Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Lama Pencahayaan terhadap Produksi

Lipid Mikro Algae Botryococcus Braunii sebagai


Bahan Baku Biodiesel.
 
Present by
Maryono
Pendahuluan
Saat ini bahan baku biodiesel berasal dari kelapa sawit,
sehingga terjadi tarik menarik antara kebutuhan energi
dengan kebutuhan rumah tangga.

Mikroalga merupakan bahan baku alternatif bahan


biodiesel. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroalga salah satunya pencahayaan
dan media tumbuh dari mikroalga.
Durasi pencahayaan yang terukur memungkinkan
optimalnya produksi mikroalga sehingga effisiensi
akan terjadi jika durasi tersebut dapat diketahui.
Media tumbuh mikroalga yang optimal menurut
penelitian Rustam & Amini, 2015 menggunakan
media air laut 2/3 dan alga 1/3.
Tujuan & Tinjauan Pustaka
Menurut (Rustam & Amini, 2015)
Keunggulan mikroalga jenis Botryococcus braunii antara lain :
1. Kandungan minyak sebesar 25-75% dari berat kering.

2. Pertumbuhan cepat (fase stasioneri dihari 8)


3. Mudah dibudidayakan
Metode dan Perlakuan
Ada 4 perlakuan penyinaran sebagai berikut sesuai dengan Kondisi media:
(Widianingsih et al., 2012) : • 2/3 air laut dan 1/3 kultur mikroalga
1. Perlakuan A (4 jam terang-20 jam gelap), • Salinitas di 30-32 ppt
2. Perlakuan B (8 jam terang-16 jam gelap), • Temperatur 19 – 23 0C
3. Perlakuan C (12 jam terang-12 jam gelap), • Derajat keasaman 7 – 8
4. Perlakuan D (24 jam terang-0 jam gelap). • Aerator
Dilakukan dengan 3 kali pengulangan.

Proses maserasi, mikroalga Botryococcus Braunii kering sebanyak 40 gram ditempatkan pada erlenmeyer, kemudian
ditambahkan pelarut n-Heksane sebanyak 150 mL. Proses pengadukan dilakukan dengan orbital shaker selama 450 menit.
Kemudian campuran disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Untuk mengambil komponen minyak dari filtrat
dilakukan dengan distilasi. Minyak hasil ekstraksi diuji dengan GC-MS untuk mengetahui kandungan asam lemaknya.
(Widyastuti, 2015)
Hasil dan Pembahasan
Hasil ekstraksi Lipid menggunakan metode maserasi
didapat hasil tertinggi pada perlakuan fotoperiode
model C yaitu 12 Jam penyinaran dan 12 Jam kondisi
gelap.
Dan model fotoperiode model A (4 Jam terang – 12
Jam gelap) memberikan hasil terendah. Dengan hasil
penelitian tersebut dapat dikatakan Indonesia
merupakan tempat yang paling ideal untuk
bertumbuh dan kembangnya alga ini karena faktor
pencahayaannya 12 jam terang dan 12 jam gelap.
Kesimpulan dan Saran
• Mikroalga jenis Botryococcus Braunii dapat dikembangkan sebagai sumber alternatif energi terbarukan
(NRE) sehingga dapat meminimalkan penggunaan bahan pangan untuk sumber energi.
• Dengan hasil optimal di perlakuan C (12 jam penerangan dan 12 jam gelap) maka negara – negara
tropis memiliki potensi pengembangan mikroalga. Sedangkan untuk negara – negara subtropic perlu
dilakukan modifikasi pencahayaan dan kalkulasi keekonomian jika mikroalga dijadikan bahan baku
biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai