Anda di halaman 1dari 23

BIODESEL BERBASIS

ALGA
Presentasi Biokimia Industri
Kelompok 8

Irsyad Ibadurrahman G84180009


Deki Geraldi G84180011
Vina Oktovianti G84180031
Khansa Qothrunnada G84180033
Suzein Maida Sania G84180034
Indra Savitri G84180035
Vino Fabio Ferdinand G84180070
Fahrin Ashroffa Salma G84180084
Rubintang Kristin Sianturi G84180088
Pendahuluan

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Biodiesel merupakan bahan bakar minyak yang bersumber dari bahan nabati dan lemak hewan yang terdiri
dari monoalkil ester melalui reaksi transesterifikasi.
Biodiesel menjadi sumber energi terbarukan yang mampu menurunkan emisi kendaraan, bersifat melumasi,
dan dapat meningkatkan kinerja mesin sehingga penggunaan biodiesel mampu menjadi bahan bakar alternatif
khususnya untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat (Widyastuti dan Dewi 2015).
Namun, pembuatan biodiesel dari minyak tumbuhan atau lemak hewan memiliki kekurangan dalam penentuan
waktu panen tanaman yang cukup lama dan penggunaannya yang bersinggunggan dengan kepentingan
konsumsi pangan manusia. Oleh sebab itu, diperlukan sumber bahan baku lainnya yang berpotensi menjadi
biodiesel, yaitu biomassa mikroalga.
Makalah ini bertujuan mendeksripsikan keunggulan penggunaan mikroalga sebagai bahan baku biodiesel,
menentukan metode produksi biomassa sel mikroalga, dan mendeskripsikan proses produksi biodiesel dengan
bahan baku mikroalga.
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik yang mampu mengikat karbonmonoksida dan mampu
menyerap energi matahari yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi melalui proses
fotosintesis.
Penggunaan mikroalga sebagai biodiesel memiliki berbagai kelebihan, yaitu :
1. Memiliki struktur sel yang sederhana,
2. Memiliki kemampuan berfotosintesis yang sangat tinggi,
3. Memiliki kemampuan sintesis lemak yang tinggi,
4. Memiliki kemampuan untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim,
5. Memiliki kandungan asam lemak yang bervariasi,
6. Lebih leluasa untuk dibudidayakan karena mikroalga tidak digunakan sebagai bahan komoditi
pangan
(Amini dan Susilowati 2010).
Tinjauan Pustaka
Mikroalga
Keuntungan mikroalga sebagai sumber energi alternatif diantaranya :
a). Memiliki struktur sel yang sederhana dan kemampuan untuk mengendalikan sel tanpa mengurangi
produktifitasnya,
b). Memiliki kemampuan berfotosintesis sangat tinggi, sekitar 3–8% sinar matahari mampu
dikonversikan menjadi energi dibanding tanaman tingkat tinggi lainnya yang hanya sekitar 0,5%,
c). Memiliki siklus hidup yang pendek (±1–10 hari),
d). Kemampuan untuk mensintesis lemak sangat tinggi (± 40–86% berat kering biomassa),
e). Kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim (salinitas tinggi atau lingkungan
yang tercemar),
f). Tidak banyak membutuhkan pupuk dan nutrisi,
g). Tidak bersaing dengan produk pangan
Mikroalga diklasifikasikan menjadi empat kelompok antara lain :
1. Diatom (Bacillariophyceae) 2. Alga Hijau (Chlorophyceae)

3. Alga Emas (Chrysophyceae) 4. Alga Biru (Cyanophyceae).


Mikroalga merupakan kelompok organisme yang sangat beragam dan
memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan,
pangan, dan bahan kimia lainnya. Kandungan senyawa pada mikroalga bervariasi
tergantung dari jenisnya, faktor lingkungan dan nutrisinya. Pada Spirulina platensis
yang dikultur dengan menggunakan media Walne kandungan kadar protein,
karbohidrat, dan lemak berturut-turut adalah 50,05%; 15,48%; 0,5%. Kandungan
lemak ratarata sel mikroalga bervariasi antara 1–70% tetapi dapat mencapai 90%
berat kering dalam kondisi tertentu

(Amini dan Susilowati 2010).


Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah proses yang


mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau
lemak hewani dengan alkohol rantai pendek
seperti metanol atau etanol menghasilkan metil
ester asam lemak atau biodiesel dan gliserol
sebagai produk samping
(Aziz et al. 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi transesterifikasi Reaksi Transesterifikasi


(Freedman 1984):
❑Pengaruh air dan asam lemak bebas
❑Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan
bahan mentah
❑Pengaruh jenis alkohol
❑Pengaruh jenis katalis
❑ Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
❑Pengaruh suhu
Biodiesel
❑Biodiesel adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak nabati dan
lemak yang memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan bahan bakar
minyak diesel biasa dari minyak bumi.
❑Biodiesel bersifat biodegradable, tidak beracun, dan memiliki emisi yang
lebih sedikit dari pada minyak diesel yang berbasis minyak bumi ketika
dibakar.
❑Proses pembuatan biodiesel dari minyak disebut transesterifikasi

Mahfud 2018
Mikroalga

❑Salah satu bahan baku yang potensial


Kelebihan Biomassa Mikroalga
untuk produksi biodiesel adalah biomassa
mikroalga yang memiliki keunggulan Biomassa mikroalga merupakan:
komperatif dibandingkan dengan biomassa ❑bahan bakar energi yang dapat diperbarui,
nabati lainnya. ❑mempunyai kemampuan dalam pengurangan
emisi gas CO2,
❑Biomassa mikroalga merupakan bahan
❑kecepatan pertumbuhan yang tinggi,
bakar energi yang dapat diperbarui,
❑ramah lingkungan,
mempunyai kemampuan dalam
❑mempunyai kandungan lipid yang tinggi,
pengurangan emisi gas CO2, kecepatan
❑nilai emisi rendah, dan
pertumbuhan yang tinggi, ramah
❑dapat diperbarui.
lingkungan, mempunyai kandungan lipid
yang tinggi, nilai emisi rendah, dan dapat
diperbarui
Musdalifah et al. 2015
Mahfud 2018
• UPSTREAM : Budidaya makroalga di laut (Sumenep, Jawa Timur)
• DOWNSTREAM : 1. Pengeringan (sinar matahari dan oven), 2. Ektraksi minyak (soxhlet dan pelarut n-
heksana), 3. Transesterifikasi (methoxide)

• ANALISIS : 1. Densitas (piknometer), 2. Viskositas (viskometer Ostwald), 3. Kadar asam lemak bebas (titrasi
NaOH)
Hasil & Pembahasan
Proses Produksi Biodiesel

Gambar 1. Makroalga Kappaphycus alvarezii Gambar 2. Kappaphycus alvarezii basah


Pengeringan Makroalga
Ekstraksi Minyak Astiri
Kondisi yang dibutuhkan untuk ekstrasi adalah pemanasan pelarut hingga
menguap, pada pelarut n-hexane ini temperatur pemanasa diatur pada
200oC sehingga pelarut mendidih dan menguap. Uap pelarut yang menuju
bagian atas siphon terkondensasi karena perbedaan suhu dengan kondensor
yang teraliri dengan air. Uap dan tetesan pelarut akibat kondensor terserap
kedalam kertas saring kemudian bercampur dengan makroalga sehingga
menyerap minyak dari makroalga.
Uji Karakteristik
Pembahasan
❑Pada penelitian Prawita (2017), sebanyak 1.67% atau 1.67 gram minyak mentah didapatkan
dari ekstraksi 100 gram makroalga Kappaphycus alvarezii kering

❑Jika dibandingkan dengan beberapa yield dari alga merah lainnya, Kappaphycus alvarezii
menjadi makroalga yang menghasilkan minyak cukup banyak

❑ Meski demikian, hasil ekstraksi minyak


makroalga Kappaphycus alvarezii yang
didapatkan pada penelitian ini kurang optimal
dan belum terekstraksi seluruhnya

❑ Terdapat beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi nilai yield makroalga, di
antaranya umur sampel, lokasi budidaya,
proses pengeringan dan proses ekstraksi
Pembahasan
UMUR SAMPEL
❑ Menurut Suwandi et al. (2016), waktu yang tepat untuk memanen makroalga adalah setelah
berusia 40 hari
❑ Prawita (2017) menggunakan makroalga Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan dalam
rentang waktu 20-30 hari
❑ Penggunaan makroalga yang masih muda dapat mengakibatkan penggunaan energi yang lebih
besar untuk pertumbuhan, sehingga cadangan energi terpakai dan berkurang

LOKASI BUDIDAYA
❑ Lokasi budidaya makroalga mempunyai pengaruh terhadap jumlah kadar dan karakteristik
minyak yang terkandung di dalamnya
❑ Peningkatakan kadar nitrogen dalam sarana budidaya dapat meningkatkan pertumbuhan
makroalga Kappaphycus alvarezii
❑ Selain itu kadar pH dalam budidaya juga turut mempengaruhi nilai pertumbuhan makroalga,
nilai pH yang rendah menjadikan perairan lebih bernutrisi.
Pembahasan
PROSES PENGERINGAN
❑ Semakin tinggi suhu yang digunakan dan semakin lama pengeringan berlangsung,
maka kandungan minyak yang dihasilkan akan semakin tinggi pula
❑ Pada penelitian Prawita (2017), temperatur dan waktu pengeringan dalam oven tidak
dikontrol, sehingga ekstrak makroalga Kappaphycus alvarezii masih mengandung
banyak air dan minyak yang dihasilkan menjadi berkurang

PROSES EKSTRAKSI
❑ Pada penelitian Prawita (2016), dilakukan ekstraksi minyak makroalga secara kimia,
yaitu metode soxhlet dengan pelarut n-hexane
❑ Ekstaksi menggunakan metode soxhlet dengan pelarut n-hexane merupakan metode
yang paling umum digunakan sebagai metode ekstraksi minyak dari alga
❑ Metode soxhlet menggunakan pelarut n-hexane dapat menghasilkan 92% dari
kandungan minyak yang berada pada bahan
DAFTAR PUSTAKA
Amini S, Susilowati R. 2010. Produksi biodiesel dari mikroalga Botryococcus braunii. Squalen. 5(1) : 23-32.

Aziz I, Nurbayati S, Ulum B. 2011. Pembuatan produk biodiesel dari minyak goreng bekas dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi. Valensi. 2(3): 443-448.

Edo RS, Vinata Y, Wulandari Y. 2020. Pembuatan biodiesel dari mikroalga Nannochloropsis sp. menggunakan metode transesterifikasi in situ dengan bantuan katalis asam sulfat. Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan VIII; 2020; Surabaya, Indonesia: Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. hlm 507-514.

Freedman B, Pryde EH, Mounts TL. 1984. Variables affecting the yields of fatty esters from transesterified vegetable oils. Journal of the American Oil Chemists’ Society. 61: 1638 - 1643.

Mahfud. 2018. Biodiesel Perkembangan Bahan Baku dan Teknologi. Surabaya: CV. Putra Media Nusantara.

Musdalifah M, Rustam Y, Amini S. (2015). Kultivasi dan Ektraksi Minyak dari Mikroalga Botryococcus braunii DAN Nannochloropsis sp. Bioma, 11(1): 1-14.

Prawita YA. 2017. Analisis makroalga sebagai bahan baku biodiesel (kappaphycus alvarezi) [skripsi]. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Widyastuti CR, Dewi AC. 2015. Sintesis biodiesel dari minyak mikroalga Chlorella vulgaris dengan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis koh. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 4(1) : 29-33.

Anda mungkin juga menyukai