Anda di halaman 1dari 33

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DEARAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PELAKSANAAN 8 (DELAPAN) AKSI


KONVERGENSI PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
AKSI 1 : ANALISIS SITUASI
(KEBUTUHAN DATA DAN TINDAKAN YANG DIPERLUKAN)

Disajikan pada Bimtek Kotatif Jakarta Pusat tanggal 26 Mei 2023


01
LATAR BELAKANG

2
ARAHAN PRESIDEN
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING TAHUN 2023

Manfaatkan teknologi untuk melakukan pendataan by name by address


1
sehingga tepat penanganannya.

2 Sediakan alat ukur (USG, timbangan, pengukur tinggi badan) di seluruh


puskesmas.

3 Perhatikan aspek lingkungan (air bersih, sanitasi, rumah sehat).

Sediakan protein (telur, ikan, susu) untuk ibu hamil dan


4 bayi. ‘’Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi
badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti
Berikan penyuluhan tentang pra-nikah, pra-hamil, dan rendahnya kemampuan anak untuk belajar,
5 saat hamil. keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya
penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh
Lakukan sinergi antara Kementerian dan Lembaga,
6 anak. Oleh sebab itu, target yang saya sampaikan 14%
Pemda, nakes, TNI-Polri, dan swasta.
di tahun 2024 ini harus kita capai. Saya yakin dengan
kekuatan kita bersama, semuanya bergerak, angka itu
Disampaikan pada saat Rakernas Program Pembangunan Keluarga, bukan angka yang sulit untuk di capai asal semuanya
Kependudukan, dan Keluarga Berencana Serta Percepatan Penurunan saling bekerja bersama-sama.’’
Stunting Tahun 2023.
Rabu, 25 Januari 2023
3
TARGET PENURUNAN STUNTING DALAM RPJMN 2020-2024

Penurunan Prevalensi Balita Stunting (%), 2013-2024


21,6% Balita di Indonesia 37,2

Target
mengalami Stunting (SSGI, 2022) 30,8 penurunan
27,67 stunting 2024
24,4
4,1%
21,6
17,5 3,5%
 Prevalensi Stunting Nasional Tahun 2022 21,6% 14
Target RKP 2023 Target RPJMN
(4.558.899 jumlah anak stunting)
 Target penurunan stunting di tahun 2023 (RKP) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
sebesar 17,5%. Sehingga penurunan dari tahun
2022 ke tahun 2023 sebesar 4,1%. Benchmark Tren % Penurunan Stunting di Negara Lain*
 Target penurunan stunting di tahun 2024
2%/tahun (2005-2015) 0,8%/tahun (2000-2015)
(RPJMN) sebesar 14%. Sehingga penurunan dari
Peru Vietnam *World Bank (2017)
tahun 2023 ke tahun 2024 sebesar 3,5%.
 Rata-rata percepatan penurunan stunting untuk
mencapai target RPJMN sebesar 3,8% per tahun

Sumber : Diolah dari Riskesdas 2018, SSGI 2019, SSGI 2021 4


10
20
30
40

0
16 - SUMATERA SELATAN
24.8

-6.2
18.6
63 - KALIMANTAN SELATAN
30
24.6
65 - KALIMANTAN UTARA
27.5
22.1
14 - RIAU
22.3
17
75 - GORONTALO
29
23.8
25.8
SSGI 2021

12 - SUMATERA UTARA
21.1
36 - BANTEN
24.5
-5.4 -5.4 -5.3 -5.2 -4.7 -4.5

3. Kalimantan Utara: 5,4%


20

1. Sumatera Selatan : 6,2%


22.4

2. Kalimantan Selatan : 5,4%


15 - JAMBI
18
32 - JAWA BARAT
24.5
20.2
35 - JAWA TIMUR
23.5
-4.4 -4.3 -4.3

19.2
SSGI 2022

18 - LAMPUNG
18.5
15.2
51 - BALI
10.9
8

Penurunan Prevalensi Tertinggi


(Delta SSGI 2022 – SSGI 2021)
00 - INDONESIA
24.4
21.6
DELTA

81 - MALUKU
28.7
26.1

Sumber Data : Prevalensi stunting SSGI tahun 2021 - SSGI tahun 2022
53 - NUSA TENGGARA TIMUR
37.8
35.3
74 - SULAWESI TENGGARA
30.2
-3.3 -2.9 -2.8 -2.6 -2.5 -2.5

27.7
17 - BENGKULU
22.1
19.8
21 - KEPULAUAN RIAU
17.6
15.4
33.2
-2.3 -2.2 -2

11 - ACEH
31.2
16.8
-2

31 - DKI JAKARTA
14.8
61 - KALIMANTAN BARAT
29.8
27.8
72 - SULAWESI TENGAH
29.7
28.2
82 - MALUKU UTARA
27.5
26.1001
-2 -1.5-1.3999

71 - SULAWESI UTARA
21.6
20.5
PREVALENSI STUNTING 2021 - 2022

-1.1 -

34 - DI YOGYAKARTA
17.3
DAN DELTA SSGI 2021 - SSGI 2022 (%)

16.4
27.4
2. Sulawesi Barat : 1,2%

62 - KALIMANTAN TENGAH
-0.5

26.9
1. Kalimantan Timur : 1,1%
0.900000000000002
-

73 - SULAWESI SELATAN
27.4
27.2
3. Nusa Tenggara Barat : 1,3%
-

19 - KEPULAUAN BANGKA BELITUNG


18.6
18.5
0.199999999999999
-

20.9
9

33 - JAWA TENGAH
20.8
0.100000000000001

64 - KALIMANTAN TIMUR
22.8
23.9
Peningkatan Prevalensi
0.099999999999997

76 - SULAWESI BARAT
33.8
35
(Delta SSGI 2022 – SSGI 2021)

52 - NUSA TENGGARA BARAT


31.4
1.1 1.2 1.3

32.7
13 - SUMATERA BARAT
23.3
1.9

6. Papua : 5,1%

25.2
5

91 - PAPUA BARAT
26.2
3.8

30
29.5
5. Papua Barat : 3,8%

94 - PAPUA
34.6
0
2
5.1 4
6

4. Sumatera Barat : 1,9%


-8
-6
-4
-2
02
DUKUNGAN KEMENDAGRI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING

6
PERAN KEMENDAGRI DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NO 72 TAHUN 2021 TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Tercantum dalam Pilar 1, Pilar 3 dan Pilar 5, (Ditetapkan 5 Agustus 2021)
1. Mendorong Pemerintah Provinsi menetapkan dan memperkuat
Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi
melalui Surat Keputusan Gubernur, dengan melibatkan Perangkat
Daerah, para pemangku kepentingan termasuk TP-PKK;
2. Mendorong Pemerintah Provinsi menyusun program dan
kegiatan di 38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota untuk
mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan
stunting dalam dokumen perencanaan daerah (RPJPD, RPJMD,
RAD Pangan dan Gizi) ;
3. Mendorong Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota menyediakan dan meningkatkan alokasi APBD
untuk mendukung program/kegiatan intervesi gizi spesifik dan gizi
sensitif;
4. Memfasilitasi Pemerintah Provinsi untuk melakukan Penilaian
Kinerja (PK) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;

• RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


5. Melakukan penyusunan dan penetapan sistem penghargaan
• RAD : Rencana Aksi Daerah bagi Pemerintah Daerah dalam Percepatan Penurunan Stunting.
• TP-PKK: Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
• APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
7
DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
1 Permendagri 59 Tahun 2021 Tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

Permendagri 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan dan Pembangunan
2
dan Keuangan Daerah;
Kepmendagri 050-5889 Tahun 2021 Tentang Hasil Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah;

3 Permendagri 81 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun
2023;
Permendagri 84 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
4
Tahun 2023;
Kesepakatan Bersama Antara Mendagri, Menkes, Kepala BKKBN dan Kepala BPKP Nomor 441.1/5234.A/SJ,
5 Nomor HK.02.01/Menkes/6434/2021, Nomor 31/KSM/G2/2021, Nomor MoU/D3/2021 tanggal 27 September 2021
Tentang Percepatan Penurunan Stunting di Daerah;
6 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/4890/SJ 24 Agustus 2022 tentang Percepatan Penurunan
Stunting di Daerah.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400.5/8476/SJ 27 November 2022 tentang Hasil Pemetaan Program,
7 Kegiatan dan Sub Kegiatan yang Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Daerah Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021
Surat Edaran Dirjen Bina Bangda Kemendagri Nomor 440.5.7/4190/Bangda tanggal 1 Maret 2023 tentang
8 Pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Daerah
8
03
8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING

9
KERANGKA PIKIR IMPLEMENTASI 8 AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI DAERAH
INTERMEDIATE
STRATEGI INTERVENSI OUTPUT DAMPAK
OUTCOME

Pilar 1 PENINGKATAN 1. PERLUASAN SASARAN


PRIORITAS TERINTEGRASI
Komitmen dan Visi DUKUNGAN ANGGARAN 2. FOKUS PADA INDIKATOR-
Kepemimpinan
8 AKSI KONVERGENSI DAERAH DAN DESA INDIKATOR LAMPIRAN
PERPRES 72/2021 DAN RAN
Pilar 2 DAERAH PASTI
Komunikasi ADANYA REGULASI 3. PEMBINAAN KELEMBAGAAN
TPPS DAN KADER
Perubahan Perilaku Integrasi percepatan penurunan DAERAH YANG RELEVAN DESA/KELURAHAN (TPK, KPM,
dan Pemberdayaan
Masyarakat stunting secara sistematis dan TP PKK, DLL)
berkelanjutan 4. PENGUATAN REGULASI
PENINGKATAN SISTEM DAERAH TERMASUK PERAN
Pilar 3 DATA, PUBLIKASI DAN DESA/KELURAHAN
Konvergensi PELAPORAN 5. PENGUATAN PENGELOLAAN
Intervensi Spesifik KONVERGENSI LAYANAN DATA STUNTING DAERAH
dan Sensitif
TINGKAT KELUARGA PERBAIKAN KUALITAS
6. PENINGKATAN PUBLIKASI
DATA STUNTING SEBAGAI
Pilar 4 LAYANAN SPESIFIK DAN STRATEGI KOMUNIKASI
Ketahanan Pangan
Pemenuhan akses dan kualitas layanan SENSITIF PERUBAHAN PERILAKU
dan Gizi bagi seluruh sasaran prioritas stunting 7. INTEGRASI PERENCANAAN
DAN PEMBANGUNAN DAERAH
PENINGKATAN CAKUPAN 8. OPTIMALISASI SISTEM DATA
Pilar 5 DAN PELAPORAN
Sistem, Data,
INTERVENSI BAGI SETIAP
Informasi, Riset dan SASARAN PRIORITAS
Inovasi
10
KERANGKA KONSEPTUAL 8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Stunting : Sinyal bahwa ada


masalah dalam manajemen 8 (Delapan) Aksi Konvergensi:
penyelenggaraan pelayanan Instrument dalam bentuk
dasar, sehingga pelayanan untuk kegiatan Pemerintah
mencegah dan menurunkan Kabupaten/Kota untuk
prevalensi stunting belum
memperbaiki manajemen
tersedia dalam skala dan kualitas
yang memadai, serta tidak penyelenggaraan pelayanan
sampai secara lengkap pada dasar agar lebih terpadu dan
kelompok sasaran prioritas, yaitu tepat sasaran.
Remaja, Calon Pengantin, Ibu
Menyusui, Ibu Hamil, dan Anak
usia 0 – 59 Bulan.

Kemendagri memberikan Capacity Building kepada pemerintah provinsi


untuk bisa membina dan mengawasi Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
8 (Delapan) Aksi Konvergensi dan Penilaian Kinerja
11
KETERKAITAN ANTAR 8 AKSI DAN SASARAN ANTARA AKSI
KONVERGENSI

Rancangan Proses RKPD &


Rekomendasi Lokus dan Aksi #2: Rencana Kegiatan Aksi # 3:
Kegiatan Prioritas APBD
Penyusunan Rembuk
Rencana Kegiatan Stunting
Komitmen &
Kesepakatan
Masukan untuk
Rencana
Kegiatan PerBup/Perwali

pelaksanaan VS hasil
Acuan pemantauan
Kegiatan Perbaikan

Penyebab Stunting
Kesenjangan
Aksi #4: Peraturan

Sistem Data
Data

Sebaran &
Aksi #1 Bupati/Walikota
Percepatan
Analisis Situasi
Penurunan
Stunting
Cakupan & Keterpaduan Intervensi Gizi
pada Rumah Tangga 1000 HPK

Data &
Cakupan Intervensi
Data Stunting &

Sebaran Stunting
Aksi # 6: Sistem Aksi # 7:
Manajemen Data Pengukuran &
Stunting Publikasi Stunting

Peran & Tugas


Pembinaan Pelaku Dan
Pemerintahan Desa/
Perkembangan kasus stunting Kelurahan
Aksi # 8: Aksi #5: Pembinaan
Reviu Kinerja Pelaku Dan
Tahunan Pemerintahan Desa/
Cakupan RT 1000 HPK yg Mendapat Kelurahan
Intervensi Gizi secara Lengkap
12
04
AKSI 1 ANALISIS SITUASI

13
DEFINISI
Proses untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota yaitu sebaran
keluarga berisiko stunting, situasi ketersediaan program, dan praktik manajemen layanan. Analisis Situasi
dilakukan untuk mengenali permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif pada kelompok
sasaran. Hasil Analisis Situasi merupakan dasar perumusan rekomendasi kegiatan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan integrasi intervensi gizi bagi kelompok sasaran.

Sasaran prioritas percepatan penurunan stunting meliputi 5 (lima)


kelompok :

Remaja Calon Ibu Hamil Ibu Anak berusia 0 (nol) –


Pengantin Menyusui 59 (lima puluh
sembilan) bulan

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 14


TUJUAN
Untuk membantu pemerintah kabupaten/kota dalam menentukan program/kegiatan yang diprioritaskan
alokasinya dan menentukan upaya perbaikan manajemen layanan untuk meningkatkan akses 5 (lima)
kelompok sasaran terhadap intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

Analisis Situasi diharapkan dapat memberikan informasi untuk membuat keputusan strategis dalam hal:
a. Memprioritaskan alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi peningkatan cakupan layanan intervensi gizi
terintegrasi;
b. Memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses 5 (lima) kelompok sasaran terhadap
intervensi gizi terintegrasi;
c. Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data dalam membuat usulan keputusan alokasi program dan lokasi
prioritas stunting; dan
d. Menentukan kegiatan penguatan dan pemberdayaan pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan dalam meningkatkan
integrasi layanan.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 15


HASIL YANG DIHARAPKAN

1. Rekomendasi desa/kelurahan prioritas percepatan penurunan stunting yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota pada setiap tahunnya;
2. Rekomendasi tindakan perbaikan layanan yang perlu ditingkatkan kualitas pelaksanaannya dan diprioritaskan
melalui dokumen perencanaan dan penganggaran daerah dan desa;
3. Rekomendasi peningkatan ketersediaan, kualitas serta aksesibilitas data stunting dan cakupan layanan dari
lintas OPD terkait; dan
4. Rekomendasi kebutuhan penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam sinkronisasi
program/kegiatan maupun koordinasi antara kabupaten/kota dan desa/kelurahan dengan dukungan kecamatan

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 16


RUANG LINGKUP PENANGGUNG JAWAB

Penanggung jawab pelaksanaan Analisis Situasi adalah Bappeda.


Dalam pelaksanaannya, Bappeda melibatkan OPD-OPD (termasuk
1. Analisis sebaran prevalensi stunting dan keluarga berisiko stunting kecamatan) yang bertanggung jawab dalam kegiatan intervensi
dalam wilayah kabupaten/kota; gizi spesifik dan sensitif di bawah koordinasi Tim Percepatan
2. Analisis kesenjangan cakupan layanan intervensi prioritas yang Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten/Kota. Dalam
berhubungan dengan prevalensi stunting dan keluarga berisiko melaksanakan Analisis Situasi, Tim juga dapat melibatkan
stunting; pemangku kepentingan lain sesuai kebutuhan.
3. Analisis ketersediaan program/kegiatan dan pembiayaan intervensi
gizi spesifik dan sensitif di wilayah kabupaten/kota berbasis
indikator yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun
2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting; JADWAL
4. Analisis permasalahan dalam menentukan target layanan kepada 5  Analisis Situasi dilakukan pada awal tahun berjalan agar hasilnya
(lima) kelompok sasaran, termasuk permasalahan perilaku; dapat menjadi bahan persiapan perencanaan dan penganggaran
daerah, terutama sebagai masukan atas rencana kerja OPD. Bahan
5. Analisis tantangan akses 5 (lima) kelompok sasaran dalam
memanfaatkan layanan; dan data Analisis Situasi berbasis data stunting dan capaian program
intervensi spesifik dan sensitif tahun sebelumnya yang dapat digali
6. Analisis kondisi koordinasi antar Lembaga dalam meningkatkan sebelum bulan Januari.
integrasi intervensi bagi 5 (lima) kelompok sasaran

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 17


TAHAP PELAKSANAAN

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 18


PEMETAAN PROGRAM

DEFINISI

Untuk memperkuat peninjauan atau hasil analisis sebelumnya perlu dilakukan pemetaan program/kegiatan dan pembiayaan
yang mendukung penurunan stunting dalam APBD tahun berjalan yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini, pemetaan
program dilakukan melalui penandaan sub-sub kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) APBD yang
mendukung penurunan stunting, lalu disingkronkan dengan kode program/kegiatan sesuai Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri. Untuk itu maka pemetaan program dapat dilakukan sebelum bulan Januari sejak APBD ditetapkan.

Hasil pemetaan program dapat menunjang pelaksanaan Aksi 1 dan 2 :


a. Memprioritaskan alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi peningkatan cakupan layanan intervensi gizi
terintegrasi;
b. Memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses 5 (lima) kelompok sasaran terhadap intervensi
gizi terintegrasi;
c. Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data dalam membuat usulan keputusan alokasi program dan lokasi prioritas
stunting; dan
d. Menentukan kegiatan penguatan dan pemberdayaan pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan dalam meningkatkan integrasi
layanan.
DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 19
KETERKAITAN DATA DALAM PROSES ANALISIS
SITUASI

Keluarga

Berisiko

Stunting

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 20


Analisis Situasi khusus pada wilayah tertentu dilakukan jika ada satu
atau lebih dari hal-hal berikut ini ditemukan:

1. Terdapat wilayah dengan prevalensi stunting atau jumlah kasus stunting secara signifikan
berada di atas rata-rata. Rata-rata yang digunakan adalah rata-rata seluruh desa/kelurahan
atau rata-rata seluruh kecamatan atau rata-rata seluruh wilayah layanan Puskesmas di
kabupaten/kota tersebut;
2. Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi prioritas yang relatif lengkap,
cakupan layanan relatif memadai, namun prevalensi stunting relatif masih tinggi; dan
3. Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi spesifik dan sensitif yang
bermasalah, cakupan layanan relatif rendah, meskipun prevelansi stuntingnya rendah.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 21


KEBUTUHAN DATA DAN TINDAKAN YANG DIPERLUKAN

1. Jika data ideal belum tersedia, Tim pelaksana Analisis Situasi tetap dapat memanfaatkan data- data berikut:
 Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita (usia 0-59 bulan) pada 3-6 bulan terakhir
 Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita pada satu tahun terakhir
 Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita per wilayah Puskesmas
2. Jika data stunting sama sekali belum tersedia, tim menggunakan beberapa indikator untuk mendeteksi kecamatan atau
desa/kelurahan berisiko:
 Jumlah kasus atau prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
 Jumlah kasus atau prevalensi Bumil Kekurangan Energi Kronis (KEK)
3. Jika data pada indikator-indikator di atas belum tersedia, tim memfasilitasi diskusi dengan seluruh Puskesmas untuk
memperoleh gambaran situasi stunting di kecamatan dan desa/kelurahan yang termasuk wilayah layanan Puskesmas masing-
masing.
4. Jika data prevalensi stunting hanya tersedia pada tingkat Puskesmas, hal ini menjadi catatan bagi penanggung jawab
pelaksanaan Analisis Situasi untuk mengkomunikasikan kepada penanggung jawab Aksi 6 (Manajemen Data) untuk
memprioritaskan penyediaan data yang lebih rinci di tingkat desa/kelurahan.
5. Jika data prevalensi stunting belum tersedia pada tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan memasukkan Pengukuran Data stunting
(Aksi Konvergensi 7) sebagai rencana aksi Dinas Kesehatan.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 22


KRITERIA SELEKSI DAN PENENTUAN DESA/KELURAHAN
LOKASI PRIORITAS STUNTING

Kriteria utama yang digunakan untuk


menetapkan desa/kelurahan lokasi
prioritas sekurang-kurangnya
meliputi:
 Memiliki prevalensi stunting
melebihi rata-rata;
 Memiliki jumlah kasus stunting Berdasarkan kriteria tersebut, urutan prioritas
desa/kelurahan lokasi prioritas
melebihi rata-rata; mempertimbangkan:
 Memiliki jumlah keluarga berisiko  Jumlah indikator utama dengan cakupan intervensi
stunting melebihi rata-rata; gizi tergolong kurang;
 Memiliki lebih dari 50% indikator  Jumlah kasus stunting;
utama menunjukkan cakupan
 Prevalensi stunting;
intervensi gizi tergolong kurang
meskipun prevelensi stunting rendah.  Jumlah keluarga berisiko stunting.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 23


FORM MASTER ANSIT

Petunjuk Pengisian Form Master Analisis Situasi


1. Form ini diisi sebelum pelaksanaan Aksi 1 dengan basis data tahun sebelumnya dengan isian data per desa/kelurahan;
2. Daftar nama kecamatan, desa/kelurahan dan kecamatan diisi dengan urutan sebagaimana kode desa/kelurahan dari Kemendagri;
3. Format bantu bahan Master Ansit dipisah antara data sasaran dan data cakupan layanan;
4. Data sasaran terdiri dari 2 unsur: 1) keluarga berisiko stunting, dan data stunting yang terdiri dari: 1) jumlah kasus stunting, dan 2) data prevalensi stunting;
5. Data cakupan layanan berdasarkan 29 indikator esensial sebagai implementasi Perpres 72/2021. Diisi dengan persentase 0% sampai maksimal 100%;
6. Data keluarga berisiko stunting berdasarkan data hasil Pendataan Keluarga yang dikeluarkan oleh BKKBN;
7. Data jumlah kasus dan prevalensi stunting berdasarkan data hasil bulan timbang yang telah diuplod pada ePPGBM;
8. Definisi operasional setiap indikator cakupan layanan dapat dilihat pada Fornat Kode Nomenklatur Program/Kegiatan.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 24


PEMETAAN PROGRAM

Petunjuk Pengisian Form Pemetaan Program


1. Form ini diisi beriringan dengan pelaksanaan Aksi 1, dengan basis data APBD tahun berjalan.
2. Target penyelesaian pengisian format ini diharapkan seiring dengan pengisian Master Ansit.
3. Indikator cakupan layanan yang diisi sesuai dengan urutan pada Form Kode Nomenklatur Program/Kegiatan, sebanyak 29 indikator data esensial dan 35 data supply.
4. Daftar 64 indikator harus dimasukkan dalam kolom indikator agar tergambar indikator apa saja yang dapat dan belum dapat dipetakan ketersediaan program/kegiatan yang relevan.
5. Kolom kode sub kegiatan, nomenklatur sub kegiatan, kinerja, idikator dan satuan mengikuti kesesuaian setiap indikator dalam Form Kode Nomenklatur Program/Kegiatan.
6. Uraian sub kegiatan sesuai RKA diisi berbasis sub kegiatan dalam APBD tahun berjalan yang paling relevan terhadap indikator yang dimaksud.
7. Kolom target keluaran, satuan, lokasi, anggaran, sumber dana dan pelaksana diisi sesuai data sub kegiatan dalam RKA APBD tahun berjalan yang sudah diisi sebelumnya.
8. Kolom anggaran diisi dengan nominal jutaan (x Rp. 000.000).
9. Kolom sumber dana diisi dengan keterangan sumber-sumber APBD yang berupaya DBH, DAU, DAK dan APBD Murni.

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 25


FORM AKSI 1 ANALISIS SITUASI

FORM 1.1 REKOMENDASI DAFTAR LOKASI PRIORITAS

FORM 1.2 IDENTIFIKASI PROGRAM/KEGIATAN FORM 1.3 IDENTIFIKASI KENDALA/MASALAH DAN


REKOMENDASI INTERVENSI

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 26


CONTOH BAHAN INPUT KODE NOMENKLATUR
PROGRAM/KEGIATAN

DITJEN BINA BANGDA KEMENDAGRI 27


05
STATUS DATA 8 AKSI KONVERGENSI
PROVINSI DKI JAKARTA DAN KOTATIF JAKARTA
PUSAT

28
PREVALENSI STUNTING PROVINSI DKI. JAKARTA

SSGI 2021 SSGI 2022 DELTA


-5.7% -3.8% -2.4% -2.0% -1.9% 1.0% 1.2%
25.0% 100%
90%
20.4% 20.5%
19.7% 19.3%
20.0% 18.5% 80%
17.6%
16.8% 70%
15.7% 15.2% 14.8% 14.4%
15.0% 14.0% 13.4% 60%
11.9% 50%
10.0% 40%
30%
5.0% 20%
10%
0.0% 0%
Kota Adm. Kota Adm. Kota Adm. DKI JAKARTA Kota Adm. Kota Adm. Kab. Adm. Kep.
Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Timur Seribu

Penurunan Prevalensi Peningkatan Prevalensi


(Delta SSGI 2022 – SSGI 2021) (Delta SSGI 2022 – SSGI 2021)
1. Kota Adm. Jakarta Pusat 5,7% 1. Kota Adm. Jakarta Timur 1%
2. Kota Adm. Jakarta Selatan 3,8% 2. Kab. Adm. Kep. Seribu 1,2%
3. Kota Adm. Jakarta Barat 2,4%
4. Kota Adm. Jakarta Utara 1,9%

Sumber Data : Prevalensi stunting SSGI tahun 2021 - SSGI tahun 2022 29
PROGRESS 8 AKSI KONVERGENSI
PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2022

AKSI 1 AKSI 2 AKSI 3 AKSI 4 AKSI 5 AKSI 6 AKSI 7 AKSI 8


0%

75% 100% 100% 100% 100% 100%

100% 100% 100% 100% 100%


100%

100% 100% 100% 100% 100%

100%
100% 100% 100% 100% 100%

100% 100% 100% 100% 100%


100%

100% 100% 100% 100% 100%


75%
100% 100% 100% 100% 100%

100%
100% 100% 100% 100% 100%

Kepulauan Seribu Kota Jakarta Selatan Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Barat Kota Jakarta Utara

Sumber Data : Web aksi bangda April 2023 30


STATUS 8 AKSI KONVERGENSI DI JAKARTA BARAT

2022 2023

100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

75%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Aksi 1 Aksi 2 Aksi 3 Aksi 4 Aksi 5 Aksi 6 Aksi 7 Aksi 8

Sumber Data : Web aksi bangda 2023 31


TINDAK LANJUT

• ARAHAN • TINDAK LANJUT


Menetapkan dan memperkuat kelembagaan daerah
dalam upaya penurunan stunting yaitu dengan
Pemerintah menetapkan kebijakan kepala daerah dan tim
koordinasi lintas sektor
Daerah Perlu
Mengambil
Memasukkan materi percepatan penurunan
Langkah-langkah mmm stunting sebagai isu prioritas daerah dalam
Aksi Konvergensi RPJMD dan RKPD
Dalam
Percepatan Capacity Buliding untuk Sumber Daya Aparatur
Pemda dalam percepatan penurunan stunting baik
Penurunan
knowledge maupun skill
Stunting Sesuai
Dengan Target
Memastikan adanya alokasi anggaran dalam
Nasional 14%
APBD untuk percepatan penurunan stunting
2024
Stunting merupakan permasalahan multidimensional.
Pemda perlu berkolaborasi dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk menanganinya.
32
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai