Anda di halaman 1dari 49

Geometri Ruang

Sumber: www.istockphoto.com
Kompetensi Dasar

• Mendeskripsikan jarak dalam ruang (antartitik, titik ke garis, dan titik ke


bidang).
• Menentukan jarak dalam ruang (antartitik, titik ke garis, dan titik ke
bidang).
Pengalaman Belajar

• Mengamati dan mengidentifikasi fakta pada jarak dalam ruang


(antartitik, titik ke garis, dan titik ke bidang) serta masalah yang terkait.
• Mengumpulkan dan mengolah informasi untuk membuat kesimpulan,
serta menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan jarak dalam ruang (antar titik, titik ke garis, dan titik ke
bidang).
• Menyajikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan jarak dalam
ruang (antartitik, titik ke garis, dan titik ke bidang).
• Mengamati dan mengidentifikasi fakta pada sudut dalam ruang (antar
garis, garis ke bidang, dan bidang ke bidang) serta masalah yang terkait.
• Mengumpulkan dan mengolah informasi untuk membuat kesimpulan,
serta menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sudut dalam ruang (antar garis, garis ke bidang, dan
bidang ke bidang).
• Menyajikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan sudut dalam
ruang (antar garis, garis ke bidang, dan bidang ke bidang).
Euclid adalah seorang
matematikawan yang hidup sekitar
tahun 300 SM di Alexandria.

Dalam bukunya “The Element”, ia


menyatakan 5 postulat yang menjadi
landasan dari semua teorema
yang ditemukannya.

Semua postulat dan teorema yang


Euclid ungkapkan merupakan
landasan teori tentang kedudukan
titik, garis, dan bidang dalam ruang,
yang hingga kini masih digunakan
dengan hampir tanpa
perubahan.
1.0 PENGERTIAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG
DALAM RUANG
1.0.1 Titik
Titik biasanya dilukiskan dengan noktah (.) atau tanda silang (x) dan
ditulis dengan kapital, seperti A,B, atau C
Titik tidak memiliki panjang, lebar ataupun ketebalan.

1.0.2 Garis Garis dapat ditulis dalam huruf kecil, seperti m,n, atau p.
Garis memiliki panjang, tapii tidak mempunyai lebar maupun
ketebalan. Suatu garis bisa lurus, melengkung atau kombinasi
keduanya.
Suatu garis lurus terbentuk oleh suatu titik yang selalu bergerak ke
arah yang sama, dan dapat diperpanjang secara tidak terbatas.

1.0.3 Bidang Bidang mempunyai panjang dan lebar, tapi tidak mempunyai
ketebalan.
Bidang adalah suatu permukaan di mana suatu garis yang
menghubungkan dua titik pada permukaan tsb secara keseluruhan
akan terletak pada permukaan tsb
1.1 KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG
DALAM RUANG
1.1.1 Unsur-Unsur Bangun Ruang

Marilah kita pahami unsur-unsur bangun ruang, yaitu titik, garis, dan bidang
melalui sebuah kubus. Perhatikan gambar berikut.

Gambar tersebut menunjukkan suatu kubus


ABCD.EFGH. Kubus tersebut dibatasi oleh enam
buah bidang datar, yaitu bidang ABCD, EFGH,
BCGF, ADHE, ABFE, dan DCGH. Suatu bidang
mempunyai ukuran panjang dan luas, tetapi
tidak mempunyai volume, oleh karena itu kita
katakan bahwa sebuah bidang berdimensi dua.
Keenam bidang tersebut masing-masing dibatasi oleh garis-garis.
Misalnya bidang ABCD dibatasi oleh garis AB, BC, DC, dan AD.
Garis adalah tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ukuran panjang,
tetapi tidak mempunyai luas maupun volume, oleh karena itu kita katakan
bahwa sebuah garis berdimensi satu. Sedangkan semua garis itu dibatasi
Oleh titik-titik. Misalnya garis AB dibatasi oleh titik A dan B, dan seterusnya.
Titik tidak mempunyai ukuran, baik panjang, luas, maupun volume,
oleh karena itu kita katakan bahwa titik tidak mempunyai dimensi.

Kubus sendiri adalah bangun ruang yang mempunyai ukuran panjang, luas,
dan volume. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kubus berdimensi tiga.
1.1.2 Benda Putar
Perhatikan gambar berikut

Gambar 1.2 memperlihatkan bahwa, jika


bidang datar APQB seperti Gambar 1.2(i)
diputar satu putaran penuh mengelilingi PQ
sebagai sumbu/poros, bangun hasil yang
terjadi adalah suatu bangun ruang yang
disebut “silinder” atau “tabung”.

Perhatikan gambar berikut

Gambar 1.3(i), yaitu segitiga siku-siku APQ,


jika diputar satu putaran penuh mengelilingi
sumbu PQ, bangun hasil yang terjadi adalah
bangun ruang yang disebut “kerucut”.
Perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.4(i);
suatu setengah lingkaran yang
berpusat di O, diputar mengelilingi
sumbu POQ, bangun hasil yang terjadi
adalah bangun ruang yang disebut
“bola”.

Ketiga ilustrasi tersebut menjelaskan kepada kita bahwa silinder/tabung,


kerucut, dan bola merupakan contoh-contoh bangun ruang selain prisma,
piramida, limas, kubus, dan sebagainya.
1.1.3 Hubungan Titik, Garis, dan Bidang

Melalui dua buah titik yang tidak berimpit hanya ada satu garis lurus.

Jika sebuah garis lurus mempunyai dua titik sekutu dengan bidang
datar, maka garis terletak pada bidang.

Melalui tiga buah titik yang tidak berimpit atau segaris hanya ada
satu bidang datar.

Melalui sebuah garis (misalnya EG) dan sebuah titik tidak


pada garis (misalnya B) dapat dibuat satu bidang datar.

Melalui dua garis yang berpotongan, hanya ada satu bidang datar.

Melalui dua buah garis yang sejajar, hanya ada satu bidang datar.
1.1.4 Kedudukan Titik dan Garis pada Bidang
Perhatikan gambar berikut

Berdasarkan gambar di samping, diperoleh:

a. dapat disimpulkan sebagai berikut.


i. karena P pada bidang ABCD, maka dikatakan
bahwa bidang ABCD melalui titik P,
ii. karena AC pada bidang ABCD, maka dikatakan
bahwa bidang ABCD melalui garis AC.

b. Titik D dan garis AC sebidang, yaitu bidang ABCD,


tapi titik D tidak pada garis AC.
Jika suatu titik dan suatu garis sebidang,
maka kemungkinannya adalah:
i. titik terletak pada garis, dan
ii. titik tidak terletak pada garis.
1.1.5 Kedudukan Garis dan Garis dalam Ruang
Perhatikan gambar berikut

Gambar di samping menunjukkan bahwa garis AH dan


garis BD tidak sejajar, sehingga melalui kedua garis itu
tidak dapat dibuat sebuah bidang datar.

• Garis AH dan EG bersilangan.


• Garis AH dan DB bersilangan

Dua buah garis yang bersilangan, maka:

(i) keduanya tidak terletak pada satu bidang, dan


(ii) keduanya tidak mungkin mempunyai titik
persekuuan.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar di samping menunjukkan bahwa:

i) Garis HB dan AG mempunyai titik persekutuan (berpotongan), yaitu O,


sehingga keduanya berada pada bidang yang sama, yaitu bidang ABGH.
(ii) Garis BD dan FH sejajar, maka keduanya berada pada satu bidang yang sama,
yaitu bidang BDFH, tetapi keduanya tidak mempunyai titik persekutuan.

Jadi, kedudukan dua garis dalam ruang adalah:


1.1.6 Kedudukan Garis dan Bidang dalam Ruang
Perhatikan gambar berikut:

Gambar di samping menunjukkan bahwa:

• Titik C dan E di luar bidang BDHF.


• Titik O adalah titik persekutuan antara
garis CE dan bidang BDHF. Titik O
disebut titik potong antara garis CE
dengan bidang BDHF.
• Semua garis yang sejajar CE, memotong
bidang BDHF.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar di samping menunjukkan bahwa:

• Garis PQ memotong bidang ABCD di P.


• AC dan BD berpotongan di P, dan keduanya pada
bidang ABCD.
• AC ⊥ PQ dan BD ⊥ PQ.
Jadi, PQ ⊥ bidang ABCD.

PQ ⊥ BC ... (tegak lurus bersilangan)


PQ ⊥ DC ... (tegak lurus bersilangan)
1.1.7 Kedudukan Bidang dan Bidang dalam Ruang
Perhatikan gambar berikut:

Gambar di samping menunjukkan bahwa:

i) Titik Garis BD adalah garis potong


antara bidang ABCD dan BDHF.
BD pada ABCD; dan BD pada BDHF.
Garis BD disebut garis persekutuan
(garis tumpuan).

(ii) Garis PQ adalah garis persekutuan


(tumpuan) bidang ACGE dan BDHF,
maka kedua bidang ACGE dan
BDHF berpotongan.
Perhatikan gambar berikut:

Gambar di samping menunjukkan bahwa:

i) garis AC dan BD berpotongan pada bidang ABCD.


ii) garis EG dan FH berpotongan pada bidang EFGH.
iii) AC // EG serta BD // FH.
Jadi, ABCD // EFGH.
Jika dua buah garis (AC dan BD) yang berpotongan pada
suatu bidang (ABCD), sejajar dengan dua buah garis
(EG dan FH) yang berpotongan pada bidang lain (EFGH),
maka kedua bidang itu (ABCD dan EFGH) sejajar.

Jarak antara kedua bidang ABCD dan EFGH diwakili oleh AE dan CG.
AE ⊥ bidang EFGH
CG ⊥ bidang EFGH
Bidang ACGE adalah suatu persegi panjang, sehingga panjang AE = CG.
Contoh:
Diketahui balok PQRS.TUVW. Tentukan:
a. (i) titik sudut,
(ii) rusuk,
(iii) sisi (bidang).
b. (i) titik yang terletak pada garis PQ,
(ii) titik yang terletak pada bidang TUVW,
(iii) garis yang terletak pada bidang PSWT.
c. (i) garis yang sejajar dengan garis PQ,
(ii) garis yang berpotongan dengan garis SR,
(iii) garis yang bersilangan dengan garis TW.
d. (i) bidang yang berpotongan dengan garis PR,
(ii) bidang yang berpotongan tegak lurus dengan garis QU,
(iii) bidang yang sejajar dengan garis VW,
(iv) bidang yang berimpit dengan garis SP.
e. (i) bidang yang sejajar dengan bidang PQRS,
(ii) bidang yang berpotongan dengan bidang PRVT.
Jawab:
Perhatikan gambar berikut.
a. (i) Titik sudut pada balok adalah titik P, Q, R, S, T, U, V,
dan W.
(ii) Rusuk pada balok adalah garis PQ, QR, RS, SP, TU,
UV, VW, WT, PT, QU, RV, dan SW.
(iii) Sisi (bidang) pada balok adalah bidang PQRS,
PQUT, TUVW, SRVW, PQUT, QRVU, dan PSWT.

b. (i) Titik yang terletak pada garis PQ adalah titik P dan titik Q.
(ii) Titik yang terletak pada bidang TUVW adalah titik T, U, V, dan W.
(iii) Garis yang terletak pada bidang PSWT adalah garis PS, SW, WT, TP, PW, dan
TS.
c. (i) Garis yang sejajar dengan garis PQ adalah garis SR, VW, dan TU.
(ii) Garis yang berpotongan dengan garis SR adalah garis PS, WS, TS, US, QS, VS,
QR, UR, VR, WR, TR, dan PR.
(iii) Garis yang bersilangan dengan garis TW adalah garis SR, PQ, PU, QS, SV, QV,
UR, PV, SU, QU, dan RV.
d. (i) Bidang yang berpotongan dengan garis PR adalah bidang PQUT,
SRVW, QRVU, PSWT, PQVW, RSTU, TQRW, PUVS, dan SQUW.
ii) Bidang yang berpotongan tegak lurus dengan garis QU adalah
bidang PQRS dan bidang TUVW.
iii) Bidang yang sejajar dengan garis VW adalah bidang PQRS
dan bidang PQUT.
iv) Bidang yang berimpit dengan garis SP adalah bidang PSWT,
PQRS, dan PSVU.
e. (i) Bidang yang sejajar dengan bidang PQRS adalah bidang TUVW.
ii) Bidang yang berpotongan dengan bidang PRVT adalah bidang
SQUW, PQRS, TUVW, QRVU, PSWT, PQUT, SRVW, SRUT, QRWT,
dan PUVS.
Kamu dapat menguji pemahaman
tentang KEDUDUKAN TITIK,
GARIS, DAN BIDANG DALAM
RUANG dengan mengerjakan soal
Latihan 1 pada halaman 14–17.
1.2 JARAK PADA BANGUN RUANG
1.2.1 Jarak Antartitik dan Jarak Titik ke Garis dan Bidang
Perhatikan gambar berikut.

Jarak (d) antara dua titik adalah pan jang ruas


garis yang menghubungkan titik tersebut.

Perhatikan gambar berikut.

Jarak (d) antara titik A dan garis l adalah panjang


ruas garis yang ditarik dari titik A dan tegak lurus
terhadap garis l.
(Lihat gambar di samping)
Perhatikan gambar berikut.

Jarak antara titik A dan bidang V adalah panjang


ruas garis yang tegak lurus menghubungkan titik
tersebut dengan bidang.

Perhatikan gambar berikut.

Garis l dikatakan tegak lurus bidang V, jika dan


hanya jika garis tersebut tegak lurus pada dua
garis lurus yang melalui titik potong garis l
dengan bidang V.
(Lihat gambar di samping).
Contoh:
Pada kubus ABCD.EFGH, buktikan bahwa garis AC tegak lurus terhadap
bidang BDHF.

Bukti:
AC dan BD merupakan diagonal persegi ABCD, sehingga AC ⊥ BD … (1)
Garis PQ (pada BDHF) // AE, dan AE ⊥ AC, sehingga
AC ⊥ PQ … (2)
Berdasarkan (1) dan (2), maka AC tegak lurus bidang BDHF.
Kamu dapat menguji pemahaman
tentang JARAK ANTARTITIK DAN
JARAK TITIK KE GARIS DAN
BIDANG dengan mengerjakan
soal Latihan 2 pada halaman
22–25.
1.2.2 Jarak Garis ke Garis dan Garis ke Bidang

Definisi

Jarak antara dua garis sejajar atau bersilangan adalah panjang ruas garis
yang tegak lurus terhadap kedua garis tersebut.

Perhatikan gambar berikut.

(i) Ruas garis d menunjukkan jarak garis l dan m.


(ii) Jarak antara AC dan EG dalam kubus ABCD.EFGH diwakili oleh PQ.
Garis AC // EG, titik P dan Q masing-masing pusat bidang ABCD dan EFGH.
iii) Garis BD bersilangan de ngan EG. Jarak antara BD dan EG dalam kubus
ABCD.EFGH diwakili oleh PQ.
Gambar jaringan kabel telepon di bawah ini memperlihatkan jarak
antara kabel telepon dan tanah.

Dengan memperhatikan model tersebut, maka jarak antara garis


dan bidang dapat didefi nisikan sebagai berikut.
Definisi:
Jarak antara garis dan bidang yang saling sejajar adalah panjang ruas garis
yang masing-masing tegak lurus terhadap garis dan bidang tersebut.
Perhatikan gambar berikut.

Ruas garis AB mewakili jarak antara garis l dan


bidang V, seperti pada gambar di samping.

Perhatikan gambar berikut.

Gambar di samping merupakan sebuah kubus


ABCD.EFGH. Jarak antara garis EG dan bidang
ABCD yang saling sejajar diwakili oleh garis PQ.
Garis AC merupakan proyeksi ortogonal garis EG
ke bidang ABCD.
1.2.3 Jarak Bidang ke Bidang

Tiang penyangga pada ruangan yang ditunjukkan pada gambar berikut


merupakan jarak yang menghubungkan atap dan lantai rumah.

Dengan memperhatikan model tersebut


maka kita dapat mendefinisikan jarak
antara dua bidang.

Definisi
Jarak antara dua bidang adalah panjang ruas garis
yang tegak lurus terhadap dua bidang tersebut.

Ruas garis PQ mewakili jarak antara bidang V dan


bidang U seperti diperlihatkan pada gambar di samping.
Contoh:
Diketahui balok ABCD.EFGH dengan panjang
AB = 6 cm, BC = 4 cm, dan BF = 8 cm.
Hitunglah jarak antara:
a. garis AB dan HG,
b. garis AC dan bidang EFGH,
c. bidang ABFE dan DCGH.

  Jawab:
a. Jarak antara garis AB dan HG dapat diwakili oleh ruas garis AH atau BG.
BG2 = BC2 + CG2
= 42 + 82
= 16 + 64
= 80
BG = 80 = 4
Jadi, jarak antara garis AB dan garis HG adalah 4 cm.
b. Jarak antara garis AC dan bidang EFGH dapat diwakili oleh ruas garis
AE atau CG, sehingga jarak yang dimaksud adalah 8 cm.
c. Jarak antara bidang ABFE dengan DCGH dapat diwakili oleh ruas garis
BC, FG, EH, atau AD, sehingga jarak yang dimak sudkan adalah 4 cm.
Kamu dapat menguji pemahaman
tentang JARAK GARIS KE GARIS,
GARIS KE BIDANG, DAN
BIDANG KE BIDANG dengan
mengerjakan soal Latihan 3 pada
halaman 28–30.
1.3 SUDUT PADA BANGUN RUANG (PENGAYAAN)

1.3.1 Proyeksi Garis pada Bidang


 
Perhatikan gambar berikut.

Gambar (i) di atas menunjukkan garis l yang


melalui titik A dan B. Melalui titik A dan B
masing-masing dibuat garis yang tegak lurus
pada bidang V serta memotong bidang tersebut
di titik A dan B. Garis yang melalui titik A dan B
dinamakan proyeksi orthogonal garis l pada
bidang V.
  Perhatikan gambar berikut.

Gambar (ii) menunjukkan:

• PQRS adalah bidang datar horizontal.


• AC adalah garis yang tidak berimpit dan tidak sejajar dengan bidang PQRS.
• AC adalah bayangan garis AC akibat pantulan sinar/cahaya vertikal
ke bidang PQRS, sehingga:
1)garis AC disebut proyeksi garis AC pada bidang PQRS,
2)sudut adalah sudut antara AC dengan bidang PQRS yang diwakili
oleh sudut antara garis AC dengan proyeksinya garis AC, yaitu CAC.
Contoh:
Diketahui kubus ABCD.EFGH. Tentukan proyeksi garis:
a. AF terhadap bidang ABCD,
b. AH terhadap bidang BDHF.

Jawab:
a. Perhatikan gambar berikut.

Garis FB tegak lurus bidang ABCD, sedangkan


titik A terletak pada bidang ABCD. Dengan
demikian, proyeksi garis AF terhadap bidang
ABCD adalah garis AB.
b. Perhatikan gambar berikut.

Garis AP tegak lurus bidang BDHF jika titik P


merupakan pusat bidang sisi ABCD.
Karena titik H berimpit dengan bidang BDHF,
maka proyeksi garis AH terhadap bidang
BDHF adalah garis HP.
1.3.2 Sudut Antara Garis dan Garis
Dua garis yang tidak sejajar dalam ruang dapat berpotongan atau bersilangan.
Jika dua garis berpotongan, maka kedua garis tersebut berada dalam bidang
yang sama. Sebaliknya, jika dua garis bersilangan, maka kedua garis tersebut
tidak berada dalam satu bidang yang sama.

  A. Dua garis berpotongan


Definisi
Sudut antara dua buah garis l dan m yang berpotongan adalah sudut
yang terletak pada perpotongan garis l dan m.

Perhatikan gambar berikut.

Garis l dan garis m berada dalam satu


bidang dan berpotongan di titik O. Sudut
yang dibentuk oleh garis l dan m, dapat
ditulis dengan (l, m), yaitu QOP atau QOP.
A. Dua garis bersilangan
Definisi
Sudut antara dua buah garis l dan m yang ber silangan adalah sudut
yang diperoleh dari dua garis yang berpotongan yang masing-masing
sejajar dengan garis l dan m.

Perhatikan gambar berikut.

Garis lʹ // l, garis mʹ // m, dan garis lʹ


dan mʹ berpotongan di O, maka
sudut 𝜃 yang dibentuk oleh lʹ dan mʹ
merupakan sudut antara garis l dan m.
Contoh:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm.

Tentukan sudut yang dibentuk oleh garis-garis:


a. AH dan AC,
b. AE dan ED.

  Jawab:
a. Perhatikan gambar berikut.
Garis AH dan AC berpotongan di titik H dan
terletak pada bidang AHC.
Sudut antara garis AH dan HC adalah ∠AHC.
Perhatikan ΔAHC.
AH = HC = CA = 4 cm (diagonal sisi)
Jadi, ΔAHC merupakan segitiga sama sisi.
Oleh karena itu, besar AHC adalah 60°.
  Perhatikan gambar berikut.
Garis AE dan ED berpotongan di titik E.
Sudut antara garis AE dan AD adalah AED.
Perhatikan bahwa ΔAED merupakan segitiga siku-
siku sama kaki.
Oleh karena itu, besar AED adalah 45°.

1.3.3 Sudut Antara Garis dan Bidang


  Definisi

Sudut antara garis dan bidang adalah sudut antara garis tersebut
dengan proyeksi garis itu pada bidang.

Perhatikan gambar berikut.

Garis AC merupakan proyeksi garis AC pada


bidang V. Oleh karena itu, sudut antara garis AC
dan bidang V adalah CAC = .
Contoh:
Diketahui kubus ABCD.EFGH yang panjang rusuknya 2 cm.

a. Tentukan sudut antara BH dan bidang ABCD.


b. Hitunglah besar sudut antara BH dan bidang ABCD.

  Jawab:

a. Proyeksi garis BH pada bidang ABCD adalah garis BD karena garis HD tegak lurus
bidang ABCD dan titik B terletak pada bidang ABCD. Dengan demikian, sudut antara
garis BH dan bidang ABCD adalah DBH.
b. Untuk menentukan besar sudut tersebut, perhati kan segitiga siku-siku DBH dan
misalkan DBH = .
tan = = 35,26° (menggunakan kalkulator)
Jadi, (BH, ABCD) = 35,26°.
1.3.4 Sudut Antara Dua Bidang
Definisi

Sudut antara bidang U dan V dapat ditentukan oleh garis l pada bidang
U dan garis m pada bidang V yang masing-masing tegak lurus pada
garis perpotongan bidang U dan V.CV

 
Perhatikan gambar berikut.

Bidang U dan V berpotongan di suatu garis yang


dituliskan dengan garis (U, V). Garis PQ pada
bidang U dan garis PQ garis (U, V). Garis QR pada
bidang V dan garis QR garis (U, V), sehingga PQR
adalah sudut tumpuan yang merupakan sudut
antara bidang U dan V.
Sudut tumpuan didefinisikan sebagai sudut miring (sudut condong)
terbesar di antara dua bidang.
Contoh:
Diketahui kubus ABCD.EFGH yang panjang rusuknya 6 cm.

a. Tentukan sudut antara bidang ABGH dengan ABCD.


b. Hitunglah besar sudut antara bidang ABGH dengan
ABCD.
c. Tentukan sudut antara bidang BDHF dengan AFH.
d. Hitunglah besar sudut antara bidang BDHF dengan
AFH.

  Jawab:
a.
• Garis AB merupakan garis tumpuan.
• Garis GB garis AB dan garis CB garis AB.
(ABGH, ABCD) = CBG = DAH = .
Jadi, sudut antara bidang ABGH dengan ABCD adalah CBG atau DAH.
 
Perhatikan BCG siku-siku di C pada gambar berikut.

Jika CBG = , maka


tan =

tan = 1
= 45°
Jadi, (ABGH, ABCD) = 45°.

 
c. Perhatikan gambar berikut.

• Garis HF merupakan garis tumpuan.


• Garis AL garis HF dan garis PL garis HF.
(BDHF, AFH) = ALP = .
Jadi, sudut antara bidang BDHF dengan
AFH adalah ALP.
 
d. Perhatikan APL siku-siku di P pada gambar berikut.

Jika ALP = , maka


tan =

= 35,26° (menggunakan kalkulator)

Jadi, (BDHF, AFH) = 35,26°.


Kamu dapat menguji pemahaman
tentang SUDUT PADA BANGUN
RUANG (PENGAYAAN)
dengan mengerjakan soal
Latihan 4 pada halaman 39–43.
1.4 MASALAH YANG MELIBATKAN GEOMETRI
RUANG
1.3.1 Proyeksi Garis pada Bidang
Untuk memahami cara memecahkan masalah nyata yang berkaitan dengan
geometri ruang, simaklah contoh berikut.

Contoh:
Diketahui piramida Giza di Mesir berbentuk limas segi empat beraturan
dengan panjang rusuk alas 230 m dan panjang rusuk tegak 219 m.

Tentukan jarak terdekat puncak piramida


dengan lantai (alas) piramida.
Jawab:
Perhatikan gambar berikut.

Jarak terdekat puncak piramida (titik T) dengan lantai


piramida (bidang alas ABCD) adalah tinggi piramida
(Garis TO).
Jadi, jarak terpendek puncak piramida dengan lantai piramida
adalah146,66 m.
Kamu dapat menguji pemahaman
tentang MASALAH YANG
MELIBATKAN GEOMETRI RUANG
dengan mengerjakan soal
Latihan 5 pada halaman 46–48.

Anda mungkin juga menyukai