Proses maserasi, mikroalga Botryococcus Braunii kering sebanyak 40 gram ditempatkan pada erlenmeyer, kemudian
ditambahkan pelarut n-Heksane sebanyak 150 mL. Proses pengadukan dilakukan dengan orbital shaker selama 450 menit.
Kemudian campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Untuk mengambil komponen minyak dari filtrat
dilakukan dengan distilasi. Minyak hasil ekstraksi diuji dengan GC-MS untuk mengetahui kandungan asam lemaknya.
(Widyastuti, 2015)
Hasil dan Pembahasan
Hasil ekstraksi Lipid menggunakan metode maserasi
didapat hasil tertinggi pada perlakuan fotoperiode
model C yaitu 12 Jam penyinaran dan 12 Jam kondisi
gelap.
Dan model fotoperiode model A (4 Jam terang – 12
Jam gelap) memberikan hasil terendah. Dengan hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan Indonesia
merupakan tempat yang paling ideal untuk
bertumbuh dan kembangnya alga ini karena faktor
pencahayaannya 12 jam terang dan 12 jam gelap.
Kesimpulan dan Saran
• Mikroalga jenis Botryococcus Braunii dapat dikembangkan sebagai sumber alternatif energi terbarukan
(NRE) sehingga dapat meminimalkan penggunaan bahan pangan untuk sumber energi.
• Dengan hasil optimal di perlakuan C (12 jam penerangan dan 12 jam gelap) maka negara – negara
tropis memiliki potensi pengembangan mikroalga. Sedangkan untuk negara – negara subtropic perlu
dilakukan modifikasi pencahayaan dan kalkulasi keekonomian jika mikroalga dijadikan bahan baku
biodiesel.