Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah :Pembelajaran Matematika di SD

PDGK 4406
Pembahasan Materi Modul 4

Kelompok 3
Disusun oleh :
Kelompok 4
1.Siti Masitoh (NIM : 857367504)
Nama: 2.Sari Apriani (NIM: 857367837)
 Bu Nining Kurniasih ( NIM: 857367443)
3.Susana (NIM : 857367242)
 Bu Siti Masitoh (NIM : 857367504)
 Bu Mila Karmila (NIM : 857365985)
 Bu Sari Apriani (NIM: 857367837)
 Bu Susana (857367242)
Fakultas
Dosen ; Ibu Chairliana M.Pd Ilmu Pendidikan
PGSD UT 2023
Modul 4
Bilangan Rasional dan desimal

• Bilangan rasonal adalah bilangan yang dapat dinyatakan


dalambentuk. , dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q≠ 0

A.Bilangan pecahan adalah lambang yang memuat bilangan


pasangan bilangan bulat p dan q dan ditulis , dengan q≠ 0,
dan terpenuhi nilai hubungan “ p:q = x
 Keperluan bilangan selain bilangan bulat sudah diketahui pada awal
sejarah peradaban manusia, dan keperluan ini dirasakan mendesak
setelah interaksi, komunikasi, dan kehidupan sosial-budaya menjadi
lebih intensif dan lebih rumit. Secara nyata masyarakat memerlukan
bilangan-bilangan antara 0 dan 1, antara 1 dan 2, antara 2 dan 3, dan
seterusnya.

 Setelah berlangsung berabad-abad, matematisi menyadari perlunya


merumuskan atau menyatakan keperluan bilangan khusus ini sesuai
dengan kasus-kasus sederhana:
 1. Ada pengganti bilangan cacah x
sehingga kalimat-kalimat di bawah ini
bernilai benar 36 : 9 = x, 42 : 7 = x,
27 : 3 = x. 2. Tidak ada pengganti
bilangan cacah x sehingga kalimat-
kalimat di bawah ini bernilai benar 3 :
2 = x, 7 : 3 = x, 35 : 8 = x.
• Jika = , berlaku jika ps = qr

• lambang disebut bilangan pecahan sederhana


jika FPB dari p dan q sama dengan 1

• Sebarang bilangan rasional berlaku sifat trikotomi:

= , < , >
KB.2
Kesulitan belajar dan pembelajaran
bilangan Rasional

• Siswa kurang tahu makna bilangan


pecahan, solusi manipulasi bilangan dengan
benda kongkrit, kertas, karton dsb, dimulai
dari bilangan ,½ ,¼ , ¾ dst.

• Siswa kurang memahami perkalian bilangan


asli dengan bilangan pecahan, (hal 4.24)
 Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa Sekolah
Dasar mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan
banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk
mengajarkan pecahan dan bilangan rasional.

 Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu


memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat, dan
diterapkan. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan oleh para
guru karena secara empirik mereka selalu gunakan cara yang sama dari
waktu ke waktu
Tidak mudah untuk membawa para siswa mampu memahami konsep dan
makna pecahan. Ini berarti bahwa pembelajaran pecahan memerlukan
perhatian, kesungguhan, keseriusan, ketekunan, dan kemampuan
profesional. Mengingat secara alami tingkat berpikir yang dominan dapat
meniadakan kesulitan para siswa, disarankan para guru menggunakan dan
memanfaatkan benda-benda manipulatif dan keadaan yang realistik di
sekitar kehidupan dan lingkungan siswa. Dengan benda-benda manipulatif
tersebut diharapkan para siswa mempunyai pengalaman memanipulasikan
sendiri benda-benda itu untuk memahami konsep dan makna, sehingga
mereka akan lebih mendalami dan menghayati bahan matematis yang
sedang mereka pelajari. Dengan pengalaman yang realistik, sesuai dengan
keadaan di sekitar kehidupan dan lingkungan mereka, mereka akan
merasakan bahan matematis yang diberikan mempunyai kaitan nyata dan
manfaat dengan situasi yang mereka alami setiap hari
• Memahami bilangan pecahan yang senilai

• Membandingkan nilai dua atau lebih


bilangan pecahan

• Siswa kesulitan mencari hasil bagi bilangan


pecahan, (hal 4.31)
KB. 3. Perluasan Nilai
Tempat Desimal
• Bilangan Desimal ada yang desimalnya ber ulang, dan ada yang
tidak ber ulang.

• Bilangan desimal yang berulang dan tidak ber akhir disebut


bilangan rasional

• Bilangan desimal yang tidak ber ulang dan tidak ber akhir disebut
bilangan irrasional.

• Mengubah pecahan desimal kedalam pecahan biasa lihat (hal


4.57)

• Pembulatan bilangan pecahan dilakukan berdasarka pendekatan


yang diinginkan, hal 4.59
Kata desimal berasal dari Bahasa Latin decem yang artinya sepuluh.
Penggunaan sepuluh diduga dipengaruhi jumlah jari tangan kiri dan
tangan kanan (atau kaki kiri dan kaki kanan), dan menandai banyaknya
lambang dasar yang disebut angka (digit). Sistem numerasi desimal adalah
sistem numerasi yang berbasis sepuluh, artinya bilangan 10 dipakai
sebagai acungan pokok dalam melambangkan dan menyebut bilangan.
Sistem ini berasal dari sistem Hindu - Arab, berawal dari India sekitar
tahun 300 S.M., berkembang di Timur Tengah (Baghdad) sekitar tahun
750, sekitar abad 8 mulai digunakan di Spanyol (Spain) dan kemudian
berkembang di Eropa, serta mempunyai lambang baku sekitar pertengahan
abad 20 melalui penggunaan mesin ketik (typewriter) untuk menulis
naskah.
• Mengubah bentuk pecahan dalam
bentuk persen. ( pecahan biasa ubah
dalam desimal, kemudian bagi dengan
seratus) = … %

• Rasio/perbandingan . Dalam barisan


geometri ada rasio, yang dicari dengan
.

• Proporsi : pernyataan tentang


persamaan dua rasio perbandingan
yang berbeda : misalnya a :b=c:
d, atau juga , hanya jika ad = bc

Anda mungkin juga menyukai