Kelompok4:
Add your idea here ANGELA
STEPHANI
E ELVIRA
MONAREH
/2020020100
44
ELSA
Konsep ekonomi hijau, pertumbuhan hijau, pertumbuhan hijau inklusif,
berfokus pada keterkaitan yang positif dan memperkuat antara
kelestarian lingkungan dan pembangunan.
INTRODUCTION
Dengan latar belakang tersebut, bab ini menilai potensi tarik-ulur antara
dimensi sosio-ekonomi dan pembangunan hijau dalam konteks standar
keberlanjutan minyak kelapa sawit dan mengusulkan cara-cara praktis
untuk mengatasi tarik-ulur ini
INTRODUCTIO
N
• Sektor kelapa sawit merupakan sumber pendapatan yang menggiurkan dengan menawarkan
pengembalian yang tinggi atas tanah dan tenaga kerja serta dapat berfungsi sebagai mesin penting
bagi pembangunan sosial-ekonomi pedesaan.
• Sektor kelapa sawit memiliki dampak negatif yang serius terhadap kelestarian lingkungan, termasuk
berkurangnya keanekaragaman hayati dan emisi gas rumah kaca yang masif ketika hutan dan lahan
gambut diganti.
Selama beberapa tahun terakhir, meningkatnya kekhawatiran tentang keberlanjutan terkait minyak sawit
telah memicu berbagai inisiatif penetapan standar dan sertifikasi
Sertifikasi petani kecil merupakan tantangan, karena menuntut
seperangkat kapasitas keuangan, manajerial dan agronomis. Meskipun
sertifikasi petani kecil dapat menjadi instrumen yang menjanjikan untuk
berkontribusi pada pertumbuhan hijau yang inklusif, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan:
• Pertama, ada kekhawatiran bahwa difusi standar swasta yang
bertujuan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan dapat merusak
situasi sosial-ekonomi petani kecil—sejauh standar menghasilkan
eksklusi pasar.
• Kedua, sementara sertifikasi petani kecil dapat menghasilkan
INTRODUCTION manfaat sosial-ekonomi bagi petani yang menjadi bagian dari skema
sertifikasi, manfaat ini mungkin memiliki implikasi yang merugikan
bagi kelestarian lingkungan—sejauh meningkatkan insentif untuk
memperluas perkebunan kelapa sawit, termasuk ke kawasan hutan.
Kekhawatiran yang meningkat tentang efek negatif dari produksi minyak sawit telah
menyebabkan munculnya standar keberlanjutan dan skema sertifikasi. Roundtable
telah mengembangkan seperangkat prinsip dan kriteria (P&C) untuk produksi minyak
sawit berkelanjutan dan telah menerapkan sertifikasi petani mandiri sesuai dengan
P&C ini sejak 2008.
sejauh mana ada trade off antara sosial ekonomi dan lingkungan
1
keberlanjutan dalam konteks sertifikasi petani kelapa sawit swasta?
ECONOMIC AND
ENVIRONMENTAL apakah dimensi sosial ekonomi mendapat tekanan dalam konteks
SUSTAINABILITY: 2
sertifikasi petani kecil yang digunakan sebagai alat untuk mendorong
THE RISK OF TRADE- kelestarian lingkungan?
OFFS
EXCLUSION petani kecil yang tidak bersertifikat tidak dapat memperoleh akses
kepasar yang mensyaratkan kepatuhan terhadap standar
keberlanjutan dan dikecualikan dari pasar pasar
INCENTIVES
implikasi buruk bagi kelestarian lingkungan karena dapat
Add your idea here
•Tingkat Internasional
Peluncuran ISPO adalah persaingan untuk mendapatkan pangsa pasar.
Contoh, ketua IPOC menyatakan bahwa tujuan ISPO adalah untuk meningkatkan daya saing
minyak kelapa sawit Indonesia di pasar global.
•Tingkat Nasional
Pendorong kedua sebagian besar didorong oleh perjuangan antar tingkat nasional,
terutama pemerintah dan perusahaan produsen dalam negeri. ISPO = Indonesian Sustainable Palm Oil
Contoh, ketua Komite Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) secara eksplisit menggambarkan
tantangan minyak sawit berkelanjutan kelapa sawit berkelanjutan sebagai masalah Indonesia IPOC = Indonesian Palm Oil Committee
• dalam konteks ISPO banyak isu-isu sosial utama yang tidak ada atau tidak disebutkan
secara jelas
Sebagai contoh, ISPO tidak mengandung konsep "persetujuan atas dasar informasi di awal
tanpa paksaan" (FPIC), di mana persetujuan untuk pengembangan perkebunan atau masyarakat
setempat harus diperoleh dengan cara "bebas, didahulukan dan diinformasikan" dari individu
dan masyarakat yang terkena dampak.
ISPO = Indonesian Sustainable Palm Oil
• Hubungan antara standar publik dan swasta dapat menimbulkan inefisiensi dan
membebani produsen, terutama produsen kecil, jika mereka harus disertifikasi dengan
standar yang berbeda.
• Interaksi yang berpotensi disfungsional antara standar publik dan standar swasta dapat
membebani produsen, terutama produsen kecil.
APA IMPLIKASI DARI PELUNCURAN ISPO BAGI PETANI KECIL?
• Tingginya biaya finansial dan administrasi membuat sertifikasi hampir tidak mungkin dilakukan oleh produsen kecil berpotensi menyebabkan
mereka dikucilkan dari pasar dari pasar internasional.
• Dengan skema yang digerakkan oleh negara seperti ISPO, tampaknya mengklaim kembali peran mereka dalam mengurus warganya. Memang,
ISPO telah menyoroti sertifikasin petani kecil, yang bisa dibilang lebih kuat daripada RSPO. Klaim ini didukung oleh Kementerian Pertanian
Indonesia dan UNDP melalui proses uji coba pedoman untuk sertifikasi petani kecil ISPO (UNDP,2015)
• Petani kecil masih akan menghadapi tantangan berat ketika mengadopsi ISPO akibat ketidaktersediaan peta jalan yang komprehensif untuk
mengintegrasikan petani kecil, implementasi ISPO menjadi tidak efektif
KESIMPULAN LANSKAP STANDAR YANG BERUBAH DAN
IMPLIKASINYA
Secara keseluruhan, implikasi yang telah disebutkan di atas menuju inisiatif yang lebih didorong oleh publik
berpotensi mempengaruhi trade-off antara dimensi sosial dan lingkungan keberlanjutan.
Kasus kelapa sawit menunjukkan bahwa meskipun skema yang digerakkan oleh pemerintah mungkin lebih
memperhatikan produsen kecil atau petani kecil daripada skema yang digerakkan oleh swasta,
Standar keberlanjutan swasta saja tidak dapat menyelesaikan semua masalah lingkungan yang relevan dengan produksi minyak kelapa sawit,
misalnya perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung.
Bab ini telah menunjukkan bahwa tujuan “pembangunan berkelanjutan” atau “pertumbuhan ekonomi hijau inklusif” dengan basis sertifikasi
petani kecil merupakan hal yang menantang dan dapat menimbulkan trade-off yang besar, seperti melemahkan situasi sosio-ekonomi petani
kecil.
CONCLUSION
Peningkatan produktivitas yang terkait dengan sertifikasi RSPO dapat menyebabkan peningkatan ekspansi ke dalam kawasan hutan atau
kawasan lindung, yang dapat bertentangan dengan tujuan RSPO untuk memerangi deforestasi. Untuk menghindari hasil yang kontradiktif
tersebut, mekanisme kontrol dan perlindungan harus diterapkan dalam proyek-proyek sertifikasi petani kecil.
Pada tahun 2015, Malaysia memperkenalkan standar MSPO, dan Brasil juga telah memperkenalkan skema nasional untuk minyak kelapa sawit
dan kedelai. Untuk mengelola keseimbangan antara keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, petani kecil harus menandatangani kontrak yang
melarang pembukaan lahan baru di kawasan hutan dan pelatihan khusus harus diberikan. Tujuan lingkungan dari sertifikasi petani kecil harus
diberikan perhatian yang sama dengan tujuan sosial-ekonomi, dan kemungkinan kontradiksi antara kedua tujuan ini harus dikelola.