Anda di halaman 1dari 35

Whoa!

This can be the part of the presentation where you


introduce yourself, write your email…
Analisis Pementasan
Drama “Sekadar
Imajinasi”
Karya Rangga Riantiarno
Kelompok 8
01 03
Muhammad Farchan Rizqi
Muntaha Ardiansyah
2101422060 2101422086

02 04
Sunaryo Arif Setiawan
2101422061 2101422092
Pokok Pembahasan :

01 02 03
Pengertian Drama Deskripsi Drama Deskripsi Penulis Drama
“Sekedar Imajinasi”

04 05 06
Deskripsi "Teater Koma" Analisis Drama Kesimpulan
sebagai penyaji drama "Sekadar Imajinasi"
01
Pengertian
Drama
Pengertian drama menurut beberapa ahli :

● Aristoteles: Drama adalah karya seni yang menggambarkan tindakan manusia dan mengandung emosi
yang dapat membangkitkan rasa takut dan belas kasih pada penonton.
● William Shakespeare: Drama adalah cerita yang disajikan dalam bentuk dialog yang dilakukan oleh
pemeran untuk menampilkan karakter, emosi, dan konflik dalam suatu situasi tertentu.
● Bertolt Brecht: Drama adalah bentuk teater yang bertujuan untuk membuka pikiran dan membangkitkan
kesadaran politik dan sosial pada penonton.

Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa drama merupakan karya seni
yang disajikan dalam bentuk dialog dan dapat dipentaskan dengan menggambarkan tindakan manusia dan
mengandung emosi yang dilakukan oleh pemeran untuk menampilkan karakter, emosi, dan konflik yang mampu
menarik perhatian penonton.

Drama merupakan karya sastra dua dimensi yaitu naskah sebagai dimensi sastra dan drama sebagai dimensi
pertunjukkan. Dilihat dari dimensi sastra, drama memerlukan sarana bahasa dengan gaya kreativitas individual
masing-masing pengarang drama yang berbentuk teks. Sedangkan dilihat dari dimensi pertunjukan, drama
merupakan fenomena kedua yang di dalamnya terdapat proses penggarapan untuk menghasilkan sebuah
pementasan dari teks drama.
02
Deskripsi Drama
"Sekedar
Imajinasi"
Pementasan drama dengan judul “Sekadar Imajinasi” merupakan
karya dari Rangga Riantiarno yang sekaligus sebagai sutradara
dalam pementasan drama tersebut. Pementasan drama tersebut
ditampilkan pada youtube channel Teater Koma pada tanggal
4 November 2020.
Sinopsis
Sekadar Imajinasi karya Rangga Riantiarno menggunakan alur mundur. Lima tahun
yang lalu ada seseorang yang menjabat sebagai kementerian, namun ia diberhentikan
secara tidak hormat dari jabatannya, lalu ia ditangkap dan diadili karena tindak pidana
korupsi. Ia mendapatkan hukuman penjara selama tiga bulan, karena berkelakuan baik
akhirnya dikurangi menjadi dua bulan. Setelah itu, sudah satu bulan ia hanya
mengurung dirinya dalam kamar tidur, batinnya tersiksa setelah kasusnya diulas besar-
besaran di media. Dampak dari korupsi yang ia lakukan yaitu banyak orang-orang yang
mati sakit bahkan sampai bunuh diri karena tidak mendapatkan bansos tersebut. Ia
membaca satu per satu berita tersebut dan menghafalkan nama-namanya. Setiap malam
ia selalu mengigau. Namun suatu hari tiba-tiba ia menganggap dirinya sebagai penulis
novel.
Sinopsis
Sehingga ia selalu berimajinasi atas kasus korupsinya tersebut, ia menganggap orang-
orang yang mati akibat tindak pidana korupsinya di masa lalu adalah tokoh-tokoh
dalam novel karangannya. Dan sejak saat itu pula ia berhenti mengigau setiap malam.
Namun dua bulan yang lalu ia kembali lagi menjadi seperti orang yang dikejar-kejar
setan penasaran, ia berimajinasi bahwa tokoh-tokoh fiktif dapat menuntut penulis
apabila mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Sehingga ia berimajinasi kembali
bahwa ia sedang berada di pengadilan dan menjadi terdakwa dari tokoh-tokoh yang ia
buat meninggal dalam karangan novelnya. Padahal ia hanya sekadar berimajinasi,
namun karena sudah terlalu berlebihan, akhirnya membuat psikis dan batinnya tidak
terkontrol dan terus menerus melakukannya secara berulang.
03
Deskripsi Penulis
Drama
Rangga Riantiarno
Rangga Riantiarno adalah seorang penulis drama dan sutradara
teater Indonesia. Lahir pada tanggal 27 Maret 1960 di
Yogyakarta, Rangga Riantiarno menghabiskan masa kecilnya di
Yogyakarta dan menempuh pendidikan di Fakultas Seni Rupa
dan Desain Universitas Teknologi Yogyakarta.

Ia memulai karirnya sebagai seorang penulis drama pada tahun 1980-an dan sejak saat itu, ia
telah menulis banyak naskah yang Beberapa karya terkenalnya antara lain "Kereta Api
Terakhir", "Bukan Kisah Cinta Biasa", dll.
Selain sebagai penulis drama, Rangga Riantiarno juga aktif sebagai sutradara teater dan telah
menyutradarai banyak pertunjukan teater yang sukses. Dalam karyanya, Rangga Riantiarno
sering mengangkat isu-isu sosial dan politik yang terjadi di masyarakat Indonesia.
04
Deskripsi "Teater
Koma" sebagai
Penyaji Drama
Teater Koma adalah sebuah kelompok seni Teater Koma merupakan perkumpulan kesenian
teater yang berdiri pada 1 Maret 1977 di Jakarta. yang bersifat nonprofit. Saat ini, kelompok
Teater Koma memiliki reputasi yang cukup tersebut telah didukung oleh 30 orang anggota
bagus di kancah perteateran Indonesia. Tercatat aktif dan 50 orang anggota yang dapat
sudah ada 111 repertoar (naskah drama) yang bergabung dengan menyesuaikan waktu mereka.
pernah dimainkan, baik di layar televisi maupun Tokoh sentral dalam tubuh Teater Koma adalah
di panggung konvensional. Mereka sering N. Riantiarno. Selain menjadi pimpinan, dia
melakukan kiprah kreatifnya di Pusat Kesenian lebih sering bertindak sebagai sutradara dan
Jakarta, Taman Ismail Marzuki, TVRI, Gedung penulis skenario. Naskah-naskah Nano bahkan
Kesenian Jakarta, dan kota-kota lain yang sering dimainkan oleh kelompok teater lain dan
berada di luar Jakarta. menjadi pemateri atau narasumber festival teater
di daerah-daerah.
05
Analisis Drama
"Sekedar
Imajinasi"
1. Teknik Penyutradaraan
Rangga Riantiarno, sebagai sutradara dalam pementasan drama “Sekadar Imajinasi”
menggunakan pendekatan surealis. Pendekatan surealis dalam drama melibatkan penggunaan
elemen-elemen yang tidak realistis atau logis dalam kisah atau pementasan drama. Sehingga
apa yang ditampilkan tidak seperti pada kehidupan nyata atau hal-hal umumnya. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya karakter tokoh dan latar suasana yang dibuat seperti tidak biasa yang
diliat oleh kita. Misalnya pada saat adegan sidang berlangsung di pengadilan, suasana yang
ditampilkan menggunakan konsep komedi dan tidak tegang. Padahal pada umumnya ketika ada
sebuah sidang di pengadilan pasti berlangsung tegang dan serius. Selain itu tokoh-tokoh seperti
hakim, saksi, dan tersangka dirias dengan menggunakan kostum badut dan make-up yang
sedikit berlebihan. Kemudian tokoh saksi 1 dan saksi 2 muncul dengan gesture joget-joget,
tidak seperti dalam sebuah acara formal sidang pada umumnya.
2. Teknik Pemain
A. Teknik Muncul
Teknik muncul merupakan teknik seorang pemain ketika pertama kalinya tampil diatas pentas
dalam suatu babak atau adegan. Dalam pementasan drama ini kemunculan para tokoh dilakukan
dengan baik. Pada bagian pembukaan tokoh utama langsung muncul diatas panggung dengan
bantuan pencahayaan yang redup sampai terang dengan diiringi backsound yang dramatis sambil
mengangkat sebuah kursi lalu langsung teriak dan seolah sedang berlari terengah-engah seperti
orang stress sehingga cukup membuat penonton penasaran (menit ke 1:13-2:53), lalu pemeran istri
penulis muncul melalui sebuah properti pintu dan langsung duduk dengan mimik muka dan gesture
yang gelisah sehingga membuat penonton penasaran mengapa ia langsung merasa gelisah (12:25-
12:45). Sedangkan pemeran saksi muncul dengan konsep komedi, dimana tokoh tersebut muncul
dengan menari-nari yang menarik perhatian penonton agar terfokus pada kehadirannya (menit ke
6:16-6:30 dan 9:42-9:59). Tokoh lainnya muncul secara biasa dengan hanya masuk melalui pintu
yang sudah disetting.
B. Teknik Memberi Isi
Teknik memberi isi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha para pemain menghidupkan suasana dalam
setiap adegan-adegan yang dilakukan. Hal tersebut meliputi gerak, sikap, dan mimik muka. Dalam
pementasan drama “Sekadar Imajinasi” para tokoh cukup menghidupkan dirinya ketika berperan. Tokoh
utama sangat totalitas ketika ia beradegan sebagai tersangka yang gila dengan imajinasinya, adegan dalam
imajinasi tersebut ia mainkan dengan sangat total dalam melakukan gerak tubuh dan mimik muka. Tokoh
hakim juga cukup baik dalam memberi isi pada setiap adegannya, ia menggunakan sedikit sikap dan gerakan
yang cukup menarik perhatian penonton, seperti ketika mengetuk palu pada saat mengambil keputusan atau
meredakan kerusuhan antar tokoh. Tokoh saksi 1 dan saksi 2 juga sangat total dalam menghidupkan dirinya,
mereka menggunakan gesture yang berlebihan juga dengan menari-nari layaknya badut sesuai kostum yang
digunakan (menit ke 6:16-6:30 dan 9:42-9:59). Keempat pemain tersebut dengan gesture dan mimik muka
yang berlebihan cukup menarik perhatian penonton dan menghidupkan suasana. Pemain lain seperti
pengawal hakim, istri tersangka, dan teman tersangka menggunakan sikap dan gerak tubuh yang sewajarnya
saja, tidak ada yang berlebihan. Namun masih terdapat beberapa gesture yang kurang natural, seperti pada
menit ke 19:34-19:39. Para pengawal hakim menggunakan mimik muka yang datar, sedangkan istri
tersangka dan teman tersangka menggunakan mimik muka yang bervariasi seperti ekspresi ketika tertawa,
serius, sedih, dan emosi ditunjukkan dengan sangat baik.
C. Teknik membina puncak permainan
Pemain harus mampu mengatur kapan ia harus mencapai puncaknya dalam adegan
yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan emosi yang dicurahkan oleh pemain ketika
mencapai klimaks konfliknya. Dalam pementasan drama “sekadar imajinasi” ini para
pemain cukup baik dalam menyampaikan emosinya, terutama tokoh utamanya yang
sangat totalitas misalnya pada saat adegan tersangka menyadari bahwa saksi 1 dan saksi
2 adalah orang yang sama dan ia tidak terima saat ia dituduh melakukan pekerjaan yang
membuat orang meninggal (menit ke 10:04-12:14). Namun ada juga pemain yang
belum halus dalam mengendalikan emosinya ketika mencapai konflik atau klimaks.
Seperti pemeran istri tersangka yang terlalu menggebu-gebu menyampaikan emosinya
ketika tidak terima teman suaminya menertawakan kasus suaminya (menit ke 17:08-
17:27).
D. Teknik Timing
Teknik bermain “timing” berarti ketepatan hubungan antara gerakan jasmani yang berlangsung
sekejap dengan kata atau kalimat yang diucapkan. Dalam pementasan drama tersebut, ketepatan
pemain dalam menggerakkan jasmani atau anggota tubuhnya untuk memberi penekanan dalam
kata-kata atau dialog yang diucapkan dilakukan dengan cukup bagus. Misalnya pada saat adegan
tersangka ingin memberikan sanggahan sebagai bentuk pembelaan diri dengan berdiri dari kursinya
dan mengangkat tangan dengan tegas (menit ke 8:45-8:48), lalu pengawal hakim memberikan
respon dengan berkata “Heh!” sambil menodong tangannya kepada tersangka (menit ke 8:45-8:46).
Contoh lainnya yaitu pada saat teman suami dari istro tersangka tersebut mengatakan “Hitam diatas
putih” sambil mengangkat satu tangannya dan menepukkan tangan satunya lagi secara cepat,
sehingga menambah kesan semakin tegang lalu menurunkan tangannya secara perlahan untuk
menghilangkan tekanan (menit ke 18:28-18:38). Namun ada juga gesture yang tidak sesuai dengan
dialognya, seperti pada menit ke 15:19-15:23, dimana pemeran teman tersangka mengatakan “Ia
pernah menulis pesan kepadaku” sambil berdiri dan berjalan cepat ke arah depan panggung, gesture
tersebut tidak tepat dengan apa yang ia katakan.
E. Takaran di dalam pemeranan
Seorang pemain harus mempunyai kepekaan dalam menangkap takaran-takaran yang
dituntut oleh naskah. Dalam pementasan drama tersebut para pemain memerankan
perannya sesuai dengan takarannya masing-masing, seperti para pengawal hakim yang
hanya berdiri saja di belakang hakim dan berperan sangat minoritas karena memang
takarannya seperti itu.
F. Tempo Permainan
Tempo ialah cepat lambatnya permainan. Tempo yang tepat ialah tempo yang
diciptakan tepat sesuai dengan perkembangan suasana drama. Dalam hal ini juga
memerlukan jeda antara adegan satu dengan adegan lainnya. Dalam pementasan drama
ini sudah cukup bagus dalam hal tempo permainan. Jeda dari per babak atau per adegan
dilakukan secara halus, tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat.
G. Teknik Menonjolkan
Pemain harus mampu menganalisis dan memilih bagian-bagian mana dalam adegannya
yang harus ditonjolkan. Bisa saja melalui teknik pengucapan dan teknis jasmani. Atau
bahkan melalui keduanya, seperti tokoh utama dalam pementasan drama ini yang
menonjolkan dirinya melalui pengucapannya yang tegas dan lantang serta gerak tubuh
dan mimik muka yang totalitas. Pemeran hakim menonjolkan dirinya melalui
pengucapan dialognya yang unik. Saksi 1 dan saksi 2 menonjolkan dirinya melalui
teknik jasmani khususnya olah tubuh atau gerakan anggota badan. Istri tersangka dan
teman suaminya lebih menonjolkan pada pengucapannya dengan dinamika, tekanan
nada dan tempo yang sangat baik. Namun untuk pemeran pengawal ajudan sendiri
belum berhasil dalam teknik menonjolkan ini karena kontribusi atau adegan mereka
yang monoton dan tidak menarik perhatian penonton.
H. Penghayatan Pemain
Sebagai seorang pemain drama sudah seharusnya mampu mendalami dan menghayati peran
yang akan dimainkan. Dalam pementasan drama ini para pemainnya sangat menghayati
peranannya, sehingga membuat cerita dari drama ini tersampaikan dengan baik. Misalnya
pemeran tersangka yang gila itu dalam imajinasinya difitnah membunuh orang padahal orang-
orang yang meninggal tersebut adalah tokoh-tokoh fiktif yang ia tulis dalam karyanya.
Sehingga ia tidak terima ketika ia harus menjadi sebagai tersangka atas tuduhan itu dan
merasa tidak ada keadilan dalam kasus yang menimpanya, akhirnya ia menyampaikan
sanggahannya sebagai bentuk pembelaan diri dengan emosi yang menggebu-gebu disertai
gesture, mimik muka, dan artikulasi yang tegas (menit ke 10:04-12:14).
3. Tata Artistik
A. Tata Panggung
Panggung merupakan tempat pementasan dalam sebuah pementasan drama. Tata panggung dalam
pementasan drama “Sekadar Imajinasi” didekorasi secara sederhana menyesuaikan latar pada kisah
drama tersebut. Panggung yang digunakan dalam pementasan drama tersebut yaitu panggung statis.
Pada awal scene, panggung didekorasi menyerupai tempat pengadilan karena pada pembukaan
drama tersebut berlatar di sebuah ruang pengadilan. Kemudian cerita tersebut berlanjut dengan latar
tempat di ruang tamu tokoh utama. Sehingga tata panggungnya pun menyesuaikan cerita tersebut.

B. Properti
Salah satu komponen yang kaitannya erat dengan tata panggung yaitu properti. Properti sangat
mendukung dalam setiap adegan, sehingga sangat dimungkinkan ketika perpindahan adegan atau
latar cerita akan ada pergantian properti untuk menyesuaikan adegan atau latar cerita tersebut.
Dalam pementasan drama ini menggunakan properti yang sederhana yaitu hanya menggunakan meja
dan kursi. Properti tersebut digunakan pada dua latar cerita, yang pertama saat berada di ruang
pengadilan, kemudian yang kedua saat berada di ruang tamu di dalam rumah penulis.
C. Tata Musik
Tata Musik menjadi salah satu bagian yang mendukung dalam sebuah pementasan
drama. Namun pada pementasan drama “Sekadar Imajinasi” tidak menggunakan
ornamen musik melainkan hanya menggunakan efek suara sebagai pendukung dalam
drama tersebut. Efek suara tersebut muncul pada opening dan closing dengan
memutar suara orang yang mengucapkan kalimat “Sekadar Imajinasi” secara
berulang-ulang untuk menambah kesan dramatis dalam drama tersebut.
D. Tata Lampu
Tata lampu atau dalam bahasa asing sering
disebut dengan lighting dalam sebuah pementasan
drama dapat membantu membangun suasana yang
sedang berlangsung. Tata lampu yang digunakan
dalam pementasan drama ini sangat sederhana
tetapi sudah memberikan kesan yang bagus.
Tata

lampu pada pementasan drama ini diatur agak redup agar mendukung suasana di pengadilan
yang terlihat menegangkan. Seperti drama pada umumnya dimana ketika ada adegan
interogasi biasanya menggunakan pencahayaan yang agak redup dan menyorot tokoh yang
bersangkutan.
E. Tata Rias
Penata Rias dalam pementasan drama ini ialah Sena Sukarya. Ia merias para tokoh
sesuai dengan perannya masing-masing. Namun dalam pementasan drama ini terdapat
tokoh yang dirias sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata.
Misalnya pada karakter hakim untuk make up nya dibuat sedikit aneh atau tidak biasa.
Sedangkan untuk tokoh yang lain menggunakan make up yang natural.
F. Tata Busana
Tata busana atau kostum dalam pementasan drama berguna untuk membantu pemain dalam
menandakan dan menonjolkan karakter tokoh. Misalnya pemeran hakim yang ditata sedemikian
rupa dengan memakai jubah dan rambut palsu. Kemudian untuk pemeran terdakwa dan saksi
menggunakan konsep sedikit komedi dengan mengenakan kostum menyerupai badut. Sedangkan
untuk pemeran pengawal, istri penulis, dan teman penulis mengenakan kostum sesuai dengan
perannya.
4. Nilai yang Terkandung dalam Drama “Sekadar Imajinasi”
Drama “Sekadar Imajinasi” karya Rangga Riantiarno mengandung nilai-nilai yang
tersampaikan kepada penonton. Nilai yang terkandung yaitu kritik sosial dan moral.
Drama tersebut mengajarkan kepada kita untuk tidak melakukan korupsi walau setinggi
apapun jabatan kita. Karena ketika kita memegang suatu jabatan yang tinggi, maka
segala perbuatan kita akan berdampak pada lingkungan sekitar kita. Ketka kita berbuat
hal buruk, maka orang-orang di sekeliling kita juga akan terkena dampaknya. Bahkan
juga dapat berdampak buruk kepada kita sendiri, terutama pada sisi psikologis kita.
Maka dari itu sangat perlu menerapkan prinsip “Berpikir sebelum Bertindak”.
06
Kesimpulan
Pementasan drama “Sekadar Imajinasi” karya Rangga
Riantiarno yang dipentaskan oleh komunitas teater
koma menggunakan pendekatan surealis. Secara
keseluruhan sudah cukup bagus. Baik dari sutradara,
pemain, tata panggung, dan lain sebagainya
menghasilkan sebuah pementasan drama yang bagus.
Cerita yang ditampilkan sangat menarik dan para
pemainnya pun mampu menarik perhatian penonton
dengan karakter masing-masing yang ditonjolkan.
Namun masih terdapat beberapa kekurangan juga
yang harus diperhatikan lebih lagi.
Whoa!
This can be the part of the presentation where you
introduce yourself, write your email…
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai