Anda di halaman 1dari 15

Kesehatan Mental

Apa itu Kesehatan Mental


Suatu keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan
sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat
dan kelemahan (WHO, 2001)

Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki


kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari
potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan
hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan
kontribusi kepada komunitasnya. (WHO, 2001)
Siapa Anak Usia Sekolah dan
Remaja.,.,???

Anak Usia Sekolah merupakan anak umur


lebih dari 6 tahun
sampai sebelum berusia 18 tahun.

Remaja adalah kelompok usia


10 tahun sampai berusia 18 tahun.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi gangguan


mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala
depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk
Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Situasi Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Status Gizi
• 26% anemia (5-14 thn)
sehatan Reproduksi dan HIV AIDS
Ke
• 32% anemia (15-24 thn)
• 24% menikah usia 15-24 thn
• 9% kurus
• 26% menikah usia <15 thn
• 17% gemuk/obesitas
• kehamilan remaja 48/1000 remaja • 26% pendek/stunting
• 1,7% HIV AIDS

Kekerasan dan Cedera Kebersihan Diri


• 4885 aduan kasus kekerasan • 92.6% karies (5-9 thn)
• 12% cedera dalam 1 tahun terakhir • 73% karies
 33% terjadi di jalan raya
(10-14thn) • 28% kecacingan
 r
59% saat
 56% mengendarai
saat dibonceng moto
motor • 6% diare

17% saat jalan kaki
Penyakit Tidak Menular
NAPZA • Kadar
• 7,2% 2% Asma
kholesterol borderline

adalah perokok
6% dari remaja aktif
perokok Kesehatan
• 6%Jiwa
depresi dan 0,7%
• penyakit
11% Gula darah puasa terganggu
jantung
• 27% pengguna NAPZA mental dan
(setiap hari) • 10% gangguan (risiko diabetes)
adalah pelajar emosional
Kondisi kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja sangat terkait dengan perilaku/ kebiasaan

Konsumsi Hubungan
Asupan Gizi Merokok, Alkohol seksual
setiap hari
makanan berisiko dan di Jalan raya
 5,3% pernah
 65% tidak sarapan  22% pernah hubungan
 50% konsumsi
 97% kurang Kebersihan diri Kesehatan Mental merokok seksual pranikah
konsumsi sayur dan makanan manis  6,4% dari yang  5% dari remaja
 32% konsumsi dan aktifitas fisik Emosional
buah pernah merokok yang melakukan
 98% tidak minum makanan asin  45% tidak cuci  65% remaja  merokok hubungan
 11% konsumsi
tablet tambah darah tangan dengan merasa orang setiap hari seksual pranikah
makanan instan
dengan cukup
 78% konsumsi
benar tua tidak  4% pernah melakukannya
 20% merasa  98% tidak sikat mengerti konsumsi dengan cara
makanan
tidak perlu
berpenyedap
gigi sesuai  20% dmerasa alkohol dipaksa
 19% lupa waktu yang pernah dibully  37% tidak  94% remaja telah
 9% takut efek dianjurkan  5% merasa pernah pakai terpapar samping
 57% kurang pernah ingin helm saat pornografi
aktifitas fisik bunuh diri berkendara

Sumber : Riskesdas, 2018, GSHS 2018, Kemendikbud 2017, SDKI 2017


Kesehatan Mental pada Anak dan Remaja
Peran Orang Tua Dan Lingkungan
Peran Orangtua
• Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
• Membekali anak dengan dasar moral dan agama
• Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua - anak
• Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
• Menjadi tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan
yang sehat
• Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak Hindarkan anak dari
NAPZA
Peran Sebagai pendidik - menyadari banyak tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan dialami remaja.
- memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. menanamkan nilai-nilai agama,
kemandirian, disiplin, bertanggung jawab.
Peran Sebagai Pendorong - memberikan dorongan saat terjadinya kegagalan
- menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi masalah,
serta tidak gampang menyerah dari kesulitan
Peran Sebagai Panutan - orang tua perlu memberikan contoh dan teladan, baik dalam menjalankan nilai-nilai
agama maupun norma yang berlaku di masyarakat.
Peran Sebagai Pengawas - menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku
remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam
kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri.
- pengawasan dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. sikap penuh curiga,
justru akan menciptakan jarak antara anak dan orang tua, serta kehilangan
kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan anak dan remaja.
Peran Sebagai Teman - perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh dari ketegangan atau ucapan
yang disertai cercaan.
Peran Sebagai Konselor - orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang positif dan
negative , sehingga mereka mampu belajar mengambil keputusan terbaik.
- sebagai konselor, orang tua dituntut untuk tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa
besar justru harus merangkul remaja yang bermasalah tersebut.
Peran Guru
• Bersahabat dengan siswa
• Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
• Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
• Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
• Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
• Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
• Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
• Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempa
• Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
• Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat adalah hal fisik,
mental, spiritual dan sosial
• Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Peran Pemerintah dan masyarakat
• Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
• Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas
anak melalui olahraga dan bermain
• Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
• Memberikan keteladanan
• Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan
hukumnya secara tegas
• Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Peran Media
• Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia)
• Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
• Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang
bebas biaya khusus untuk remaja
UPAYA PROMOTIF &
PREVENTIF

• Intervensi untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja bertujuan untuk


memperkuat faktor pelindung / protektif
• Upaya Promotif kesehatan jiwa dapat membantu remaja dalam
membangun ketahanan sehingga mereka dapat mengatasi masalah baik
dalam situasi sulit atau tertekan
• Berbagai upaya pencegahan penyakit yang berIsiko pada kondisi kesehatan
jiwa memerlukan pendekatan yang berjenjang dan bervariasi –
misalnya, melalui keluarga , sekolah, komunitas, digital media dll.
UPAYA PROMOTIF &
PREVENTIF
• satu-satu, disampaikan dalam grup, atau bimbing online psikologis
• Intervensi berfokus pada keluarga misalnya caregiver skills training, termasuk intervensi sesuai kebutuhan
care givers
• Intervensi berbasis sekolah , seperti:
• perubahan organisasi lingkungan psikologis yang aman, aman dan positif;
• pengajaran tentang kesehatan jiwa dan keterampilan hidup;
• pelatihan staf dalam deteksi dan dasar manajemen risiko bunuh diri
• dan pencegahan berbasis sekolah program untuk remaja yang rentan terhadap kondisi kesehatan jiwa
• intervensi berbasis masyarakat seperti kepemimpinan pada kelompok sebaya atau mentoring program
• program-program pencegahan yang ditargetkan pada remaja rentan, seperti remaja dalam bantuan
kemanusiaan , kelompok minoritas atau kelompok yang diskriminasi
• program untuk mencegah dampak kekerasan seksual pada remaja;
• program pencegahanbunuh diri multi sektoral;
• Program dan intervensi untuk pencegahan alkohol dan penyalahgunaan zat;
• Pendidikan seks yang komprehensif untuk membantu mencegah perilaku seksual berisiko;
DETEKSI DINI & PENGOBATAN
Early detection and treatment
• Sangat penting untuk mengatasi berbagai kebutuhan remaja dengan
kondisi kesehatan jiwa remaja yang beragam .

• Menghindari institusionalisasi / pelembagaan dan medikalisasi yang


berlebihan , memprioritaskan pendekatan non-farmakologi, dan
menghormati hak-hak anak sesuai dengan Konvensi PBB tentang hak-
hak anak dan hak asasi manusia lainnya
Referensi
• BKKBN Provinsi Jawa Tengah, 2006. Buku Pedoman Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR).
• IDAI. (2013). Masalah Mental Emosional Remaja dalam Bunga Rampai
• Kesehatan Remaja. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia: Jakarta, 62–75.
• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
• WHO. (2001). Basic documents, 43rd Edition. Geneva: World Health Organization.
• WHO. (2001c). Atlas: mental health resources in the world. Geneva: World Health
Organization.
• WHO. (2002). Prevention and promotion in mental health. Mental health: evidence
and research. Geneva: Department of Mental Health and Substance Dependence.

Anda mungkin juga menyukai