2
ARAHAN PRESIDEN
UNTUK PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING TAHUN 2023
Target
mengalami Stunting (SSGI, 2022) 30,8 penurunan
27,67 stunting 2024
24,4
4,1%
21,6
17,5 3,5%
Prevalensi Stunting Nasional Tahun 2022 21,6% 14
Target RKP 2023 Target RPJMN
(4.558.899 jumlah anak stunting)
Target penurunan stunting di tahun 2023 (RKP) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
sebesar 17,5%. Sehingga penurunan dari tahun
2022 ke tahun 2023 sebesar 4,1%. Benchmark Tren % Penurunan Stunting di Negara Lain*
Target penurunan stunting di tahun 2024
2%/tahun (2005-2015) 0,8%/tahun (2000-2015)
(RPJMN) sebesar 14%. Sehingga penurunan dari
Peru Vietnam *World Bank (2017)
tahun 2023 ke tahun 2024 sebesar 3,5%.
Rata-rata percepatan penurunan stunting untuk
mencapai target RPJMN sebesar 3,8% per tahun
0
16 - SUMATERA SELATAN
24.8
-6.2
18.6
63 - KALIMANTAN SELATAN
30
24.6
65 - KALIMANTAN UTARA
27.5
22.1
14 - RIAU
22.3
17
75 - GORONTALO
29
23.8
25.8
SSGI 2021
12 - SUMATERA UTARA
21.1
36 - BANTEN
24.5
-5.4 -5.4 -5.3 -5.2 -4.7 -4.5
19.2
SSGI 2022
18 - LAMPUNG
18.5
15.2
51 - BALI
10.9
8
81 - MALUKU
28.7
26.1
Sumber Data : Prevalensi stunting SSGI tahun 2021 - SSGI tahun 2022
53 - NUSA TENGGARA TIMUR
37.8
35.3
74 - SULAWESI TENGGARA
30.2
-3.3 -2.9 -2.8 -2.6 -2.5 -2.5
27.7
17 - BENGKULU
22.1
19.8
21 - KEPULAUAN RIAU
17.6
15.4
33.2
-2.3 -2.2 -2
11 - ACEH
31.2
16.8
-2
31 - DKI JAKARTA
14.8
61 - KALIMANTAN BARAT
29.8
27.8
72 - SULAWESI TENGAH
29.7
28.2
82 - MALUKU UTARA
27.5
26.1001
-2 -1.5-1.3999
71 - SULAWESI UTARA
21.6
20.5
PREVALENSI STUNTING 2021 - 2022
-1.1 -
34 - DI YOGYAKARTA
17.3
DAN DELTA SSGI 2021 - SSGI 2022 (%)
16.4
27.4
2. Sulawesi Barat : 1,2%
62 - KALIMANTAN TENGAH
-0.5
26.9
1. Kalimantan Timur : 1,1%
0.900000000000002
-
73 - SULAWESI SELATAN
27.4
27.2
3. Nusa Tenggara Barat : 1,3%
-
20.9
9
33 - JAWA TENGAH
20.8
0.100000000000001
64 - KALIMANTAN TIMUR
22.8
23.9
Peningkatan Prevalensi
0.099999999999997
76 - SULAWESI BARAT
33.8
35
(Delta SSGI 2022 – SSGI 2021)
32.7
13 - SUMATERA BARAT
23.3
1.9
6. Papua : 5,1%
25.2
5
91 - PAPUA BARAT
26.2
3.8
30
29.5
5. Papua Barat : 3,8%
94 - PAPUA
34.6
0
2
5.1 4
6
6
PERAN KEMENDAGRI DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NO 72 TAHUN 2021 TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Tercantum dalam Pilar 1, Pilar 3 dan Pilar 5, (Ditetapkan 5 Agustus 2021)
1. Mendorong Pemerintah Provinsi menetapkan dan memperkuat
Tim Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi
melalui Surat Keputusan Gubernur, dengan melibatkan Perangkat
Daerah, para pemangku kepentingan termasuk TP-PKK;
2. Mendorong Pemerintah Provinsi menyusun program dan
kegiatan di 38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota untuk
mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan
stunting dalam dokumen perencanaan daerah (RPJPD, RPJMD,
RAD Pangan dan Gizi) ;
3. Mendorong Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota menyediakan dan meningkatkan alokasi APBD
untuk mendukung program/kegiatan intervesi gizi spesifik dan gizi
sensitif;
4. Memfasilitasi Pemerintah Provinsi untuk melakukan Penilaian
Kinerja (PK) kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;
Permendagri 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan dan Pembangunan
2
dan Keuangan Daerah;
Kepmendagri 050-5889 Tahun 2021 Tentang Hasil Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah;
3 Permendagri 81 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun
2023;
Permendagri 84 Tahun 2022 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
4
Tahun 2023;
Kesepakatan Bersama Antara Mendagri, Menkes, Kepala BKKBN dan Kepala BPKP Nomor 441.1/5234.A/SJ,
5 Nomor HK.02.01/Menkes/6434/2021, Nomor 31/KSM/G2/2021, Nomor MoU/D3/2021 tanggal 27 September 2021
Tentang Percepatan Penurunan Stunting di Daerah;
6 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/4890/SJ 24 Agustus 2022 tentang Percepatan Penurunan
Stunting di Daerah.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400.5/8476/SJ 27 November 2022 tentang Hasil Pemetaan Program,
7 Kegiatan dan Sub Kegiatan yang Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Daerah Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 72 Tahun 2021
Surat Edaran Dirjen Bina Bangda Kemendagri Nomor 440.5.7/4190/Bangda tanggal 1 Maret 2023 tentang
8 Pelaksanaan 8 (Delapan) Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Daerah
8
03
8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
9
KERANGKA PIKIR IMPLEMENTASI 8 AKSI KONVERGENSI
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI DAERAH
INTERMEDIATE
STRATEGI INTERVENSI OUTPUT DAMPAK
OUTCOME
pelaksanaan VS hasil
Acuan pemantauan
Kegiatan Perbaikan
Penyebab Stunting
Kesenjangan
Aksi #4: Peraturan
Sistem Data
Data
Sebaran &
Aksi #1 Bupati/Walikota
Percepatan
Analisis Situasi
Penurunan
Stunting
Cakupan & Keterpaduan Intervensi Gizi
pada Rumah Tangga 1000 HPK
Data &
Cakupan Intervensi
Data Stunting &
Sebaran Stunting
Aksi # 6: Sistem Aksi # 7:
Manajemen Data Pengukuran &
Stunting Publikasi Stunting
13
DEFINISI
Proses untuk mengidentifikasi sebaran prevalensi stunting dalam wilayah kabupaten/kota yaitu sebaran
keluarga berisiko stunting, situasi ketersediaan program, dan praktik manajemen layanan. Analisis Situasi
dilakukan untuk mengenali permasalahan dalam integrasi intervensi gizi spesifik dan sensitif pada kelompok
sasaran. Hasil Analisis Situasi merupakan dasar perumusan rekomendasi kegiatan yang harus dilakukan untuk
meningkatkan integrasi intervensi gizi bagi kelompok sasaran.
Analisis Situasi diharapkan dapat memberikan informasi untuk membuat keputusan strategis dalam hal:
a. Memprioritaskan alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi peningkatan cakupan layanan intervensi gizi
terintegrasi;
b. Memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses 5 (lima) kelompok sasaran terhadap
intervensi gizi terintegrasi;
c. Meningkatkan efektivitas sistem manajemen data dalam membuat usulan keputusan alokasi program dan lokasi
prioritas stunting; dan
d. Menentukan kegiatan penguatan dan pemberdayaan pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan dalam meningkatkan
integrasi layanan.
1. Rekomendasi desa/kelurahan prioritas percepatan penurunan stunting yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota pada setiap tahunnya;
2. Rekomendasi tindakan perbaikan layanan yang perlu ditingkatkan kualitas pelaksanaannya dan diprioritaskan
melalui dokumen perencanaan dan penganggaran daerah dan desa;
3. Rekomendasi peningkatan ketersediaan, kualitas serta aksesibilitas data stunting dan cakupan layanan dari
lintas OPD terkait; dan
4. Rekomendasi kebutuhan penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam sinkronisasi
program/kegiatan maupun koordinasi antara kabupaten/kota dan desa/kelurahan dengan dukungan kecamatan
DEFINISI
Untuk memperkuat peninjauan atau hasil analisis sebelumnya perlu dilakukan pemetaan program/kegiatan dan pembiayaan
yang mendukung penurunan stunting dalam APBD tahun berjalan yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini, pemetaan
program dilakukan melalui penandaan sub-sub kegiatan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) APBD yang
mendukung penurunan stunting, lalu disingkronkan dengan kode program/kegiatan sesuai Surat Edaran Kementerian
Dalam Negeri. Untuk itu maka pemetaan program dapat dilakukan sebelum bulan Januari sejak APBD ditetapkan.
Keluarga
Berisiko
Stunting
1. Terdapat wilayah dengan prevalensi stunting atau jumlah kasus stunting secara signifikan
berada di atas rata-rata. Rata-rata yang digunakan adalah rata-rata seluruh desa/kelurahan
atau rata-rata seluruh kecamatan atau rata-rata seluruh wilayah layanan Puskesmas di
kabupaten/kota tersebut;
2. Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi prioritas yang relatif lengkap,
cakupan layanan relatif memadai, namun prevalensi stunting relatif masih tinggi; dan
3. Terdapat wilayah dengan program terkait intervensi gizi spesifik dan sensitif yang
bermasalah, cakupan layanan relatif rendah, meskipun prevelansi stuntingnya rendah.
1. Jika data ideal belum tersedia, Tim pelaksana Analisis Situasi tetap dapat memanfaatkan data- data berikut:
Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita (usia 0-59 bulan) pada 3-6 bulan terakhir
Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita pada satu tahun terakhir
Jumlah kasus stunting atau prevalensi stunting pada Baduta dan Balita per wilayah Puskesmas
2. Jika data stunting sama sekali belum tersedia, tim menggunakan beberapa indikator untuk mendeteksi kecamatan atau
desa/kelurahan berisiko:
Jumlah kasus atau prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Jumlah kasus atau prevalensi Bumil Kekurangan Energi Kronis (KEK)
3. Jika data pada indikator-indikator di atas belum tersedia, tim memfasilitasi diskusi dengan seluruh Puskesmas untuk
memperoleh gambaran situasi stunting di kecamatan dan desa/kelurahan yang termasuk wilayah layanan Puskesmas masing-
masing.
4. Jika data prevalensi stunting hanya tersedia pada tingkat Puskesmas, hal ini menjadi catatan bagi penanggung jawab
pelaksanaan Analisis Situasi untuk mengkomunikasikan kepada penanggung jawab Aksi 6 (Manajemen Data) untuk
memprioritaskan penyediaan data yang lebih rinci di tingkat desa/kelurahan.
5. Jika data prevalensi stunting belum tersedia pada tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan memasukkan Pengukuran Data stunting
(Aksi Konvergensi 7) sebagai rencana aksi Dinas Kesehatan.
28
PREVALENSI STUNTING PROVINSI DKI. JAKARTA
Sumber Data : Prevalensi stunting SSGI tahun 2021 - SSGI tahun 2022 29
PROGRESS 8 AKSI KONVERGENSI
PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2022
100%
100% 100% 100% 100% 100%
100%
100% 100% 100% 100% 100%
Kepulauan Seribu Kota Jakarta Selatan Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Barat Kota Jakarta Utara
2022 2023
75%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Aksi 1 Aksi 2 Aksi 3 Aksi 4 Aksi 5 Aksi 6 Aksi 7 Aksi 8