Ini
299

219 214
181

81
34

Kurang dari 20% Antara 20% - 30% Diatas 30%


Prevalensi Stunting pada Balita 27.7% pada 2019 (SSGBI).
2018
Turun 3,1% dari tahun 2018 (Riskedas). Tahun 2020, SSGBI
belum bisa dilakukan karena pandemi Covid-19. Kabupaten/Kota dengan2019
prevalensi dibawah 20%
naik dari 34 pada 2018 menjadi 81 pada tahun 2019

Empat provinsi sudah mempunyai prevalensi


stunting di bawah 20%, yaitu Bali, Kepulauan Riau,
Kep Bangka Belitung dan DKI Jakarta.
Dua provinsi masih di atas 40%, yaitu Sulawesi
Barat dan NTT.

9 9
Kemajuan Cakupan Intervensi Spesifik & Sensitif 2018 - 2020

Terjadi kenaikan cakupan intervensi


spesifik pada periode 2018 – 2019,
kecuali untuk cakupan Balita
memperoleh Vitamin A.
Sumber Data: paparan Dirjen Kesmas pada Acara
Lokakarya Evaluasi Stranas Stunting, Oktober
2020

10
Indeks Khusus Penanganan Stunting (IKPS)
• BPS bersama Setwapres telah mempublikasikan penghitungan Indeks Khusus Penanganan
Stunting (IKPS) tahun 2018 dan 2019 untuk level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
• IKPS adalah sebuah instrumen khusus yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
cakupan intervensi-intervensi terhadap rumah tangga sasaran dilakukan.
• Laporan IKPS dinilai penting karena menunjukkan hasil kinerja Pemerintah Pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota dalam upaya penanganan stunting, sekaligus
memberikan masukan untuk peningkatan kinerja kedepannya.
• IKPS menjadi landasan perlunya kesinambungan mekanisme pengukuran indeks
kinerja, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat daerah. Dengan demikian, koordinasi
pelaksanaan konvergensi multisektor memiliki tujuan yang searah dan terintegrasi.
• IKPS dihitung menggunakan enam dimensi, yaitu kesehatan, gizi, perumahan, pangan,
pendidikan, dan perlindungan sosial. Kerangka pikir penyusunan IKPS menggunakan
kerangka pemikiran dari UNICEF sebagaimana terdapat dalam Stranas Stunting.
• Pemetaan indikator penyusunan IKPS dilakukan bersama-sama oleh Setwapres, TNP2K,
BPS, serta masukan dari para pakar.
11
Hasil Penghitungan IKPS Tahun 2018-2019

Terdapat peningkatan 2,16

12
Kelembagaan Percepatan Pencegahan Stunting

13 13
23 Kementerian/Lembaga Berkolaborasi untuk Percepatan
Pencegahan Stunting: Diperlukan Pengkoordinasian yang Baik

• Pada Ratas 25 Januari 2021,


Presiden menunjuk BKKBN
sebagai Ketua Pelaksana
Percepatan Pencegahan Stunting
yang akan mengkoordinasikan
Kementerian dan Lembaga
• Rancangan Perpres Strategi
Nasional Percepatan Penurunan
Stunting sedang dalam proses
finalisasi di Sekretariat Negara.

14
Kelembagan Percepatan Penurunan Stunting
Dalam Rancangan Perpres
PENGARAH:
Ketua: Wakil Presiden RI
Wakil Ketua: Menko PMK; • Tim Percepatan Pencegahan Stunting
Kemendagri & Kepala
Bappenas dibentuk dari Tingkat Nasional, Provinsi,
PELAKSANA: Kabupaten/Kota, Kecamatan Hingga
Ketua: Desa
Kepala BKKBN
Wakil Ketua: Eselon 1
dari Bappenas;
• Wakil Presdien sebagai Ketua Pengarah
Setwapres; Kemendagri; dan Menko PMK, Kepala Bappenas dan
Kemenkes Mendagri sebagai Wakil Ketua
Tim Percepatan Pencegahan
Stunting Provinsi
Pengarah.
Tim Percepatan Pencegahan
• Anggota Pengarah terdiri dari 9 Menteri
Stunting Kabupaten/Kota • Ketua Pelaksana adalah Kepala BKKBN
Tim Percepatan Pencegahan dan wakil Ketua adalah Eselon 1 dari
Stunting Kecamatan Kemendagri, Bappenas, dan Kemenkes
Tim Percepatan Pencegahan
Stunting Desa 15
Penguatan Peran BKKBN dalam Pencegahan Stunting

Selain sebagai Ketua Pelaksana, BKKBN juga melakukan penguatan intervensi sebagai berikut:
Intervensi di Tingkat Keluarga
Intervensi di Tingkat Komunitas
Pra Nikah:
• Intervensi Spesifik: Edukasi tentang pentingnya suplementasi Tablet
Tambah Darah. • Penguatan Program Kampung KB
• Intervensi Sensitif: Penguatan Pendidikan Calon Pengantin yang selama • Penguatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
ini dilakukan oleh Kementerian Agama. BKKBN bisa terlibat untuk (KIE) tentang KIE tentang 1000 HPK
penguatan dengan menambahkan beberapa materi terkait dengan
perencanaan pernikahan, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

Penguatan Sistem Informasi Keluarga (SIGA)


Hamil
• Intervensi Spesifik: Edukasi tentang ANC dan konsumsi Tablet
Tambah Darah. Pelaksanaan ANC dan penyediaan TTD untuk Ibu
Hamil sendiri merupakan tanggungjawab Kemenkes
• Updating Data Secara Reguler. Setiap tahun
Pasca melahirkan: 0 -5 tahun di-update oleh PLKB . Saat ini 5 tahun satu kali
• Intervensi Spesifik: Edukasi Gizi Pasca Melahirkan seperti Konseling dilakukan sensus oleh Kader KB  Anggaran
Menyusui, PMBA, pentingnya vitamin A • Mendorong penggunaan data oleh
• Intrevensi Sensitif: Desa/Kelurahan, Kabupaten/Kota, Provinsi
• Edukasi dan pelayanan KB • Link data dengan sumber data yang lain
• Bina Keluarga Balita
Mekanisme Penganggaran Percepatan Pencegahan
Stunting

17 17
Strategi Pembiayaan Percepatan Pencegahan Stunting

Percepatan Pencegahan Stunting memobilisasi


berbagai sumber pendanaan:

>
Pemerintah

UTAMA

Anggaran belanja pemerintah dengan


Individu, Pencegahan peningkatan efektivitas dan efisiensi
Swasta

+
CSO, Stunting
Komunit
as
TAMBAHAN
Optimalisasi peran swasta, donor,
masyarakat madani, individu
Donor
dan kelompok masyarakat
Alokasi K/L yang Mendukung Penurunan Stunting
TA 2019 dan 2020
Alokasi Anggaran Penurunan Stunting
Total Alokasi Anggaran K/L tahun 2019 dan Berdasarkan Kelompok Intervensi
2020
37.87

24.29

Triliun Rupiah
20.47

11.00

3.65
1.54 1.17 2.25 1.40 1.05 1.41 0.549

2017 2019 2020


2018
Intervensi Spesifik
Intervensi Sensitif
Sumber: Hasil Tagging dan Tracking Bappenas & Kemkeu; dashboard:
www.stunting.go.id Dukungan Teknis dan Koordinasi
19
Mekanisme Penyaluran Anggaran K/L ke Daerah

20
Dana Alokasi Khusus (DAK)
untuk Mendukung Percepatan Pencegahan Stunting 2019 - 2020
DAK Fisik
Bidang/ 2019 2020
Subbidang Jumlah Pagu Realisasi % Jumlah Pagu Penyaluran %
(Penyerapan)
Daerah Daerah
Kesehatan 472 613,88 454,59 74,05% 461 557,48 465,63 83,53%
Sanitasi 139 742,84 634,39 85,40% 149 526,01 501,88 95,41%
Air Minum 155 764,26 603,54 78,97% 195 912,23 832,19 91,23%
Total 2.120,98 1.692,52 79,80% 1.995,72 1.799,70 90,18%
DAK Non Fisik
Alokasi Penyaluran % Salur Penyerapan % Penyerapan
Sejak tahun 2019 telah
Tahun 2019 1.695,50 1.640,21 96,74% 611,21 36,05% dialokasikan DAK untuk
Stunting-BOKB 32,54 32,54 100,00% 27,79 85,40% mendukung
Stunting-BOK 120,00 120,00 100,00% 82,91 69,09%
percepatan
BOP PAUD 1.542,96 .487,67 96,42% 500,51 32,44%
2.701,60 2.700,15 99,95% 482,38 17,86%
pencegahan stunting
Tahun 2020 bagi kabupaten/kota
Stunting-BOKB 56,10 54,10 96,44% 10,94 19,51%
Stunting-BOK 195,00 193,88 99,42% 30,65 15,72%
prioritas.
Sumber Data: Kemenkeu
BOP PAUD 2.450,49 452,17 100,07% 440,79 17,99%

21
Mekanisme Kemitraan dalam
Percepatan Pencegahan
Stunting

22 22
Kemitraan: Urgensi, Pilihan Mekanisme Kerja Sama, dan Skema
• Sejalan dengan tujuan pembangunan dalam SDGs GOAL 17: Means of
Impelementation: Strengthen the means of implementation and revitalize
Skema Kemitraan
the global partnership for sustainable development.

• Pembelajaran dari berbagai praktik baik pada level internasional,


seperti Peru, Brazil, dan Bangladesh menunjukkan bahwa permasalahan
stunting harus ditangani dengan melibatkan multisektor.

• Pentingnya keterlibatan multisektor, melalui sinkronisasi program-


program nasional, lokal, dan masyarakat juga terus disampaikan dalam
arahan Bapak Wakil Presiden di berbagai kesempatan.

• Setwapres aktif mendorong keterlibatan banyak pihak untuk


mendukung percepatan penurunan stunting, di antaranya melalui kerja
sama dengan PT. Sinar Mas, PTTEP Thailand, PT Mayora, maupun
kalangan akademisi seperti Universitas Sultan Agung Tirtayasa,
Universitas Hasanuddin, Universitas Airlangga, dan dengan lembaga non
pemerintah lainnya seperti Yayasan Hadji Kalla, Dompet Dhuafa, SNV
Infonesia, termasuk Yayasan Cipta dan Tanoto Foundation.

Pilihan Mekanisme Kerja Sama Pemerintah-Dunia Usaha


1. Kerja sama melalui kegiatan atau program yang bersifat sponsorship atau charity.
2. Dunia usaha menjalankan program secara swadaya bersama mitra pelaksana.
3. Partisipasi dalam kemitraan kerja bersama pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. 23
Contoh Pilihan Intervensi Prioritas

24
Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Percepatan
Pencegahan Stunting

2 25
5
Tahapan Pengembangan Sistem Monev Terpadu
Sistem Monev Terpadu program percepatan pencegahan stunting dikembangkan
dengan tahap pengembangan sebagai berikut:

26
Kegiatan Utama Monev Terpadu Stranas Stunting

Pemantauan untuk mengukur kemajuan


pencapaian target dan penyelesaian Evaluasi proses dan hasil untuk melihat
masalah dalam pelaksanaan program dampak pelaksanaan program dengan
1 dengan mengacu pada Results Framework
dan Implementation Framework
mengacu pada evaluation framework 2
Kegiatan
Utama Monev
Terpadu
Peningkatan kapasitas bagi penyelenggara
4 Stranas melalui upaya membangun pemahaman &
keterampilan teknis dalam pelaksanaan &
Pelaporan dan strategi pemanfaatan hasil 3
peningkatan kualitas monev dengan memberikan dalam pengambilan keputusan berbasis
pendampingan teknis, & coaching. fakta/bukti di berbagai jenjang

27
Dashboard Stranas Stunting
• Sekretariat Wakil Presiden mengembangkan Dashboard Stranas Percepatan
Penurunan Stunting dan dapat diakses publik melalui link:
http://dashboard.setnas-stunting.id/
• Dashboard dikembangkan dengan tujuan untuk menampilkan data hasil
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Stranas Stunting tahun 2018-2024
serta hasil analisis terhadap data tersebut.
• Data yang ada dalam dashboard berasal dari Kementerian dan Lembaga, baik
berupa hasil survei maupun data rutin program, termasuk hasil analisis yang
dilakukan oleh TP2AK Setwapres.
• Dashboard digunakan sebagai alat pantau dan evaluasi perkembangan program
bagi para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk (i) menyusun
rekomendasi kebijakan, dan (ii) menyelesaikan masalah yang muncul dalam
http://dashboard.setnas-stunting.id pelaksanaan program (debottlenecking).

Data dalam Dashboard Stranas Stunting diantaranya:

Pelaksanaan 5 Pilar Stranas Capaian Outcome Hasil Analsis, seperti


Cakupan Intervensi Data Berdasarkan
• Komitmen Politik • Stunting
• Spesifik Data tentang remaja Spasial
• Kampanye Perubahan Perilaku • Wasting dan analisis 8 Aksi
• Sensitif Data berdasarkan
• Konvergensi Program • Underweight Konvergensi
lokasi prioritas
• Kebijakan Pangan dan Gizi (kab/kota
• Monitoring dan Evaluasi

28
Implikasi Perubahan Substansi Perpres

• Kerangka konsep Stranas mengacu pada konsep Rekomendasi


yang diacu secara internasional (WHO, UNICEF,
Direkomendasikan menggunakan konsep yang ada
IFRI) dengan penyesuaian terhadap konteks dalam Stranas, dengan alasan kerangka konsep
Indonesia. tersebut sudah sangat komprehensif dan sudah
• Pelaksanaan program di kabupaten/kota selama ini dilaksanakan sejak 2018 baik di pusat maupun di
daerah. Usulan perubahan BKKBN bisa disinkronkan
mengacu pada pedoman pelaksanaan 8 aksi
dengan apa yang sudah berjalan.
konvergensi yang disusun bersama oleh Bappenas,
Penyusunan rencana aksi bisa merujuk pada
Kemendagri, Setwapres, dan KL lainnya.
lampiran RPerpres lama dengan penyesuian terhadap
• Perubahan konsep akan mengubah pelaksanaan usulan perubahan BKKBN. Jika diubah total, akan
di lapangan yang tidak mudah dan memerlukan memerlukan waktu serta menunda pelaksanaan.
waktu. Kemungkinan diperlukan waktu 1 tahun ke ∙
Perlu dipastikan pelibatan KL yang mempunyai
depan (2021 – 2022) untuk sosialisasi ke daerah peran besar dalam pelaksanaan kegiatan upaya
hingga desa, dan kemudian hanya menyisakan 1,5 penurunan stunting.
tahun implementasi di lapangan. ∙
Koordinasi pelaksanaan dan pelaporan di
tingkat kabupaten dan desa agar dipastikan
berjalan dengan lancar dan baik.
29 29
Rekomendasi dalam Percepatan Penurunan Stunting
 Percepatan pelaksanaan sinkronisasi dan integrasi data.
• Penggunaan satu data (data sharing) akan memastikan tidak adanya overlapping
program/kegiatan antar K/L di tingkat pusat dan OPD di tingkat daerah dan membantu pertajam
intervensi yang dilakukan, termasuk penajaman sasaran prioritas. Perlu dilakukan intergasi data
antara KL untuk membangun sistem monitoring dan evaluasi terpadu.
• Perlu adanya norma untuk penguatan kewajiban membagi data dari pemilik sumber data di KL.
 Kesinambungan publikasi data, diantaranya publikasi prevalensi stunting dan publikasi hasil IKPS.
• Publikasi prevalensi stunting dilakukan oleh Balitbangkes Kemenkes bersama-sama dengan
BPS untuk menjaga integrasi dengan data SUSENAS, dan agar tren data dapat dianalisis
perubahannya (data dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya).
 Beberapa program harus terus didorong cakupannya, seperti fortifikasi, program kawasan
pekarangan lestari.

 RPerpres Percepatan Penurunan Stunting yang saat ini sedang dalam proses finalisasi
mentikberatkan peran pemda sebagai pelaksana percepatan penurunan stunting. Hal ini perlu didukung
dengan penajaman sasaran kegiatan di K/L, terutama untuk pendampingan dan peningkatan
kapasitas pemda. 30

Anda mungkin juga menyukai