Anda di halaman 1dari 32

AN-

TIBISA
ULAR
Dr. Bustaman

DEPARTEMEN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
01
PENDAHU-
LUAN
ANTIBISA ULAR
APA ITU
ABU??
Serum Anti Bisa Ular (ABU): suatu serum tipikal mengandung anti
venom/anti venin terhadap racun ular jenis tertentu, yang dibuat dari
antibodi hewan.

Racun ular berbisa, yang bersifat


neurotoksik: Naja sputratix, atau ular kobra,
atau ular sendok JawaBungarus fasciatus,
atau ular welang, jarang menggigit manusia

Racun ular berbisa, yang bersifat


hemotoksik: Calloselasma
rhodostoma, atau Agkistrodon
rhodostoma, atau ular tanah, atau juga
dikenal di Malaysia sebagai Malayan
pit
David A. Warrel. WHO viper
Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
02
INDIKASI
ANTIBISA ULAR
INDIKASI
Indikasi utama Serum Anti Bisa Ular (ABU) diberikan kepada pasien, yang dicurigai,
atau
terbukti digigit ular berbisa, dan telah menunjukkan satu, atau lebih tanda klinis
manifestasi racun ular
SISTEMIK

Haemotoxic neurotoxic Kardiotoxic


perdarahan spontan, epistaksis, ptosis, oftalmoplegia eksterna, hipotensi, syok, aritmia jantung
haemoglobinuria paralisis dll (klinis), EKG abnormal

LOKAL

nefrotoxic Reaksi lokal Reaksi lokal


gagal ginjal akut: oliguria / anuria, Bengkak progresif, nyeri, perubahan Pembesaran KGB
kreatinin / urea warna, terbentuk bulla,

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
03
CARA PEMBE-
RIAN
ANTIBISA ULAR
WAKTU
PEMBERIAN
• Pemberian dilakukan sesegera mungkin
setelah pasien terindikasi.
• Pemberian antivenom selama bukti
koagulopati masih ada bahkan ketika ini
telah berlangsung selama dua minggu atau
lebih

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
CARA
PEMBE- Pasien harus diawasi ketat selama satu jam setelah
memulai pemberian antivenom intravena, sehingga
jika terjadi reaksi anafilaksis awal dapat terjadi

RIAN terdeteksi dan diobati secara dini dengan epinefrin


(adrenalin)

Sediaan beku-kering (lyophilized) dicampurkan dengan 10ml larutan


fisiologis untuk injeksi per ampul.
Dua metode yang direkomendasikan:
(1) Injeksi intravena: injeksi intravena secara perlahan (tidak lebih dari 2 ml /
menit).
(2) Infus intravena: dimasukkan kedalam larutan fisiologis sebanyak 5-10 ml
larutan isotonik/kgBB atau pada pasien dewasa dilarutkan dalam 250-500
ml normal salin ataupun dextrose 5%. Kemudian, ABU diberikan melalui
infus dengan kecepatan konstan selama 1 jam.

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
CARA
PEMBE-
RIAN
• Injeksi lokal tidak disarankan karena sangat nyeri dan dapat
meningkatkan tekanan Intrakompartemen.

• ABU tidak boleh diberikan secara intramuskular apabila


pemberian dapat dilakukan secara intravena. Apabila
terpaksa, misalnya pada keadaan dimana akses intravena
tidak memungkinkan, maka ABU tidak boleh diberikan
melalui regio gluteal karena penyerapannya sangat lambat.

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
04
DOSIS
ANTIBISA ULAR
DOSIS
DOSIS IDEAL
Dosis ideal tidak dapat ditentukan  belum
ada uji klinis hingga sekarang. Dosis ideal
berkenaan dengan jumlah, atau volume
racun ular berbisa yang masuk kedalam
tubuh korbannya  tidak diketahui secara
pasti pada tiap manusia yang digigit ular
berbisa.

Rekomendasi dosis awal di Indonesia:


2 x 5 ml vials (maximum 80-100 ml)

Adiwinata, R. and E.J. Nelwan, Snakebite in Indonesia. Acta Medica Indonesia: The Indonesian J of Int Med, 2015. 47(4): p. 358-365.
DOSIS
PEMBERIAN

 -Untuk dosis pertama, 2 vial @ 5 ml diencerkan dengan


normal saline hingga mencapai konsentrasi 2%, kemudian
diinfuskan dengan takaran 40-80 tetes per menit.
 Dosis lain bisa diberikan 6 jam kemudian. Jika gejala
berbisa masih berlanjut, antivenom dapat diberikan setiap
24 jam dengan dosis maksimal 80-100 ml.
 Antivenom murni dapat diberikan dengan mendorong
intravena dengan sangat lambat.
 Tes alergi harus dilakukan sebelum pemberian dan
pemantauan harus dilakukan selama dan pasca administrasi.

Adiwinata, R. and E.J. Nelwan, Snakebite in Indonesia. Acta Medica Indonesia: The Indonesian J of Int Med, 2015. 47(4): p. 358-365.
BERESPON BAIK
JIKA
(1) General: Pasien merasa lebih baik. Mual, sakit kepala dan
nyeri hilang dengan cepat. .
(2) Perdarahan sistemik spontan (misalnya dari gusi): berhenti
dalam 15-30 mnt.
(3) Koagulabilitas darah (yang diukur dengan 20WBCT):
pulihkan dalam 3-9 jam.
(4) Pada pasien syok: TD dalam 30-60 menit pertama dan pada
aritmia seperti sinus bradikardia dapat menghilang.
(5) Envenoming neurotoksik (gigitan kobra) membaik dalam 30
menit, tapi biasanya membutuhkan waktu beberapa jam.
(6) Hemolisis aktif berhenti dalam beberapa jam dan urin
kembali ke warna normalnya

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
DOSIS DA-
PAT DIU-
LANG JIKA
• Perdarahan yang berlanjut 1‒2 jam setelah dosis awal
• Memburuknya tanda klinis neurotoksik, atau
kardiovaskular, dalam waktu 1‒2 jam setelah dosis
awal.
• Pemberian ini dapat diulang 6 jam kemudian, apabila
masih terdapat gangguan koagulasi darah

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf
04
EFEK SAMPING
TERAPI
ANTIBISA ULAR
EFEK SAMPING &1. Reaksi
IN-Anafilaktik
• Muncul 10-180 menit.

TERAKSI ABU • Karakteristik: gatal-gatal, seringkali pada kulit kepala, serta


urtikaria. Batuk kering Demam Mual, muntah Kolik abdomen
Diare Takikardia.  
• Reaksi berat atau mengancam nyawa (jarang) jika disertai:
hipotensi, bronkospasme, atau angioedema.
2. Reaksi Pirogenik
• Timbul 1‒2 jam
• Gejala: Menggigil kedinginan Demam Vasodilatasi Tekanan
darah menurun. Pada anak, dapat terjadi kejang demam
• Disebabkan oleh kontaminasi pirogen dalam proses
manufaktur.
3. Reaksi Serum Sickness
• Muncul 1‒12 hari (biasanya hari 7)
• Manifestasi klinis: Demam Mual, muntah, diare Gatal-gatal
Rekurensi urtikaria Artralgia, mialgia Limfadenopati
Bengkak periartikular Mononeuritis multipleks Proteinuria
dengan nefritis imun kompleks Ensefalopati.

David A. Warrel. WHO Guidelines for the Management of Snake-bites. 2010 Retrived on 08 January 2018; Available from: http://apps.searo.who.int/PDS_DOCS/B4508.pdf.
The World Health Organization, Guidelines for the Management of Snake Bites [Second Edition]. 2016.
TATALAKSANA EFEK SAMP-
ING

● Hentikan ABU untuk sementara


● Oksigen
● Mulai infus IV Normal Saline dengan set IV baru
● Epinefrin (adrenalin) (1 : 1.000 larutan, 0,5 mg (i e 0,5 ml) pada orang dewasa IM di deltoid atau paha
● Epinefrin: Anak-anak 0,01 mg / kgBB) untuk reaksi awal ABU anafilaksis dan pirogenik
● Chlorpheniramine maleate (dosis dewasa 10 mg, pada anak-anak 0,2 mg / kg) IV
● Hidrokortison dapat diberikan tetapi lambat memberikan efek

ManageMent of. Snake Bite. Ministry of Health & Family Welfare. Government of India. AUGUST 2017


TATALAKSANA EFEK SAMPING

Setelah pasien sembuh

● Mulai ulang ABU perlahan selama 10-15 menit

● Menjaga pasien tetap dekat pengamatan

● Kemudian lanjutkan kecepatan tetesan normal

ManageMent of. Snake Bite. Ministry of Health & Family Welfare. Government of India. AUGUST 2017


Terima
kasih!
Antibisa ular

Dr. Bustaman

DEPARTEMEN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
DEPARTEMEN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

TETANUS TOXOID
dr. Bustaman
PENDAHULUAN
TETANUS TOXOID
PENDAHULUAN
Tetanus toxoid

Tetanus Clostridium tetani


01 • Gangguan neuromuskular akut,
ditandai dgn tonus otot dan
02 Bakteri gram positif berbentuk
batang, selalu bergerak dan dalam
spasme, disebabkan oleh suasana anaerob  bentuk vege-
tetanospasmin, dihasilkan o/ tatif yg memproduksi eksotoksin:
bakteri anaerob Clostridium tetani. neurotoksin tetanospasmin dan
tetanolysmin.

Clostridium tetani Clostridium tetani


03 • Bentuk spora ini bisa terdapat
pada tanah, rumput, kayu, kotoran
04 • Pertumbuhannya membutuhkan
suasana anaerob  luka dengan
hewan atau manusia. banyak jaringan nekrotik atau
pertumbuhan bakteri lain,
terutama bakteri yg membuat pus
seperti S. aureus

Committee on Trauma, American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Program for Doctors. Tenth Edition. Chicago: American College of
INDIKASI
SUNTIKAN ATS

• Luka cukup besar (dalam • Ada tanda infeksi, jaringan denervasi


lebih dari 1 cm) dan atau jaringan iskemik
• Luka yang tidak rata • Luka terkontaminasi: >6 jam tidak
(berbentuk bintang), avulsi ditangani atau <6 jam namun
• Luka berasal dari benda yang terpapar banyak kontaminasi, atau
kotor dan berkarat <6  jam namun timbul karena
• Luka gigitan hewan dan kekuatan yang cukup besar
manusia (misalnya luka tembak atau terjepit
• Luka tembak, crush frostbite mesin)
dan luka bakar • Tidak memiliki riwayat imunisasi
tetanus yang jelas/tidak booster
selama >5 tahun

Committee on Trauma, American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Program for Doctors. Tenth Edition. Chicago: American College of
Surgeons.
INDIKASI
Tetanus toxoid

• Imunisasi pasif dengan human immune globulin tidak diindikasikan jika


pasien tersebut sudah mendapat suntikan toksoid minimal 2 kali
sebelumnya.
• Pasien dengan imunisasi lengkap yaitu, pasien yang sudah mendapat
 booster dalam 10 tahun terakhir, tidak memerlukan penatalaksanaan
tambahan untuk luka-luka non tetanus biasa. Jika luka dicurigai
mengandung tetanus, injeksi0,5 ml toksoid tetanus booster yang dapat
diabsorbsi harus diberikan  jika pemberian terakhir telah lebih dari 5
tahun yang lalu.

Committee on Trauma, American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Program for Doctors. Tenth Edition. Chicago: American College of
Surgeons.
INDIKASI
Tetanus toxoid

• Pasien dengan riwayat imunisasi lengkap tetapi booster yang didapat


sudah melewati masa 10 tahun harus mendapat toksoid tetanus untuk
semua luka tembus.
• Pasien dengan riwayat imunisasi pernah mendapat sekali injeksi atau
kurang,atau riwayatnya tidak diketahui harus mendapat toksoid tetanus
untuk luka nontetanus. Untuk luka yang dicurigai tetanus dapat diberikan
ATS.

Committee on Trauma, American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Program for Doctors. Tenth Edition. Chicago: American College of
Surgeons.
PRINSIP UMUM
Profilaksis tetanus

Riwayat
Pertimbangan individual
penderita
Jenis luka dan riwayat
imunisasi Debridemen
Tanpa mempertimbangkan
status imunisasi, jaringan
Imunisasi aktif nekrotik dan benda asing
Tetanus toksoid (TFT (te- harus di debridemen untuk
tanus formol toksoid) = VST = semua jenis luka. Dicuci
vaksin serap tetanus) dengan NaCl. Luka dibiarkan
diberikan dengan dosis se- terbuka untuk mencegah
banyak 0,5 cc IM. keadaan anaerob
Imunisasi dasar tetanus
• Imunisasi pasif
• ATS (anti tetanus serum) merupakan antitoksin bovine (asal lembu)
ataupun antitoksin equine (asal kuda). Dosis anak dan dewasa 1500 IU per
IM
• Human tetanus immunoglobulin, atau dikenal dengan Tetagam/ Hypertet,
dosis anak dan dewasa 250 IU per IM (setara dg 1500 IU ATS). Diberikan
bila penderita alergi terhadap ATS yang diolah dari hewan.

• Antibiotik
• Pilihan antibiotik adalah Penisilin G. Dosis dewasa 1,2 juta IU / 8 jam IM,
selama 5 hari, sedang untuk anak-anak 50.000 IU/kgBB/hari dilanjutkan
hingga 3 hari bebas panas.

Committee on Trauma, American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Program for Doctors. Tenth Edition. Chicago: American College of
Surgeons.
TETAGAM
• Definisi: anti tetanus serum dari imunoglobin manusia
• Komposisi
• Ig manusia 100-170 mg dg antibodi terhadap toksin tetanus
sekurang-kurangnya 250 IU
• Asam aminoasetat sebagai stabilisator
• Natrium klorida
• Aqua pro injeksi
• Farmakokinetik
• Proteksi setelah pemberian Tetagam 4 minggu
• T max : 2-3 hari
• Waktu paruh 3 – 4 minggu
TETAGAM
• Profilaksis tetanus dengan Tetagam
• Untuk luka bersih, Tetagam 250 IU diberikan bersamaan dengan 0,5 ml vaksin toksoid
pada sisi kontralateral
• Untuk luka kotor, luka yang dilalaikan lebih dari 24 jam = 500 IU dan luka bakar luas dapat
diberikan suntikan ke-2 sebesar 250 IU pada akhir masa eksudatif (kira-kira 36 jam)

• Kontraindikasi
• Trombositopenia berat atau gangguan pembekuan darah, dimana injeksi IM
dikontraindikasikan maka Tetagam diberikan subkutis
• Riwayat reaksi anafilaktoid atau respon sistemik berat terhadap imunosodium globulin
REKOMENDASI IMUNISASI
Berdasarkan Umur

Umur (thn) Riw. Vaksin Bersih, luka minor Luka lainnya

0-6 Tidak vaksin DPT/tidak diketahui DPT DPT


TIG
Vaksin lengkap Tidak indikasi Tidak indikasi

7-10 tidak lengkap DPT/tidak diketahui Tdap Tdap


TIG
Vaksin lengkap dan terakhir <5thn Tidak indikasi Tidak indikasi

Vaksin lengkap dan terakhir >5thn Tidak indikasi TT tp Td direkomendasikan


pd anak 10 thn
>11 <3 dosis TT Tdap Tdap
TIG
> 3 dosis TT dan terakhir <5thn Tidak indikasi Tidak indikasi

> 3 dosis TT dan terakhir >5thn Tidak indikasi Tdap

> 3 dosis TT dan terakhir >10thn Tdap Tdap atau Td


IA = imunisasi aktif dengan toksoid
Toks = Toksoid (vaksin serap tetanus)
ABT = antibiotik dosis tinggi untuk C. tetani
DEPARTEMEN BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

Terima Kasih!!
Tetanus Toxoid

Anda mungkin juga menyukai