Sosiologi 8
Sosiologi 8
PENGERTIAN
Teori interksionisme simbolik (symbolic interactionism) diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead
tahun (1863 – 1931).
Mead kemudian menulis buku berjudul Mind, Self, and Society yang membuat teori interaksionisme simbolik dikenal
luas dikalangan intelektual Amerika dan Eropa.
Teori ini memiliki akar keterkaitan dari pemikiran Max Weber yang mengatakan bahwa tindakan sosial yang dilakukan
oleh individu didorong oleh hasil pemaknaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Makna sosial diperoleh melalui
proses interpretasi dan komunikasi terhadap simbol-simbol di sekitarnya.
Teori interaksi simbolik berangkat dari pemikiran bahwa realitas sosial merupakan sebuah proses yang dinamis. Individu-
individu berinteraksi melalui simbol, yang maknanya dihasilkan dari proses negosiasi yang terus-menerus oleh mereka
yang terlibat dengan kepentingan masing-masing.
Melalui simbol, individu-individu memberi arti, menciptakan, dan mengubah objek di dalam interaksi. Simbol sosial
tersebut dapat mewujud dalam bentuk objek fisik, bahasa, serta tindakan.
Adat
Bahasa Simbol adalah objek
Internalisasi sosial yang muncul
Norma dari hasil kesepakatan
bersama dari
INDIVIDU MASYARAKAT individu-individu
yang
menggunakannya.
Simbol Interaksi
PROSES INTERNALISASI SIMBOL
Perkembangan tersebut dilakukan melalui proses sosialisasi, mulai dari masa kanak-kanak hingga menjadi
dewasa.
Proses tersebut memungkinkan individu memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat
obyek yang berada di luar dirinya.
Konsep tersebut disebut sebagai looking-glass self. Artinya, diri individu bisa membayangkan bagaimana ia
seharusnya tampil di hadapan orang lain; ia juga dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap
penampilannya; dan ia dapat mengembangkan perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan diri individu
terhadap perasaan oran lain.
ASUMSI DASAR INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Teori interaksionisme simbolik menganalisis masyarakat berdasarkan makna subjektif yang diciptakan individu
sebagai basis perilaku dan tindakan sosialnya. Individu diasumsikan bertindak lebih berdasarkan apa yang
diyakininya, bukan berdasar pada apa yang secara objektif benar. Apa yang diyakini benar merupakan produk
konstruksi sosial yang telah diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang spesifik. Hasil interpretasi ini
disebut sebagai definisi situasi.
Mead memberi kontribusi untuk menjelaskan operasionalisasi teori ini melalui pembedaan istilah ”I” (aku-subjek)
dan ”me” (aku-objek). ”Aku-subjek”, menurutnya adalah diri yang aktif berpikir, bernapas, dan berperilaku dalam
masyarakat. Sedangkan ”aku-objek” merupakan diri sebagai hasil interpretasi tentang apa yang dipikirkan orang
lain tentang ”aku-subjek”. Ketika kita bertindak berdasarkan apa yang dipikirkan orang lain tentang kita, maka
”aku-subjek” telah berganti ”aku-objek”,
PROSES BAGAIMANA INDIVIDU BERPERAN PENTING DALAM
MENAFSIRKAN DUNIANYA
Individu