Anda di halaman 1dari 24

EVALUASI

PELAKSANAAN
PEMILU 2019
CATATAN EVALUASI PELAKSANAAN
BERDASARKAN HASIL PENGAWASAN PEMILU 2019
• Pembentukan Dapil
• Pencalonan
• Data Pemilih
• Kampanye dan Dana Kampanye
• Logistik
• Pemungutan dan Penghitungan Suara
• Netralitas ASN, TNI dan Polri
PEMBENTUKAN DAPIL

Masih Terdapat Dapil yang terbentuk namun 1. Proporsionalitas Daerah Pemilihan


bertentangan dengan Prinsio Kohesivitas dan 2. Ketimpangan Nilai Kursi
Proporsionalitas 3. Harga Nilai Kursi

Kesinambungan 1. Tidak Berkesinambungan Karena Dob


2. Tidak Berkesinambungan Karena Dapil
Usulan Kpu
PENDAFTARAN PARTAI POLITIK
Perbendaan Penafsiran 1. Perbedaan Data Di SIPOL Dengan Sk Kemenkumham
2. Perbedaan Dasar Verifikasi Oleh Komisi Pemilihan Umum
3. Perbendaan Penghitungan Keterpenuhan Syarat 30 Persen
Perempuan.
4. SIPOL sebagai syarat wajib
Verifikasi Kenggotaan 1. Tidak dapat menghadirkan pengurus
2. Tidak dapat menunjukan KTA
3. Nama dan KTA berbeda
4. E-KTP anggota partai politik,
5. manipulasi SK Kepengurusan,
6. keanggotaan fiktif
7. kepengurusan partai politik ganda
Penggunaan SIPOL • Troubleshooting laman SIPOL di tengah proses
• Traffic uploading data SIPOL.;
• SIPOL tidak bisa mengidentifikasi dokumen ganda
• Tidak ada pemberitahuan (notifikasi) pada saat melakukan upload
dokumen SIPOL telah selesai.
• ditemukan perbedaan data untuk daerah pemekaran antara data
KPU dan Kemendagri, sehingga syarat minimum kepengurusan
tidak bisa terpenuhi dalam system
PENDAFTARAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF

Verifikasi Kantor Partai Politi 1. Tidak Ada Dokumen Kontrak/Pinjam


Pakai/Sewa Kantor
2. Kantor Tidak Sesuai Domisili
3. Surat Keterangan Domisili Tidak Sesuai
Dengan Data Sipol
Verifikasi Berkas Calon 1. Perbedaan Penafsiran Terkait Mantan
Narapidana
2. Ijazah Bermasalah
3. verifikasi pada dokumen kesehatan
TAHAPAN DAFTAR PEMILIH

Penyediaan Data Pemilih • Data Penduduk yang diserahkan oleh Kemendagri


Masih tidak maksimal diantaranya dikarenakan data
tidak diserahkan secara keselurhan kepada Bawaslu
pada termin;
• Data Pemilih Pemilu terakhir belum tersingkronisasi
secara baik untuk pemilih dengan kategori Pemilih
DPPh dan DPTb yang digunakan pada penyusunan
daftar pemilih pemilu 2019;
• Perekaman KTP Elektronik yang belum mencapai
angka diatas 50% untuk Daerah diwilayah timur;
• Tidak ada Forum untuk Polisi dan TNI untuk
menyampaikan data anggota yang masuk maupun
keluar dari keanggotaaan.
• Masih belum terintegrasinya system data pemilih dan
data kependudukan secara maksimal
Pemuktahiran dan Penyusunan Data dan Daftar • Pemilih terdaftar lebih dari 1 kali (pemilih ganda)
Pemilih • Pencatatan kelengkapan informasi pemilih (NKK,
NIK, Nama, jenis kelamin, tempat lahir, tanggal
lahir, status kawin maupun alamat)
• Pemilih dalam 1 tps jumlahnya tidak sesuai
(pemilih lebih dari 300 pemilih dalam 1 tps atau
pemilih dibawah 100 pemilih dalam 1 tps)
• Pemilih TMS (di bawah Umur, Pemilih Meninggal,
Tidak dikenal, TNI/POLRI, Hilang Ingatan,
Gangguan Jiwa)
• Permasalahan wilayah pemekaran
Penyusunan Datfar Pemilih Tambahan • Pindah Memilih dilakukan sejak DPT ditetapkan sampai
dengan 30 hari sebelum hari pemungutan suara (UU nomor
07 Tahun 2017 pasal 210 ayat 1) yang secara teknis susah
untuk memenuhi kebutuhan logistic Daftar Pemilih
Tambahan tersebut disediakan Surat Suara (UU No 07 pasal
350 ayat (3) karena pada hari H katiannya dengan
pendistribusian
• Pengawas Pemilu tidak memiliki akses untuk dapat
memastikan pemilih yang sudah pindah memilih dicoret
dari TPS Asal (UU NO 7 pasal 348 ayat 6) Surat suara
untuk pemilih DPTb berbasis pada Dapil sesuai alamat pada
KTP-el ( UU no 07 pasal 348 ayat 4)
Daftar Pemilih Khusus 1. Perlu peningkatan Kapasitas lebih dari satu kali
bimtek untuk KPPS dan PTPS dalam menafsirkan
syarat menngunakan hak pilih;
2. Masih terdapat kesalahan dalam mengkategorikan
Data Pemilih dengan Kategori DPK, DPTb serta
Pemilih yang tidak memenuhi syarat dalam
menggunakan hak pilihnya pada saat hari
Pemungutan suara.
KAMPANYE

• Fasilitasi APK Peserta Pemilu Terlambat


• Pengaturan regulasi yang jauh dikatakan maksimal. Hal tersebut terlihat terkait unsur citra diri dalam definisi Kampanye Pemilu di Undang-Undang 7 tahun 2017;
• Belum adanya aturan atau ketetapan mengenai standar nilai kewajaran dan kemahalan suatu daerah dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum;
• Belum adanya keputusan dari KPU terkait metode kampanye melalui iklan ( 24 Maret s.d 13 April 2019) ;
• Aturan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum yang sudah dilakukan perubahan sebanyak 3 (tiga) kali tentang Kampanye. Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2018 berubah menjadi
Peraturan KPU Nomor 28 Tahun 2018 dan berubah menjadi Peraturan KPU Nomor 33 Tahun 2018;
• Aturan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum yang sudah dilakukan perubahan sebanyak 3 (tiga) kali tentang Dana Kampanye. Perturan KPU Nomor 24 Tahun 2018 berubah menjadi
Peraturan KPU Nomor 29 tahun 2018 dan terakhir berubah menjadi Peraturan KPU Nomor 34 Tahun 2018;
• Regulasi untuk Pelaporan Dana Kampanye khususnya Laporan Awal Kampaye (LADK) dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum tidak diatur jelas, karena
terdapat perujukan pasal yang salah untuk sanksi terhadap pelaporan LADK tersebut;
• Terkait mekanisme Alat Peraga Kampanye dan Alat Peraga non Kampanye yang belum memiliki aturan jelas terkait jumlah, bentuk, ukuran dan teknis penertiban ketika dipasang di lokasi
yang dilarang;
• Perihal pengaturan mekanisme Kampanye di luar negeri. Dengan adanya penghapusan pasal 81 dalam PKPU Nomor 28 Tahun 2018, belum ada kejelasan pengaturan Kampanye dalam hal
metode Kampanye Pemilu apa yang bisa digunakan di luar negeri; dan
• Keterlambatan KPU dalam membuat APK yang difasilitasi menjadi berkurangnya teknis Kampanye Pemilu yang dilakukan oleh Peserta Pemilu. Hal ini sudah didorong oleh Bawaslu dalam
bentuk penyampaian surat dengan Nomor 1809/K.Bawaslu/PM.00.00/2018 perihal Fasilitasi Alat Peraga Kampanye Pemilu oleh KPU.
• Tidak adanya aturan yang menjelaskan tentang Citra Diri dalam definisi Kampanye Pemilu di Undang-Undang 7 Tahun 2017
• Belum adanya aturan atau ketetapan mengenai standar nilai kewajaran dan kemahalan suatu daerah dalam biaya Kampanye Pemilu
• Regulasi untuk Pelaporan Dana Kampanye khususnya Laporan Awal Kampaye (LADK) dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum tidak diatur
jelas, karena terdapat perujukan pasal yang salah untuk sanksi terhadap pelaporan LADK tersebut;
• Terkait mekanisme Alat Peraga Kampanye dan Alat Peraga non Kampanye yang belum memiliki aturan jelas terkait jumlah, bentuk, ukuran dan teknis penertiban ketika
dipasang di lokasi yang dilarang;
• Perihal pengaturan mekanisme Kampanye di luar negeri. Dengan adanya penghapusan pasal 81 dalam PKPU Nomor 28 Tahun 2018, belum ada kejelasan pengaturan
Kampanye dalam hal metode Kampanye Pemilu apa yang bisa digunakan di luar negeri; dan
• Keterlambatan KPU dalam membuat APK yang difasilitasi menjadi berkurangnya teknis Kampanye Pemilu yang dilakukan oleh Peserta Pemilu. Hal ini sudah didorong oleh
Bawaslu dalam bentuk penyampaian surat dengan Nomor 1809/K.Bawaslu/PM.00.00/2018 perihal Fasilitasi Alat Peraga Kampanye Pemilu oleh KPU.

• Maraknya APK yang dibuat oleh Peserta Pemilu sebelum masa Kampanye Pemilu dimulai
• Banyaknya Peserta Pemilu yang memasang APK tidak sesuai dengan ukuran dan penempatan lokasi
• Alokasi APK dalam bentuk billboard dan videotron terbatas penempatanny
LOGISTIK

Pengunaan Kota Suara Kardus Penggunaan Anggaran lebih efisien, diketahui


berdasarkan hasil rapat dengar pendapat yang
disampaikan KPU, namun disisilain ketahanan
kotak suara menjadi suatu permasalahan (kotak
suara rusak akibat hujan, kotak suara sobek
dibagian pengait dll)

Pengadaan Surat Suara Daftar Pemilih Yang fluktuatif dan sangat dinamis
membuat hitungan standar kebutuhan surat suara
tidak terorganir dengan maksimal yang
dampaknya pada keterlamabatan pendistribusian
ke TPS.
Kebutuhan surat suara di TPS Metode
penghitungan surat suara cadangan sangat
mempengaruhi jumlah surat suara yang dicetak
secara keseluruhan
Standar Kebutuhan Surat Suara dalam negeri
KENDALA PENGAWASAN LOGISTIK

Sumber Daya Pengawasan Bawaslu mengalami kendala dalam melakukan


pengawasan secara intensif dan melekat pada
proses mulai dari perencanaan dan proses lelang,
pencetakan, pendistribusian sehinga Bawaslu
hanya memfokuskan pengawasan pada sub
tahapan tertentu

Keterbukaan Informasi oleh Perusanaan Jajaran Pengawas Pemilu mengalami kendala


pencetakan untuk melakukan pengawasan pada pabrik
pencetakan surat suara dikarenakan pengamanan
dan sop perusahaan yang tidak mengijinkan
pengawas pemilu untuk dapat melakukan
pengawasan langsung jika tidak mendapatkan
surat dari Pokja KPU RI

Sumber Data & Keterbuakaan Informasi Bawaslu sering mengalami kendala data
EVALUASI PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN
SUARA
DALAM PEMILU TAHUN 2019
• EVALUASI PENGAWASAN MASA TENANG
• EVALUASI PENGAWASAN PENDISTRIBUSIAN FORMULIR C6
• EVALUASI PENGAWASAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN
SUARA DALAM PEMILU TAHUN 2019
• EVALUASI PENGAWASAN REKAPITULASI SUARA DALAM
PEMILU TAHUN 2019
EVALUASI PENGAWASAN
MASA TENANG
• Bahwa masih ditemukan Alat Peraga Kampanye Pada Masa Tenang
• Masih ditemukan kegiatan Kampanye pada Masa tenang
• Masih kurangnya aturan jelas terkait dengan Kerja Sama antara Penyelenggara Pemilu
dan SATPOL-PP khususnya kaitan dengan Anggaran Penurunan Alat Peraga Kampanye
• Kurangnya
EVALUASI PENGAWASAN
PENDISTRIBUSIAN FORMULIR C6

• Formulir C6 yang belum terdistribusi secara langsung kepada Pemilih;


• Kurangnya SDM pengawas Pemilu yang menyebabkan kurang optimalnya pengawasan
terhadap Pendistribusian Formulir C6
• Kurangnya kerja sama masyarakat, pemerintah dan penyelenggara Pemilu dalam hal ini
KPU dalam memberikan Informasi keberadaan Pemilih yang menyebabkan Pemilih sulit
untuk ditemui karena pindah, kuliah/sekolah, atau bekerja keluar Negeri;
EVALUASI PENGAWASAN PEMUNGUTAN
DAN PENGHITUNGAN SUARA
DALAM PEMILU TAHUN 2019

• Masih ditemukan TPS yang dibuka melewati pukul 07.00 waktu setempat
• Keterlambatan Logistik sampai pada TPS
• Terdapat Surat Suara yang tertukar dibeberapa daerah
• Surat Suara yang kurang akibat kurang akuratnya Daftar Pemilih Tetap, Daftar Pemilih Tambahan dan
Daftar Pemilih Khusus
• Terbatasnya Waktu bagi Petugas KPPS dan Pengawas TPS dalam melakukan persiapan pemungutan
Suara dibandingkan dengan proses pemungutan suara yang begitu Panjang dengan menggunakan 5
Surat suara, sehingga menyebabkan Petugas KPPS dan Pengawas TPS banyak yang mengalami
kelelahan dan menjadi korban
LANJUTAN

• Kurangnya Pemahaman KPPS terhadap perbedaan Pemilih DPTb dan Pemilih DPK
• Kurangnya sosialisasi terhadap Pemilih terkait dengan TPS Pemilih yang menyebabkan
banyak Pemilih yang tidak tahu dimana TPSnya
• Tidak adanya alamat yang jelas pada Formulir C6 terkait dengan pendirian TPS bagi Pemilih
• Kurangnya Pemehaman KPPS terhadap pengisian Formulir yang menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam mengisi Formulir;
• Adanya Petugas KPPS yang tidak memberikan Berita Acara Setifikat Hasil Pemilihan kepada
saksi dan juga pengawas Pemilu
EVALUASI PENGAWASAN REKAPITULASI SUARA
DALAM PEMILU TAHUN 2019

• Kurang cermatnya penyelenggara Pemilu yakni KPU dan jajarannya dalam melakukan
proses Rekapitulasi dan Hasil penghitungan Suara yang menyebabkan terjadinya
kesalahan yang dapat merugikan Peserta Pemilu;
• Keterbatasan Waktu dalam pelaksanaan Rekapitulasi Suara yang menyebabkan adanya
irisan Waktu pada tahapan berikutnya, menyebabkan Penyelenggara Pemilu kelelahan
dan kurang efektif dalam melaksanakan tugasnya
EVALUASI PENGUATAN PENGAWASAN
NETRALITAS ASN DALAM PEMILIHAN UMUM

• Pengawasan Netralitas ASN, terutama ASN di instansi pemerintah daerah, masih belum
begitu maksimal sehingga masih terjadi dugaan pelanggaran.
• Pengawasan penggunaan media sosial, terutama oleh ASN, masih belum bisa dilakukan
dengan maksimal;
• Pola penanganan pelanggaran yang cukup panjang dan tidak adanya perwakilan KASN di
daerah menjadikan tindaklanjut atas dugaan pelanggaran dan pemantauan tindaklanjut
rekomendasi pemberian sanksi atas dugaan pelanggaran menjadi kurang efektif.
EVALUASI PENGUATAN PENGAWASAN
NETRALITAS ASN DALAM PEMILIHAN UMUM

• Perlu adanya pelibatan perwakilan pemerintah daerah dan lembaga yang membidangi hal
komunikasi dan informatika dalam pengawasan netralitas ASN kedepannya agar pengawasan
dan penguatan netralitas dapat dilakukan semaksimal mungkin;
• Penyederhanaan pola penanganan dugaan pelanggaran dan pembentukan peraturan teknis
pemeriksaan penanganan dugaan pelanggaran netralitas sangat perlu untuk dilakukan guna
mengefektifkan waktu pemeriksaan dan rekomendasi pemberian sanksi serta tindaklanjutnya;
• Untuk mengefektifkan fungsi pencegahan, pengawasan dan penindakan perlu untuk dibentuk
Sentra Pengawasan dan Penegakkan Netralitas ASN di daerah dengan unsur – unsur yang
terdiri dari perwakilan Bawaslu Provinsi/Kab/Kota, Pemerintah Daerah, TNI dan Polri.
HAMBATAN DALAM PROSES PENINDAKAN
PELANGGARAN
• Multitafsir terhadap penanganan Pasal-Pasal Pidana Pemilu dengan dengan Pidana Umum.

• Multitafsir terkait dengan Pelaksanaan Peraturan KPU RI terkait dengan waktu pelaksanaan Tahapan dengan tenggang waktu dalam ketentuan penaganagan
pelanggaran Pemilu.

• Tidak tuntasnya ketentuan-ketentuan terkait dengan penyelesaiaan penanganan pelanggaran, semisal bagaimana tindaklanjut penanganan Tindak Pidana Pemilu jika
terjadi Daluarsa di tingkat penyidikan atau penuntutan.

• Masih adanya kekosongan aturan hukum terkait dengan kejadian-kejadian dilapangan, seperti halnya proses pelaksananaan sistem noken yang berbeda di masing-
masing daerah yang berbeda-beda dan pola penindakan pelanggaran terkait dengan pelaksanaan sistem Noken yang berbeda dari ketentuan.

• Hambatan atau kendala pada pelaksanaan tindaklajut Putusan atau rekomendasi serta penerusan yang telah diterbitkan oleh Pengawas pemilu sering terjadi.
Tindaklanjut atas penangangan dugaan palnggaran yang dilaksanakan oleh pengawas Pemilu telah dilaksanakan namun tidak langsung ditindaklanjuti oleh intansi-
intansi yang berwenangsesuai dengan rekomendasi atau penerusan.

• Dari sisi anggaran juga kerap menjadi Pisau bermata dua, disisi lain penindakan pelanggaran merupakan tugas pokok Bawaslu dalam proses pengawasan Pemilu tetapi
pelaksanaan tersebut kurang didukung oleh anggaran yang memadai. Contohnya: proses penyelidikan, Penyidikan, dan penuntutan dari Sentra Gakkumdu yang sering
diminta bekerja secara optimal namun tidak didukung oleh penganggaran yang jelas apalagi dalam Sentra Gakkumdu ada Instansi lain yaitu Kepolisian dan Kejaksaan
yang juga menjadi unsur penggerak didalamnya.
EVALUASI PENINDAKAN PELANGGARAN

• Terhadap hambatan hambatan tersebut maka disampaikan beberapa rekomendasi:


• Rekomendasi terkait dengan regulasi yaitu dengan menyempurnaan Undang-Undang Kepemiluan terutama tentang teknis
penindakan pelanggaran Pemilu, kekosongan hukum dibuatkan regulasi yang sesuai dengan meminta masukan dari masing-
masing daerah di Indonesia sebab masing-masing daerah memiliki keunikannya masing-masing.
• sosialisasi kepada masyarakat agar regulasi yang telah dibuat dapat diketahui dan dijalankan sesuai dengan aturan-aturan yang
berlaku demi terciptanya kedaulatan Rakyat sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.
• Demi terciptanya Pemilu yang demokratis diperlukan Penindakan Pelanggaran Pemilu yang sehat untuk itu direkomendasikan
agar terdapat anggaran khusus penindakan pelanggaran per- Kasus agar proses penindakan berjalan optimal. Selain itu
dibutuhkan sarana dan prasana untuk mendukung pelaksanaan penindakan pelanggaran sesuai dengan standar peradilan.
• Diperlukan satu konsep regulasi Penindakan Pelanggaran Pemilu yang membuat Pengawas Pemilu menjadi eksekutor akhir
agar tidak ada rekomendasi atau penerusan laporan yang tidak dtindaklanjuti.
SENGKETA

• Perlu dilakukan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, khusus yang berkaitan dengan desain penegakan hukum
penyelesaian sengketa proses Pemilu yang terjadi antarPeserta Pemilu. Sebab, konstruksi norma dalam Pasal 466 s.d. Pasal 469 mengandung sejumlah
kelemahan, antara lain: (1) Konstruksi ruang lingkup penyelesaian sengketa antar Peserta Pemilu pada Pasal 466 yang mengaitkan objek sengketa
proses Pemilu sebagai akibat diterbitkannya Keputusan Penyelenggara Pemilu. Dengan konstruksi demikian, esensi sengketa antarPeserta menjadi
tidak relevan karena yang mengeluarkan objek sengketa adalah Penyelenggara Pemilu tetapi yang disengketakan adalah Peserta Pemilu; dan (2)
Mekanisme penyelesaian sengketa antarPeserta Pemilu memiliki karakteristik yang berbeda dengan sengketa antara Peserta Pemilu dengan
Penyelenggara Pemilu sehingga perlu pangaturan mekanisme penyelesaian yang berbeda.

• Diperlukan penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengawas Pemilu, terutama SDM Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota dalam
melaksanakan kewenangan penyelesaian sengketa sebagaimana yang telah diatribusikan oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

• Diperlukan pemantapan dukungan kesekretariatan untuk menunjang kewenangan penyelesaian sengketa proses Pemilu yang dilakukan oleh Pengawas
Pemilu di setiap tingkatan baik Pejabat Struktural, Tenaga Ahli/Tim Asistensi, dan Petugas Penerima melalui penguatan kualitas dan kuantitas SDM
kesekretariatan secara proporsional.

• Diperlukan pemantapan dukungan sarana dan prasarana untuk melaksanakan kewenangan penyelesaian sengketa proses Pemilu, salah satunya ruang
sidang adjudikasi yang sesuai dengan standar teknis yang telah ditetapkan.

• Diperlukan penyamaan persepsi antara Bawaslu dengan Mahkamah Agung terkait upaya hukum penyelesaian sengketa proses Pemilu yang dilakukan
oleh Pengadilan Tata Usaha Negara agar dapat memberikan pemenuhan akses penyelesaian sengketa proses Pemilu bagi pencari keadilan
(justiciabelen) Pemilu

Anda mungkin juga menyukai