KELOMPOK 1
The Nikolaus Ferrer 2105511097
Stanley Thompson Theophanco 2105511098
Gusti Agung Bagus Risky Wahyudi 2105511100
I Ketut Darma Suputra 2105511109
Pande Putu Satya Juliana 2105511120
2
Jalan Raya
1
Jalan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada di permukaan tanah, di
atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah. Terdapat
beberapa jenis yaitu ; Jalan Umum, Jalan Raya, dan Jalan Tol
4
Jalan Umum, adalah jalan yang diperuntukkan
bagi lalu lintas umum
5
Fungsi Jalan
Sebagai prasarana utama yang menunjang transportasi darat,
sehingga mampu mendukung berbagai aktivitas dan kebutuhan
manusia dalam hal kepentingan mobilitas hingga mencapai tujuan
ekonomi dan non ekonomi. Menurut UU Nomor 38 Tahun 2004, ada
empat klasifikasi jalan raya berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Jalan Arteri
2. Jalan Kolektor
3. Jalan Lokal
4. Jalan Lingkungan
6
Jalan arteri, merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rerata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
7
Jalan lokal, adalah jalan umum yang
ditujukan untuk kendaraan angkutan lokal.
Ciri utamanya adalah jarak tempuh dekat,
kecepatan rendah hingga adanya
pembatasan pada jalan masuk
8
Bahan & Struktur Jalan
1. Bahan Perkerasan Jalan
9
Aspal, didefinisikan sebagai material perekat (cementitious),
berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Oleh
karena itu bitumen sering kali disebut pula sebagai aspal. Aspal
dapat diperoleh di alam ataupun dari residu pengilangan minyak
bumi. Aspal adalah material yang pada suhu ruang berbentuk padat
sampai agak padat, dan bersifat termoplastis yaitu aspal akan
mencair jika dipanaskan, dan kembali membeku jika suhu turun.
10
Agregat, merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu
pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
semen hidraulik atau adukan. Agregat dapat berasal dari hasil alam
maupun buatan
11
Filler, adalah bagian dari agregat, dimana bagian dari agregat ini
merupakan material yang lolos ayakan no.200 (0,074 mm). Bahan
dari filler tersebut bisa berupa abu batu, abu batu kapur, semen,
atau bahan lainnya yang mampu mengisi bagian-bagian kosong
(rongga-rongga atau celah yang terdapat pada sela-sela agregat)
pada susunan aspal beton tersebut
12
Bahan & Struktur Jalan
2. Struktur Perkerasan Jalan
Pada umumnya, struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa
jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, yaitu :
a. Lapisan tanah dasar (sub grade)
b. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
c. Lapisan pondasi atas (base course)
d. Lapisan permukaan / penutup (surface course)
13
Terdapat beberapa jenis struktur perkerasan jalan , yaiyu :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur)
b. Rigid pavement (perkerasan kaku)
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement)
14
a. Flexible pavement (perkerasan lentur)
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang umumnya
menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan
serta bahan berbutir sebagai lapisan di bawahnya. Tujuannya
adalah mendistribusikan beban terpusat, sehingga tekanan yang
terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih kecil. Oleh karena itu
lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan sifat modulus
elastisitas lapis di atas lebih besar daripada lapis di bawahnya.
15
b. Rigid pavement (perkerasan kaku)
Perkerasan kaku merupakan konstruksi perkerasan dengan bahan
baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya,
sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi
khususnya bila dibandingkan dengan perkerasan aspal (perkerasan
lentur)
16
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement)
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan
kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible
pavement) di atasnya, dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja
sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada
persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan
yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan
beton di bawah.
17
2
PERLENGKAPAN
JALAN 18
“
Sesuai amanat Undang-undang No 22 Tahun
2009 pasal 25 disebutkan bahwa “ Setiap jalan
yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib
dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa;
1. Rambu Lalu lintas;
2. Marka Jalan; 6. Alat pengawasan dan pengaman jalan;
3. Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas; 7. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan
penyandang cacat,; serta
4. Alat Penerangan Jalan ;
8. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan
5. Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna
Jalan; angkutan jalan yang berada di jalan dan atau
diluar badan jalan.
19
a) Rambu-rambu Lalu Lintas
20
◉ Rambu dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
21
b) Marka Jalan
22
◉ Marka dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu :
Marka melintang Marka membujur Marka serong Marka lambang Marka lainnya
23
◉ Paku Jalan
Perlengkapan jalan yang dilengkapi dengan pemantul cahaya
reflector berwarna kuning/merah/putih yang dapat berfungsi
dalam permukaan jalan kering atau basah, dan dapat berfungsi
sebagai reflector marka jalan khususnya malam hari
24
c) Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
25
d) Alat Penerangan Jalan
26
e) Alat Pengendali dan Pengaman Lalu Lintas
27
e) Alat Pengendali dan Pengaman Lalu Lintas
◉ Alat Pengaman digunakan untuk sarana bagi pengguna
jalan mempermudah kewaspadaan terhadap situasi jalan
(aman). Contoh :
1. Pagar Pengaman
2. Cermin Tikungan
3. Deliniator
4. Pulau-pulau Lalu Lintas
5. Pita Penggaduh
28
Pagar Pengaman Cermin Tikungan Deliniator
29
f) Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan
30
g) Fasilitas untuk Sepeda, Pejalan Kaki, dan Penyandang
cacat
◉ Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki,
dan penyandang cacat yang
dimaksud dapat berupa rambu-rambu
atau marka khusus, lajur, dan fasilitas
lainnya. Contoh:
1. Lajur / jalur
2. Rambu
3. Terowongan atau tempat
penyeberangan, dan lainnya
31
Lajur khusus Rambu Tempat Penyeberangan
32
h) Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang Berada di jalan dan atau di luar badan jalan
33
KLASIFIKASI STATUS JALAN
3
Klasifikasi Status Jalan
Selain dibedakan bedasarkan klasifikasi fungsinya jalan juga
dibedakan berdasarkan statusnya yang memiliki fungsi yang
berbeda, ada empat kelas jalan berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Jalan nasional
2. Jalan provinsi
3. Jalan kabupaten
4. Jalan kota
5. Jalan desa
35
1. Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor
dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan
antar ibu kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan
tol.
36
2. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan primer yang menghubungkan ibu kota provinsi
dengan ibu kota kabupaten/kota, atau antar ibu kota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan
jalan primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan
provinsi, yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota
kecamatan, antaribu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten,
dan jalan strategis kabupaten .
37
4. Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem
jaringan sekunder yang menghubungkan antarpusat
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antara
persil, serta menghubungkan antarpusat permukiman
yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.
38
KELAS-KELAS JALAN
4
Kelas-kelas Jalan
Kelas jalan dibagi menjadi 5 menurut
Pasal 11 PP No. 43 tahun 1993 tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, yaitu kelas
jalan I, II, IIIA, IIIB, dan IIIC. Dan peraturan
terbarunya adalah Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
40
1. Jalan Kelas I
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
lebih besar dari 10 ton.
41
2. Jalan Kelas
II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18 m, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 10 ton.
Jalan kelas II ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan
peti kemas.
3. Jalan Kelas
IIIA
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi 18
m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan kurang dari 8
ton
42
4. Jalan Kelas IIIb
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi
12 m, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak
melebihi 8 ton
43
Rel Kereta
5
Kereta Api
adalah sarana transportasi berupa kendaraan
dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri
maupun dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di
rel.
45
Fungsi Rel
Rel memiliki fungsi utama sebagai berikut:
a. Penuntun/mengarahkan pergerakan roda kereta api
b. Untuk menerima secara langsung dan menyalurkan beban
kereta api kepada bantalan tanpa menimbulkan defleksi
c. Struktur pengikat dalam pembentukan struktur jalan relying
kokoh.
46
KLASIFIKASI KERETA API BERDASARKAN REL
1. Kereta Api Rel Konvesional
Menggunakan rel yang terdiri dari dua
batang besi yang diletakan di
bantalan. Pada daerah tertentu yang
memiliki tingkat ketinggian curam,
digunakan rel bergerigi yang
diletakkan di tengah tengah rel
dengan menggunakan lokomotif
khusus.
47
KLASIFIKASI KERETA API BERDASARKAN REL
48
Rel Konvesional Monorel
Kecepatan Operasi Terdapat konflik dengan lalu Terletak diatas lalu lintas
lintas kendaraan, kecepatan kendaraan, kecepatan rata2
rata2 30-50 km/jam 50-70 km/jam
Kebutuhan Lahan Membutuhkan lebar lahan yang Pilar monorel dapat
cukup untuk dua arah rel ditempatkan pada lahan sempit
dengan drainase seperti median jalan
Kebisingan Roda besi pada kereta Roda karet pada monorel dapat
menimbulkan kebisingan yang mengurangi polusi kebisingan
cukup mengganggu
Keamanan Setiap tahun tercatat Menjadi alternative
kecelakaan baik itu melibatkan peningkatan keamanan karena
kendaraan maupun manusia tidak bersinggungan langsung
dengan lalu lintas
Biaya Membutuhkan biaya tinggi Tidak membutuhkan
untuk pengerjaan terowongan terowongan dan hanya sedikit
dan pembebasan lahan untuk pembebasan lahan
49
KLASIFIKASI KERETAAPI BERDASARKAN
POSISI/LETAK
50
KLASIFIKASI KERETAAPI BERDASARKAN
POSISI/LETAK
51
KLASIFIKASI KERETAAPI BERDASARKAN
POSISI/LETAK
52
KLASIFIKASI JALAN REL BERDASARKAN JUMLAH
JALUR
53
Bentuk Rel
54
Komponen Rel
55
Struktur Jalan Rel
• Struktur atas.
Terdiri dari rel (rail), penambat (fastening), dan
bantalan (sleeper).
• Struktur bawah,
Terdiri dari balas (ballast), subbalas (subbalast),
dan tanah dasar (subgrade).
56
Lebar Rel
57
Lebar Rel
No. Lebar Sepur (mm) Digunakan di negara Kelompok
Indonesia, Jepang, Australia, Afrika
1 1067 Sepur Sempit
Selatan
Amerika, Jepang, Turki, Iran, beberapa
2 1435 Sepur Standar
negara Eropa
58
THANKS!
59