Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

PRODUK LOKAL MELALUI


PENGEMBANGAN SAGU

Direktorat Regional III


Kedeputian Bidang Pengembangan Regional
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Disampaikan dalam acara Workshop Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Bidang Pertanian dan Perikanan di Kab. Asmat
Jakarta, 10 Oktober 2022
OUTLINE

1 ARAH KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN DAN


PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

2
PENGEMBANGAN DAN HILIRISASI SAGU DALAM
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

3 PENGEMBANGAN SAGU DI WILAYAH PAPUA DALAM


MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

2
ARAH KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN

1 DAN PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL


DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
ARAHAN PRESIDEN TERKAIT KETAHANAN PANGAN

Presiden RI, Bapak Joko Widodo:


“Kedaulatan pangan, ketahanan pangan betul-betul harus
menjadi konsentrasi kita, fokus kita ke depan. Setiap daerah
harus memiliki keunggulan pangan masing-masing sesuai
karakteristik tanahnya dan kondisi masyarakatnya, serta
sesuai dengan tradisi makan warganya”

(Sumber: setkab.go.id, 21 Juni 2022)

4
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KERANGKA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024
VISI 2045 Berdaulat, Maju, Adil Dan Makmur

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
2020-2024 RPJP
N
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetititf di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

TEMA Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan

PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM,


MANUSIA EKONOMI KEWILAYAHAN INFRASTRUKTUR PERTAHANAN & KEAMANAN

1
Pelayanan Dasar dan 1 Pangan 1
Sentra-Sentra
Pertumbuhan
1 Transportasi 1 Hukum dan Regulasi
Perlindungan Sosial 2 Telekomunikasi
2 Energi
2
Komoditas 2 Pertahanan dan Keamanan
Pariwisata, Ekonomi Kreatif
2
SDM Berkualitas dan 3
dan Digital
Unggulan Daerah 3 Sumber Daya Air
Berdaya Saing 3 Politik
4 Industri Manufaktur 3 Pertumbuhan Perkotaan Perumahan dan
4
Pemukiman
5 Kelautan dan Kemaritiman

Development Constraints : Kondisi Investasi Kondisi SDA

PENGARUSUTAMAAN

Kesetaraan Tata Kelola Kerentanan Perubahan Modal Sosial


Gender (Governance) Bencana Iklim dan Budaya

Kaidah Pembangunan : Membangun Kemandirian Menjamin Keadilan Menjaga Keberlanjutan


5
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PN 1: PENGUATAN KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN YANG BERKUALITAS
DAN BERKEADILAN DALAM RPJMN 2020-2024
Program Prioritas Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan

Program Prioritas • Pengembangan benih padi biofortifikasi dan produk rekayasa


Peningkatan kualitas konsumsi, genetika
Kegiatan Prioritas • Pengembangan pangan lokal
keamanan, fortifikasi dan • Diversifikasi bahan pangan di tingkat masyarakat
Narasi Kebijakan biofortifikasi pangan • Penyediaan dan perbaikan kualitas pangan anak sekolah

1
Peningkatan ketersediaan pangan
Peningkatan tata kelola sistem
5 hasil pertanian dan pangan hasil laut
pangan nasional 2 secara berkelanjutan untuk menjaga
• Penguatan sistem logistik pangan
stabilitas pasokan dan harga
• Pengembangan resi gudang kebutuhan pokok
• Pengelolaan sistem pangan berkelanjutan
• Pengelolaan sistem pangan perkotaan • Fasilitasi budidaya padi, jagung, ternak dan
• Pengelolaan limbah pangan komoditas pangan strategis
• Penyediaan input produksi (termasuk pupuk)
Peningkatan Ketersediaan, Akses dan • Sistem perbenihan nasional
Peningkatan produktivitas, Kualitas Konsumsi Pangan
keberlanjutan sumber daya pertanian Peningkatan produktivitas, keberlanjutan
dan digitalisasi pertanian 3 sumber daya manusia (SDM) pertanian
4 dan kepastian pasar
• Pengelolaan lahan (lahan suboptimal, lowland, upland, dan Indikator RPJMN 2020-2024: • Penguatan basis data petani
lahan kering) Tingkat penerapan oleh petani • Pembentukan korporasi petani, asuransi pertanian
• Efisiensi air • Pembiayaan inklusif
• Jalan produksi dan jalan usaha tani
80-95% tahun 2024
• Pelatihan dan penyuluhan
• Pertanian digital dan penggunaan teknologi pesawat nirawak (baseline 2019: 65%)
6
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
FOKUS 2021-2022: REVITALISASI SISTEM PANGAN NASIONAL
YANG HANDAL DAN BERKELANJUTAN

7
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PROGRAM PRIORITAS (PP) DAN KEGIATAN PRIORITAS (KP) PADA
PRIORITAS NASIONAL 2 RKP TAHUN 2023
Program Prioritas
Kerangka Program Prioritas pada PN 2 Pada setiap Program Prioritas terdiri atas Kegiatan Prioritas yaitu:
dikategorikan berdasarkan wilayah per pulau,
diantaranya:
KP 1 Pengembangan Kawasan Strategis
PP 1
Pembangunan Wilayah Sumatera
PP 2 KP 2 Pengembangan Sektor Unggulan
Pembangunan Wilayah Jawa-Bali
PP 3 Pembangunan Wilayah Nusa Tenggara
PP 4 KP 3 Pengembangan Kawasan Perkotaan
Pembangunan Wilayah Kalimantan
PP 5
Pembangunan Wilayah Sulawesi KP 4 Pengembangan Daerah Tertinggal,
PP 6 Kawasan Perbatasan, Perdesaan, dan
Pembangunan Wilayah Maluku
Transmigrasi
PP 7 Pembangunan Wilayah Papua
KP 5 Kelembagaan dan Keuangan Daerah

8
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
HIGHLIGHT PRIORITAS DAN FOKUS TERKAIT KETAHANAN PANGAN
DALAM PAPUA SEHAT RIPPP 2022-2041 (Draft)

ARAH KEBIJAKAN
Meningkatkan upaya kesehatan masyarakat

STRATEGI
Meningkatkan perbaikan gizi masyarakat

PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN

1 3 Pemenuhan ketersediaan obat program gizi dan


Penguatan koordinasi lintas sektor untuk integrasi intervensi
sensitif seperti akses air minum dan sanitasi, jaminan sosial, suplementasi pada ibu hamil KEK dan balita kurus
serta penyediaan pangan bergizi yang mengutamakan protein serta pemanfaatan pangan lokal untuk memenuhi
hewani kebutuhan gizi keluarga

2
Penguatan pendidikan gizi melalui pemanfaatan pangan lokal
untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga

9
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
HIGHLIGHT PRIORITAS DAN FOKUS TERKAIT KETAHANAN PANGAN
DALAM PAPUA PRODUKTIF RIPPP 2022-2041 (Draft)

ARAH KEBIJAKAN
Mengembangkan pemerataan kawasan ekonomi

STRATEGI
Mengembangkan kawasan pengembangan ekonomi (KPE) di setiap wilayah adat dengan pendekatan
ekonomi hijau dan biru

PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN

1 Pengembangan kawasan pengembangan ekonomi Laa Pago yang


berfokus pada sektor perkebunan, dengan didukung oleh sektor 3
tanaman pangan dan peternakan, dengan fokus:
• Penyiapan lahan dan regulasi Pengembangan kawasan pengembangan ekonomi
• Peningkatan SDM sektor pertanian dan peternakan melalui Saereri yang berfokus pada sektor kelautan dan
pendidikan dan pelatihan perikanan, dengan didukung oleh sektor perkebunan,
• dst tanaman pangan, dan hortikultura, dengan fokus:
• Pengembangan rumah produksi
• Intensifikasi dan ekstensifikasi hasil produksi yang
2 (Pengembangan kawasan pengembangan ekonomi Anim Ha yang
berkelanjutan
• dst
berfokus pada sektor tanaman pangan, dengan didukung oleh
sektor perkebunan serta kelautan dan perikanan, dengan fokus:
• Pengembangan industri tanaman pangan
• dst

10
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PENGEMBANGAN DAN HILIRISASI SAGU
2 DALAM MENDUKUNG KETAHANAN
PANGAN NASIONAL
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
DI 62 DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2021
Peta Capaian Indeks Pembangunan Manusia di Daerah Tertinggal Tahun 2021

11,92% kabupaten memiliki capaian IPM berada di


antara capaian Provinsi dan Nasional
• Provinsi NTT : Kab. Sumba Timur
• Provinsi Papua Barat : Kab. Sorong
• Provinsi Papua : Kab. Nabire, Kab.Boven
Digoel, Kab. Keerom, Kab. Waropen, Kab.
Supiori

Peta Capaian Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal Tahun 2021


17,74% kabupaten memiliki capaian PPM berada di
antara capaian Provinsi dan Nasional

• Provinsi NTT : Kab. Belu dan Kab. Malaka


• Provinsi Maluku : Kab. Buru Selatan
• Provinsi Maluku Utara : Kab. Kep. Sula dan
Kab. Pulau Taliabu
• Provinsi Papua Barat : Kab. Sorong Selatan
Legenda
• Provinsi Papua : Kab. Nabire, Kab. Keerom,
Di antara provinsi dan nasional
Kab.Boven Digoel, Kab. Mappi, Kab. Asmat
Di bawah provinsi dan nasional
12
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
INDEKS KETAHANAN PANGAN DI 62 DAERAH TERTINGGAL
TAHUN 2021
• Indeks Ketahanan Pangan (IKP) tahun 2021 pada 62 daerah tertinggal, menunjukkan bahwa terdapat lima kabupaten dengan urutan
skor terendah di nasional dan berada di Provinsi Papua, yaitu Kab. Nduga (14,89), Puncak (16,17), Dogiyai (17,56), Yahukimo (18,41),
dan Deiyai (18,65). Sementara itu, nilai IKP tertinggi di antara daerah tertinggal lainnya, yaitu Kab. Tojo Una-Una (77,90)
• Nilai IKP daerah tertinggal di Provinsi Papua didominasi oleh klasifikasi sangat rentan yang mengindikasikan bahwa perlunya
peningkatan intervensi program penguatan ketahanan pangan di Wilayah Papua
90
80 77.9

70
60
50
40
30
2014.89
10
0
a i i at h ra ya ya i pi a ai l at at ur re ra ta gi
ug ya ya a or an oe bu ju
a an ar
ya ra
ar an bi an da
o ya lu
Si
gi i m ng ika Ja Ja pi ap a m t aw at ig li a ai at Da ta im at at ta Da ba Be
N d
Do De As Te
l y k u M d e l D a R el B t U B T e l N a e l N U t m
To nn nc
a S on en S n T u S an ar
a as as ai S iS te as ar
a Le
m
o La Pu k W n
M o ng ove
ul au S ab u ru a gi B a w Ni g ar i as ar Ro Ni B
ra lu ua
r B P B B ba iR g N kw u
be Te So an no uk
ula am S um Mus M a al
am p Se
r M M
M Ke

Sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2021


13
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KONDISI DAN PERMASALAHAN SAGU DI INDONESIA
Kondisi Luas Lahan Sagu Peta Distribusi Sagu di Indonesia

• Sejak 2020, tanaman sagu


ditetapkan sebagai Prioritas Maluku&Maluku
Nasional (PN), ketahanan pangan, Utara
energi, air dan lingkungan hidup 3% 1% 1% 0% 1%
melalui program gerakan Sulawesi
9%
peningkatan produksi, peningkatan Kalimantan
daya saing dan nilai tambah produk
perkebunan (GRASIDA) Sumatera
• Total luas hutan (termasuk kebun) Papua
sagu di Indonesia sekitar 5.5 juta Ha
dan 5.2 juta Ha diantaranya berada 85% Papua Barat
di Papua (4.75 juta Ha) dan Papua
Lain-lain
Barat (510.213 Ha)
Sumber: Grand Design Pengembangan Sagu Nasional Indonesia (2020)

Kawasan Sagu dan Permasalahannya


Alih fungsi dan kerusakan areal Pengelolaan oleh SDM masih
lahan sagu tradisional

Pendaftaran varietas sagu Data, regulasi, infrastruktur


(sebagai varietas Kab. Jayapura) industri pengolahan masih rendah
14
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
FOKUS STRATEGIS PENGEMBANGAN SAGU NASIONAL
1 2 3 4 5
SDM dan IPTEKS Perkebunan (Hutan) Industri Tepung Industri Pangan dan
Legalitas Sagu
Agroindustri Sagu Sagu Berkelanjutan Sagu Nasional Industri Hilir
Secara eksplisit mengikat Penyediaan pendidikan, Pertumbuhan tanaman sagu Pengembangan berskala Didukung dengan penelitian
secara tegas para pemangku pelatihan, penyuluhan di memerlukan waktu lama, besar dalam meningkatkan lintas lembaga, lintas sektor,
kepentingan dalam Perguruan Tinggi setempat sehingga menjadi produksi daya saing termasuk penelitian integrative
kewajiban (dan hak) maupun Pusat Pendidikan tahunan yang berkelanjutan modifikasi pembuatan menghasilkan teknologi siap
pada tempat-tempat tepung komposit pakai
strategis

6 7 8 9 10 11

Diseminasi &
Kelembagaan Infrastruktur Tata Ruang Master Plan Tepung Komposit
Sosialisasi
Diperlukan keselarasan yang Pembangunan infrastruktur Revisi tata ruang dilakukanPenyusunan Dilakukan melalui Pengembangan tepung
komprehensif antara dalam upaya peningkatan dalam melindungi Masterplan Sagu di penyuluhan dan komposit sebagai upaya
penguatan modal, edukasi, produksi eksploitasi sagu yang setiap kawasan perlu kampanye massif secara peningkatan pasar dan
perbaikan sistem kerja dan sebagian besar masuk untuk membangun bertahap bahwa sagu pengurangan impor
manajemen, relasi dan dalam hutan lindung koordinasi dan sinergi sebagai makanan sehat
dukungan regulasi/parasana Pemerintah Pusat dan dan bergizi
Daerah

Sumber: Grand Design Pengembangan Sagu Nasional Indonesia (2020) 15


KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN SAGU NASIONAL
Supportive Core Programs Related Program
Programs
• Pangan dari Sagu
• Bioetanol
• Wilayah Episentrum • Pemanis
• Wilayah Pengembangan • Perekat
• Skala Pengembangan • Pati Dimodifikasi
• Periode Pengembangan • Maltodekstrin
• Silodekstrin
Kebijakan Pusat dan • Asam Organik
Daerah

Grand Design
Pengembangan Sagu Skema Pembiayaan Pembangunan Pengolahan Pengembangan Industri
Indonesia Tepung Sagu Skala Besar Pangan Berbasis Sagu

Pelibatan Masyarakat
Dusun/Desa Sagu
Peningkatan Konsumsi
Langsung Pangan Sagu

Sumber: Grand Design Pengembangan Sagu Nasional Indonesia (2020) 16


KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PROGRAM STRATEGIS PENGEMBANGAN DAN HILIRISASI SAGU
UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL
• Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi pangan dalam negeri bertumpu pada sumber daya lokal.
Pati sagu dihasilkan dari tanaman sagu sebagai salah satu sumberdaya karbohidrat yang melimpah dan relatif tahan terhadap perubahan iklim
tersedia sejak ratusan tahun lalu di Indonesia.
• Program strategis pengembangan dan hilirisasi sagu untuk ketahanan pangan nasional dirancang berdasarkan prioritas, kondisi implementasi
inovasi/teknologi, kemampuan sumber daya setempat, kearifan lokal dan pembiayaan meliputi:

1 2 3
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
• Mewujudkan pengembangan • Optimalisasi rekayasa
• Bentuk antisipasi kekurangan
pasokan pangan pada kondisi agro-industri tepung sagu dari inovasi/teknologi
iklim ekstrim dapat diganti hulu hingga hilir
• Dukungan riset untuk industri
dengan sagu dari luasan sekitar • Menyediakan jalan akses, dekstrin, pati termodifikasi,
120.000 ha hutan/kebun sagu kepastian kepemilikan lahan pemanis, asam organik dari
• Strategi sosialisasi/penyuluhan petani dalam berusaha, sumber sagu
pada berbagai lapisan energi listrik, informasi
komunikasi teknologi dan • Memasok kebutuhan pangan
masyarakat bahwa sagu sebagai global dengan memperkuat
pangan nasional yang sehat sarana produksi modern
logistik pelabuhan, transportasi
• Pemanfaatan inovasi dan antar negara serta memberikan
teknologi insentif pajak
Sumber: Grand Design Pengembangan Sagu Nasional Indonesia (2020)
17
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PENGEMBANGAN SAGU DI WILAYAH
3 PAPUA DALAM MENDUKUNG
KETAHANAN PANGAN
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PAPUA DALAM
RPJMN 2020-2024
TARGET PEMBANGUNAN WILAYAH PULAU PAPUA TAHUN 2024
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN:
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi 6,6
Share Ekonomi Regional (% per PDRB 2024) 2,1 • Percepatan pembangunan untuk mengejar
Kebutuhan Investasi (Rp triliun) 41,1 ketertinggalan dibanding wilayah lainnya
melalui transformasi ekonomi dari berbasis
Tingkat Kemiskinan (%) 18,2 SDA ke industri berbasis komoditas lokal dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,5 pariwisata, hilirisasi industri pertambangan,
minyak, dan gas bumi.
• Pelaksanaan Otonomi Khusus Papua dan
Papua Barat berlandaskan pendekatan budaya
dan kontekstual Papua, dan berbasis ekologis
dan wilayah adat.
• Peningkatan kawasan konservasi dan daya
dukung lingkungan untuk pembangunan
rendah karbon.

STRATEGI:
• Peningkatan pelayanan dasar;
• Penguatan pusat-pusat pertumbuhan wilayah
• Penataan pelakasanaan otonomi khusus
• Penguatan konektivitas
• Pengarusutamaan penanggulangan bencana dan adaptasi
perubahan iklim
• Penguatan koordinasi kementerian/Lembaga dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dan evaluasi
pembangunan di Tanah Papua

19
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Sumber : RPJMN 2022-2024
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2022
ARAH KEBIJAKAN
Mendorong transformasi perekonomian wilayah
menjadi basis hilirisasi komoditas unggulan wilayah Mempercepat pembangunan sumberdaya manusia
pertanian. Orang Asli Papua
Mendorong pengembangan wilayah dan Mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus
TARGET PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA percepatan pembangunan kesejahteraan berbasis berlandaskan pendekatan budaya dan kondisi sosio-
TAHUN 2022 tujuh wilayah adat ekologis Wilayah Papua

STRATEGI PERCEPATAN PERTUMBUHAN STRATEGI PEMERATAAN


PROVINSI LAJU TINGKAT TINGKAT
PERTUMBUHAN KEMISKINAN PENGANGGURAN 1 Melanjutkan pembangunan infrastruktur yang menghubungkan pusat- 1 Memanfaatkan kearifan lokal untuk percepatan
EKONOMI (PERSEN) (PERSEN) pusat pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat produksi rakyat. penurunan tingkat pengangguran terbuka, tingkat
(PERSEN) Mendorong pengembangan industri pengolahan berbasis teknologi kemiskinan dan perbaikan tingkat kesehatan
2 tepat guna dan komoditas lokal pertanian, perkebunan, peternakan, masyarakat, serta sistem pembelajaran
Papua 6,03–6,32 25,00-25,20 3,64–4,48
dan kehutanan. 2 Mendorong percepatan penerapan standar pelayanan
Mengembangkan ekonomi kemaritiman melalui industri perikanan minimal (SPM) pada pelayanan dasar. Pengembangan
Papua 5,64–6,11 19,92-20,01 5,55–5,85 dan pariwisata bahari DPP Raja Ampat. flying healthcare dan telemedicine, serta
3
Barat Mendorong hilirisasi industri pertambangan pengembangan sekolah terpadu berasrama akan terus
4 Mempercepat penyiapan sumber daya manusia terampil disertai dilakukan untuk menjangkau penduduk di daerah
Sumber : Rancangan Perpres RKP 2022 (per 25 November 2021) terpencil, terisolasi, dan pegunungan
5 pengembangan inovasi dan kreativitas kaum muda asli Papua (Papua
Creative Hub) Menerapkan pendekatan klaster berbasis wilayah
Membangun kawasan perkotaan sebagai pusat aglomerasi wilayah, 3 adat dan distrik untuk mempercepat pembangunan
6 termasuk pembangunan Kota Baru Sorong sebagai pendukung kawasan daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, kawasan
industri dan pariwisata; perbatasan, serta kampung.
Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja Meningkatkan tata kelola dan kapasitas pemerintahan
7 sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain 4 daerah termasuk kelembagaan, aparatur, keuangan
melalui forum kerja sama regional Wilayah Papua. daerah dan penataan daerah di tingkat distrik dan
Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian kampung, serta pemberdayaan masyarakat dalam
8 sertipikat hak atas tanah. perencanaan partisipatif, pengelolaan dana otonomi
Mempercepat proses penyusunan dan penetapan rencana tata ruang khusus dan dana desa guna mendorong peningkatan
baik RTRW maupun RDTR sebagai acuan pemberian kesesuaian daya saing daerah.
9
kegiatan pemanfaatan ruang melalui pemberian bimbingan maupun
bantuan teknis kepada pemerintah daerah

20
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2022
PETA PEMBANGUNAN WILAYAH PAPUA TAHUN 2022 KEGIATAN PRIORITAS
• Pengembangan Kawasan Strategis melalui pengembangan KI Teluk Bintuni, KEK Sorong,
dan DPP Raja Ampat yang berlokasi di Provinsi Papua Barat; serta Destinasi Pariwisata
Pengembangan Biak-Teluk Cendrawasih yang berlokasi di Provinsi Papua;
• Pengembangan Komoditas Unggulan yang difokuskan pada sektor perikanan (melalui
pengembangan SKPT Biak Numfor, SKPT Mimika dan SKPT Merauke), serta peningkatan
produktivitas kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, perikanan tangkap, sagu, kelapa, buah
merah, dan ubi jalar;
• Pengembangan Kawasan Perkotaan yang difokuskan pada pembangunan kota baru
(Sorong) dan kota sedang (Jayapura);
• Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, Perdesaan, dan Transmigrasi yang
difokuskan pada pengembangan ekonomi kawasan perbatasan negara di 3 PKSN yaitu,
PKSN Jayapura, PKSN Tanah Merah, dan PKSN Merauke; pemenuhan pelayanan dasar,
infrastruktur dasar, konektivitas wilayah, dan tata kelola di 17 kecamatan lokasi prioritas
perbatasan; revitalisasi 5 kawasan transmigrasi yaitu Kawasan Transmigrasi Werianggi
Werabur, Kawasan Transmigrasi Bomberay-Tomage, Kwasan Transmigrasi Senggi, Kawasan
Transmigrasi Salor dan Kawasan Transmigrasi Muting/Jagebob; pengembangan 4 KPPN
yaitu KPPN Jayapura, KPPN Merauke, KPPN Raja Ampat, dan KPPN Manokwari; percepatan
pembangunan 2.449 kampung tertinggal menjadi kampung berkembang, dan peningkatan
30 kampung berkembang menjadi kampung mandiri; 30 kabupaten daerah tertinggal yang
dipercepat pembangunannya dengan fokus intervensi pada 19 kabupaten di tahun 2022,
serta 5 kabupaten daerah tertinggal terentaskan yang dibina; dan
• Kelembagaan dan Keuangan Daerah yang difokuskan pada peningkatan rata-rata capaian
penerapan SPM daerah hingga 77,78 persen (khususnya bidang sosial, Trantibumlinmas,
dan perumahan rakyat), peningkatan kualitas dan kuantitas SDM ASN yang selaras dengan
sektor unggulan dan arah pembangunan kewilayahan Papua, penguatan GWPP pada fungsi
pembinaan dan pengawasan kinerja pemerintah kabupaten/kota, peningkatan kapasitas
keuangan daerah (pendapatan daerah, kualitas belanja daerah, dan tata kelola keuangan
daerah), percepatan sertipikasi tanah, peningkatan pelayanan pertanahan modern berbasis
digital, penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan, serta percepatan penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang pusat dan daerah.

21
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PENGEMBANGAN KAWASAN SAGU DI PAPUA
1 4
Kawasan sagu di papua selama ini masih Keragaan sagu: produksi 2019 mencapai 465 ribu ton REKOMENDASI
dalam bentuk “hutan sagu”, dalam upaya tepung sagu. Lahan sagu seluas 302 ribu ha (96%)
untuk meningkatkan produktivitas dan adalah perkebunan rakyat dan 12 ribu ha (4%) Perbenihan;
kemudahan dalam budidaya diperlukan merupakan perkebunan swasta. Lahan sagu Papua Penilaian dan Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT),
pengusahaan ke arah “kebun sagu” (156 ribu ha) 1 Pemeliharaan Kebun Induk dan Kebun Sumber Benih
2 Kegiatan yang dilaksanakan  penataan 5 komoditas sagu.
Dalam kebijakan nasional, sagu merupakan
FAKTA

dan perluasan kebun sagu masyarakat


komoditas prioritas nasional untuk mendukung Pengembangan budidaya;
dengan mengatur jumlah/populasi
peningkatan diversifikasi pangan lokal (kegiatan Penataan dan Perluasan Tanaman Sagu dengan
tanaman sagu, sebaran dan komposisi
prioritas peningkatan industri pengolahan berbasis 2 penyusunan NSPK dan buku pedoman budidaya sagu
umur sagu.
3 pertanian terintegrasi hulu –hilir) sesuai GAP
Kegiatan TA. 2021 Kawasan Sagu di Papua 6
dan Papua Barat  Kab. Jayapura (100 ha), Sagu juga memiliki potensi untuk ekspor, 5 negara
Kab. Mappi (200 ha), Kab. Sorong (100 ha), tujuan utama ekspor sagu: Malaysia, Jepang, China, Pasca Panen & Pengolahan;
Kab. Sorong Selatan (100 ha) Korea dan Singapura (nilai ekspor 3,2 juta US$) Fasilitasi sarana dan prasarana Pasca Panen dan
Pengolahan Sagu serta pendampingan secara
berkelanjutan.
Sagu belum dibudidayakan secara intensif dan butuh waktu lama
3 Pengolahan sagu  diversifikasi produk turunan sagu
untuk dapat panen sagu (6 – 7 tahun) seperti tepung sagu sehingga mudah bagi rumah tangga
dalam mengolah (bakso, mie sagu, lontong sagu, arem-
Jumlah industri yang menggunakan bahan baku sagu masih arem sagu, snack, mapun dessert dari sagu)
terbatas. Pasca panen dan pengolahan hasil oleh petani juga
MASALAH

masih tradisional.
Kelembagaan;
Kurangnya pemahaman penggunaan, manfaat Kesehatan dan Pembentukan dan Penguatan Lembaga Ekonomi
keunggulan pati sagu didalam formulasi produk makanan. Selain 4 Masyarakat (LEM) berbasis korporasi petani dan
itu, rendahnya harga tepung terigu, tapioka dan maizena kemitraan dengan sektor swasta
dibanding tepung sagu
Kawasan Agrowisata
Pasar hasil komoditas sagu masih terbatas dan belum Sosialisasi dan Kampanye:
Sagu: Kampung Yoboi, 5 Manfaat kesehatan komoditas sagu, perbanyakan
berkembang dengan baik. Produk olahan sagu masih sulit diolah
oleh rumah tangga (terbatas pemanfaatan) Sentani, Kab. Jayapura kedai/resto menyajikan hasil dari sagu

22
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KONDISI PENGEMBANGAN KOMODITAS SAGU DI PAPUA BARAT (1/3)
29,01%
Kab. Sorong Selatan
41,62%
• 90% lahan sagu dunia ada di Indonesia, dimana 85% nya tersebar Hutan Sagu : 148,004 Ha Kab. Teluk Bintuni
Hutan Sagu : 202.353 Ha
di Papua Barat dan Papua;
PERKEMBANGAN

• Lahan hutan sagu di Papua Barat diperkirakan mencapai 500 ribu


hektar, sedangkan areal tanaman sagu (budidaya) hanya
mencapai 2,872 hektar;
• Budidaya tanaman sagu belum popular di Papua Barat,
masyarakat cenderung mendapatkan sagu dari hutan alami;
• Pengolahan sagu menjadi tepung (pati) baru dilakukan oleh
perhutani diatas lahan 16 ribu hektar dengan kapasitas produksi
tepung (pati) sagu 100 ton/hari dan PT. ANJ Agri Papua diatas
lahan 40 ribu hektar dengan kapasitas produksi tepung (pati)
1.250 ton/bulan dengan rencana peningkatan menjadi 2.500
ton/bulan
PT. Perhutani
100 ton/hari
PERMASALAHAN

• Harga tual sagu masyarakat di Papua Barat (Rp.800 - Rp. 5.000 PT. ANJ Agri Papua
/Tual) lebih rendah dibandingkan dengan Riau (Rp.45.000/tual) 1,250 ton/bulan
• Aeral sagu yang berupa hutan (Akses jalan yang sangat terbatas)
menyulitkan masyarakat dalam menditribusikan sagu ke pabrik
pengolahan

13,87%
Kab. Kaimana
Hutan Sagu : 70,765 Ha 23
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KONDISI PENGEMBANGAN KOMODITAS SAGU DI PAPUA BARAT (2/3)

• Pasar Komoditas sagu masih terbuka lebar;


o Pemintaan Pati dunia terus mengalami peningkatan sekitar
5% per tahun.
o Daerah Ciroben menyerap 400 rb ton tepung (pati) sagu
yang 50% nya di dapat dari riau
POTENSI

• Potensi peningkatan pendapatan masyarakat dari budidaya sagu


mencapai Rp. 1.500.000/ha.
• Nilai tambah komoditas sagu dapat mencapai Rp. 51 juta/pohon
• Sebagai substitusi pati gandum, guna mengurangi impor gandum
yang bernilai Rp. 10 juta ton setiap tahun.

• Provinsi Riau yang memiliki luas hutan sagu yang jauh di bawah
Papua Barat namun berhasil menjadi produsen tepung (pati)
BENCHMARK

sagu terbesar di Indonesia


• Tanaman Sagu yang berkembang di Riau merupakan hasil
budidaya perkebunan dengan luasan sekitar 67 ribu hektar dan
jumlah produksi mencapai 260 rb ton sagu (72% produksi sagu
nasional) yang 99% di olah menjadi tepung (pati)
• Sebagian besar perkebunan sagu di Riau di Kelola Oleh
Masyarakat (sekitar 70% perkebunan Rakyat)

24
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KONDISI PENGEMBANGAN KOMODITAS SAGU DI PAPUA BARAT (3/3)

KEHUTANAN
KEHUTANAN
BUDIDAYA
HUTAN
SAGU
SAGU
TAHAP PENGEMBANGAN

Pengembangan Komoditas Sagu diarahkan


dari pemanfaatan hutan sagu menjadi
budidaya sagu yang didukung dengan industri
pengolahan sagu untuk meningkatkan nilai
INDUSTRI
tambah sagu, hasil dari pengolahan sagu
dapat digunakan untuk industri pakan PENGOLAHAN
maupun pengembangan EBT SAGU

INDUSTRI EBT
PENGOLAHAN BIOETANOL &
PAKAN BIOMASSA

25
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KONSEP PENGEMBANGAN SAGU PAPUA:
PENGEMBANGAN DENGAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN HULU-HILIR
Kelembagaan Petani Sagu
1. Kelompok Tani
2. Kemitraan BUMD/Swasta/Badan Pengelola
Pendampingan Potensi Sagu Instansi Penanggung Jawab
1. Penyediaan Tenaga Penyuluh Pendampingan Panen dan Pasca panen
3. Pemerintah Daerah
2. Pelatihan Bintek dan Studi 1. Teknologi Tepat Guna Cara Panen
4. Kementrian Pertanian
Instansi Penanggung Jawab 2. Pendampingan Industri Kecil Kepada Masyarakat
5. Kementrian KUKM
3. Pemerintah Daerah Instansi Penanggung Jawab
6. Kementrian BUMN
4. Kementrian Pertanian 3. Pemerintah Daerah
5. Kementrian LH dan Kehutanan 4. Kementrian Pertanian
6. Kementrian Perindustrian 5. Kementrian Perindustrian
7. BRIN KELEMBAGAAN
Sarana Prasarana PETANI SAGU
1. Jalan Usaha Tani PENDAMPINGAN Industri Turunan Sagu
2. Jaringan Jalan PENDAMPINGAN PANEN DAN PASCA 1. Pelatihan Industri Kecil Sagu
3. Irigasi PANEN 2. Pelatihan Bimtek, Studi Banding
POTENSI SAGU
4. Listrik 3. Pembangunan Pabrik Sagu
5. Air Bersih Instansi Penanggung Jawab
6. Telkomunikasi 4. Pemerintah Daerah
Instansi Penanggung Jawab 5. Kementrian Perindustrian
INDUSTRI
7. Pemerintah Daerah SARANA DAN 6. Kementrian Koperasi dan UKM
TURUNAN SAGU
8. Kementrian PUPR PRASARANA
9. Kementrian Pertanian PERKEBUNAN SAGU
10. Kementrian Kominfo Tata Niaga Pemasaran
11. PLN 1. Pameran Komoditas Sagu
TEMATIK 2. Promosi dan Business Gathering
Lahan Investor Komoditas Sagu
1. Deliniasi Lahan INDUSTRI Instansi Penanggung Jawab
TATA NIAGA
2. Hutan Sagu Menjadi Kebun Sagu SAGU PEMASARAN 3. Pemerintah Daerah
Instansi Penanggung Jawab LAHAN 4. Kementrian Perdagangan
3. Pemerintah Daerah 5. Kementrian BUMN
4. Kementrian LH dan Kehutanan 6. Kementerian Investasi
5. Kementrian Pertanian 7. Kementerian Pertanian
26
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
TERIMA KASIH

Direktorat Regional III


Kedeputian Bidang Pengembangan Regional
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Anda mungkin juga menyukai