Anda di halaman 1dari 4

KONTRADIKSI HADITS

DENGAN HADITS DAN


AKAL
OLEH :
ABDUL FATTAH ISMAIL 211410128
AUFA IBRAHIM 211410133
WIJAKSANA S. 211410171
KONTRADIKSI HADITS DENGAN HADITS
• Hadis yang saling berlawanan bukanlah hadis yang bertentangan secara hakiki tapi hanya lahiriah saja, bisa jadi
penyebabnya karena adanya sudut pandang yang berbeda tentang nasikh dan mansukh, tersalah dan terlupanya
sahabat, tidak mengetahui adanya hadis yang lain dan sebagainya. Maka dalam menyelesaikan hadis kontradiktif ini
ulama berupaya dalam mencari solusinya, di antara urutan solusi yang dipaparkan adalah: a. Menggabungkan atau
mengkompromikan hadis yang kontradiktif tersebut. b. Apabila tidak bisa digabungkan, maka diteliti sejarah hadisnya
kemungkinan terjadinya nasikh dan mansukh. c. Jika tidak ada bukti untuk di-mansukh-kan, maka hadis tersebut
dipilih yang lebih kuat (tarjih). d. Apabila tidak bisa ketiga-tiganya, maka hadis tersebut di-tawaquf-kan
(diberhentikan) dan beramal dengan hadis yang lain, namun hal ini jarang sekali terjadi. Di antara contoh hadis yang
saling bertentangan dengan hadis lain adalah sebagai berikut: Hadis Larangan Buang Hajat Menghadap Kiblat dan
Kontradiksinya
• Artinya: Apabila kalian berada di tempat buang air, maka janganlah menghadap kiblat dan janganlah membelakangi
kiblat. Namun menghadaplah ke timur atau ke barat’. Kemudian Abu Ayyub berkata, ‘Dahulu ketika kami sampai ke
negeri Syam, kami mendapati tempat buang air dibangun menghadap ke arah kiblat. Maka kami pun mengubahnya
dan kami meminta ampunan kepada Allah ta’ala (HR. Bukhari no. 394 dan Muslim no. 264).
KONTRADIKSI HADITS DENGAN AKAL

• 1. Hadits sodaqoh‫ُول‬ ُ ِ‫نَأب‬ ‌ ‫ع‬


ْ َ  َ‫يه َر ْي َرة‬
ِ ‫عن َرس‬ ِ ِ‫‌نَأب‬  ‫ع‬
ْ َ ، ‫يه‬ ْ َ ، ‫نا ْل َعاَل ِء‬ ‌ ِ ‫ َع‬، ‫اع ُيل َوهُ َو اب ُْن َج ْعفَ ٍر‬ ‌  َ ‫ىب ُنَأي‬
ِ ‫‌ِإ ْس َم‬ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫قَ ا ُلوا‬ ‫‌ َواب ُْن ُحجْ ٍر‬ ‫ُّوب َوقُتَ ْيبَ ُة‬ ْ َ‫‌يَ حْ ي‬ ‫َح َّدثَنَا‬
ُ ‫ض َع َأ َح ٌد هلِل ِِإ اَّل َرفَ َعهُ هللا‬َ ‫ َو َما تَ َوا‬،‫ل َو َما َزا َد هللاُ َع ْبدًا بِ َع ْف ٍوِإ اَّل ِع ًّزا‬، ٍ ‫ص َدقَ ٌة ِمْن َما‬ َ ‫ص ْت‬َ َ‫ل« َما نَ ق‬ : َ ‫ص لَّى هللاُ َعلَي ِْه َو َسلَّ َم قَ ا‬ َ ِ‫ هللا‬Yahya bin
Ayyub, Qutaybah dan Ibn Hajar mengatakan kepada kami , mereka berkata: Ismail, yang adalah Ibn Ja'far ,
meriwayatkan kepada kami, atas otoritas Al-Ala' , atas otoritas ayahnya , pada kewibawaan Abu Hurairah ,
atas wibawa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang bersabda: “Sedekah tidak mengurangi harta, dan
Allah tidak menambah seorang hamba dengan pengampunan kecuali kehormatan, dan tidak ada yang
merendahkan. dirinya kepada Allah kecuali bahwa Allah meninggikan dia.” (HR. Muslim)
• 2. Hadits Sidrotul muntaha‫ل‬: َ ‫قَ ا‬ ‫س ْب ِن َما ِل ٍك‬ ِ َ‫‌نَأن‬  ‫ع‬ْ َ ،‫اب‬   ُ ُ‫ييُ ون‬ ‌ ِ‫لَأ ْخبَ َرن‬: َ ‫بقَ ا‬ ٍ ‫‌اب ُْن َو ْه‬ ‫ َأ ْخبَ َرنَا‬،‫ي‬  ُّ ِ‫يح رْ َملَ ُة ْب ُنيَ حْ يَىا لتُّ ِجيب‬
 ٍ َ‫‌ناب ِْن ِش ه‬  ِ ‫ َع‬،‫س‬ َ  ‌ ِ‫َو َح َّدثَن‬
‫يجب ِْر ُيل َحتَّىنَ ْأتِ َي ِس ْد َرةَ ا ْل ُم ْنتَهَى‬ ‫ص لَّى هللاُ َعلَي ِْه َو َسلَّ َم قَ ا َ ل‬
ِ ِ‫ ثُ َّم ا ْنطَلَ َقب‬... َ ِ‫ُول هللا‬ َ ‫ِّث َّن َرس‬ ‫يُ َحد ُ َأ‬  ٍّ‫انَأبُو َذر‬ َ
‌  َ ‫ك‬...Telah meriwayatkan
Harmala bin Yahya al-Tujibi dari Ibn Wahb dia berkata Yunus memberitahuku, dari Ibn Shihab, dari Anas
bin Malik, dia berkata: Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda…Kemudian aku dibawa ke
Sidratul Muntaha…(HR. Muslim, No. 163)
KESIMPULAN

• Dari sini bisa difahami kontradiksi hadits dengan hadits bisa jadi penyebabnya karena adanya sudut pandang
yang berbeda tentang nasikh dan mansukh, tersalah dan terlupanya sahabat, tidak mengetahui adanya hadis yang
lain dan sebagainya. Maka cara memahami haditsnya adalah dengan melakukan proses tajma', tarjih dan tawakuf.
• Dari sini bisa kita simpulkan juga bahwa kontradiksi hadits dengan akal hanya akan terjadi pada dua kondisi
yaitu apabila haditsnya tidak valid dan atau proses akalnya tidak sempurna, misal haditsnya tertolak atau maklumat
yang diproses akal tidak benar, atau identifikasi yang keliru. Selama haditsnya valid dan proses berpikirnya benar
maka tidak akan kita temukan kontradiksi antara hadits dengan akal karena masing-masing hakikatnya saling
membutuhkan bahkan akan saling menguatkan. Maka cara memahami hadits tersebut dengan melakukan riset
terhadap validitas haditsnya kemudian dipahami sesuai dengan kedudukan haditsnya dan objek pembahasannya
apakah termasuk perkara syariah atau aqidah.

Anda mungkin juga menyukai