Abstract
Jalan Sapta Marga merupakan salah satu bagian dari lingkungan jalan yang menghubungkan antara Jalan Ahmad
Yani dengan Jalan Baharuddin Yusuf. Kondisi Jalan Sapta Marga mengalami berbagai kerusakan, baik itu kerusakan
ringan, sedang, maupun berat diakibatkan oleh kurangnya pemeliharaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerusakan permukaan perkerasan jalan yang terjadi pada Jalan
Sapta Marga, selain itu juga untuk mengetahui berapa nilai kerusakan perkerasan jalan yang terjadi pada Jalan Sapta
Marga dengan menggunakan Metode PCI, Pengumpulan data menggunakan metode survei, data yang dikumpulkan
adalah primer dan sekunder, berdasarkan hasil analisa, pengambilan data dilakukan di Jalan Sapta Marga pada STA.
0+000 – 0+788, kerusakan jalan yang terjadi di Jalan Sapta Marga adalah tambalan, lubang, dan retak kulit buaya.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Metode PCI didapatkan nilai kondisi jalan untuk nilai PCI Jalan Sapta
Marga adalah 75,6875 % maka jenis pemeliharaan yang sesuai yaitu tambalan.
Kata Kunci : Jenis Kerusakan, Analisa Kerusakan Jalan, Metode PCI.
1
a. Tanah dasar (subgrade). baik atau juga dapat disebabkan oleh sifat tanah
b. Lapis pondasi bawah (subbase course). dasarnya yang buruk,
c. Lapis pondasi (base course). 6. Proses pemadatan lapisan yang kurang baik.
d. Lapis permukaan (surface course). 2.7.Jenis–Jenis Kerusaka Perkerasan Lentur
2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pavement Management For Airports Roads And
Rigid pavement adalah jenis perkerasan jalan Parking Lots (1994) mengklasifikasikan jenis
yang menggunakan beton sebagai bahan utama kerusakan perkerasan lentur menjadi 19 jenis antara
perkerasan tersebut, perkerasan kaku merupakan lain:
salah satu jenis perkerasan jalan yang sering 1. Retak kulit buaya (alligator cracks).
digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt). 2. Retak blok (block cracks).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang 3. Retak tepi (edge cracks).
memiliki kondisi lalu lintas yang cukup padat dan 4. Retak refleksi (reflection cracks).
memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada 5. Retak slip (slippage cracks).
jalan - jalan lintas antar Provinsi, jembatan layang, 6. Retak memanjang atau melintang (longitudinal or
jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal. Jalan transverse cracks),
– jalan tersebut pada umumnya menggunakan beton 7. Kegemukan (bleeding).
sebagai bahan perkerasannya, namun untuk 8. Tonjolan dan lengkungan (bumps and sags).
meningkatkan kenyamanan biasanya diatas 9. Keriting (corrugation).
permukaan perkerasan dilapisi aspal 10. Amblas (depressions).
(Sukirman,1999). 11. Penurunan bahu jalan (lane/shoulder drop off).
12. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite
pavement). cut patching).
13. Pengausan (polished aggregate).
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan
perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur 14. Lubang (potholes).
15. Persilangan jalan rel (railroad crossing).
diatas perkerasan kaku. 16. Alur (rutting).
2.4.Kinerja Perkerasan 17. Sungkur (shoving).
Campuran perkerasan yang baik harus 18. Pengembangan (swell).
diperhatikan mengenai karakteristik campuran yang 19. Pelapukan dan pelepasan butir (weathering and
dimiliki oleh aspal sendiri. Menurut Sukirman ravelling
(1992), terdapat tujuh karak teristik campuran yang 2.8.Metode Pavement Condition Index (PCI)
harus dimiliki oleh aspal beton yaitu: Pavement condotion index (PCI) adalah salah
1. Stabilitas (Stability). satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan
2. Keawetan (Durability). berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi dan
3. Kelenturan (Fleksibility). dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha
4. Tahanan Geser / Kekesatan (Skid Resistance). pemeliharaan pada perkerasan jalan. Nilai Pavement
5. Kedap Air (Impermeability) . Condition Index (PCI) memiliki rentang 0 (nol)
6. Ketahanan Terhadap kelelahan (Fatique sampai dengan 100 (seratus) dengan kriteria
Resistance). sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik
7. Kemudahan Dalam Pengerjaan (Workability). (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat jelek (very
2.5.Material Penyusun HRS-WC (Hot Rolled poor), dan gagal (failed).
Sheet Wearing Course)
Penilaian kondisi perkerasan diperlukan untuk
HRS (Hot Rolled Sheet) atau yang sering juga mengetahui nilai Pavement Condition Index (PCI),
disebut lataston (lapis tipis aspal beton) merupakan menurut Hardiyatmo (2005) ada beberapa parameter
lapis permukaan yang terdiri dari campuran antara metode pavement condotion index (PCI) untuk
aspal dan agregat yang gradasi senjang (gap graded) menentukan nilai Pavement Condition Index (PCI)
dengan perbandingan tertentu, dicampur, dihampar, agar diketahui bagaimana keadaan peekerasan jalan
dan dipadatkan secara panas (Bina Marga, 1983). yang diamati, adapun berikut ini adalah paramater
2.6.Faktor–Faktor Penyebab Kerusakan Jalan dalam penilaian kondisi perkerasan :
Menurut Sukirman (1995) faktor-faktor penyebab 1. Kerapatan (Density)
kerusakan pada perkerasan lentur antara lain : Kerapatan adalah persentase luas atau panjang
1. Lalu lintas, akibat beban lalu lintas yang berlebih total dari satu jenis kerusakan terhadap luas atau
dan repetisi beban, panjang total bagian jalan yang diukur, dalam sq.ft,
2. Air, sistem drainse yang tidak baik akan feet atau meter, kerapatan kerusakan dapat
menggenangi lapisan permukaan sehingga dinyatakan oleh persamaan.
mempercepat kerusakan jalan, Rumus Kerapan Desity :
3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini Ad
disebabkan oleh sifat material perkerasan itu Density = x 100%
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem As
pengelolaan bahan yang kurang baik, Ld
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu Density = x 100%
udara dan curah hujan yang umumnya tinggi.
As
Keterangan :
5. Kondisi tanah yang tidak stabil, kemungkinan
disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang
2
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat ruas jalan yang diteliti dengan berdasarkan beberapa
kerusakan (m2) tingkatan kondisi tertentu yaitu nilai PCI dapat dilihat
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m)
As = Luas total unit segmen (m2) pada Tabel 2.31.
2. Menentukan Nilai DV (Deduct Value) Nilai PCI Kondisi Jalan
Deduct Value adalah nilai pengurangan untuk 86 – 100 SEMPURNA (excellent)
tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva SANGAT BAIK (very
hubungan antara density dan deduct value, setelah 71 – 85
good)
nilai kerapatan (density) didapatkan, maka nilai 56 – 70 BAIK (good)
kerapatan yang didapatkan kemudian diplot pada 41 – 55 SEDANG (fair)
grafik Deduct Value sesui dengan tingkatan 26 – 40 BURUK (poor)
kerusakan pada grafik Deduct Value. SANGAT BURUK (very
3. Nilai TDV (Total Deduct Value) 11 – 25
poor)
Total Deduct Value yang diperoleh dari nilai total 0 – 10 GAGAL (failed)
Deduct value setiap kerusakan suatu segmen jalan Sumber : Shahin(1994)
yang ditinjau dijumlah sehingga diperoleh Total
Deduct Value (TDV), dengan menghitung terlebih 3. METODOLOGI PENELITIAN
dahulu total deduct value (TDV), maka akan 3.1 Bagan Alir Penelitian
didapatkan nilai CDV dengan cara menarik garis
vertical sesuai nilai TDV yang diperoleh dari nilai Bagan Alir Penelitian, maka tahap penelitian
Deduct Value (DV) semua kerusakannya yang Analisis Jenis Kerusakan Jalan Pada Studi Kasus
terjadi. Jalan Sapta Marga I Kecamatan Tembilahan Hulu
4. Nilai q (Number of Deduct Greater Than 5 menggunakan metode Pavement Condition Index
points) (PCI) dapat dijelaskan pada bagan alir yang
Nilai q (Number of Deduct Greater Than 5 ditunjukan pada Gambar 3.1
points) ditentukan oleh jumlah nilai individual deduct Mulai
value setiap kerusakan yang nilainya lebih besar dari
5 pada segmen jalan yang diteliti.
5. Nilai CVD (Corrected Deduct Value) Studi Pustaka
Nilai TDV (Total Deduct Value) dan q (Number
of Deduct Greater Than 5 points) selanjutnya dapat
Pengumpulan Data
dicari nilai CDV (Corrected Deduct Value) dengan
cara plot nilai TDV (Total Deduct Value) sesuai
dengan nilai q yang diperoleh, apabila didapat nilai
CDV yang diperoleh nilai yang lebih kecil dari pada Data Primer : Data Sekunder :
nilai pengurang tertinggi/HDV (Highest Deduct Jenis Kerusakan Jalan
Jenis Jalan
Value), maka CDV yang digunakan adalah nilai Dimensi Kerusakan Jalan
pengurang individual yang tertinggi. Peta Lokasi
6. Menghitung Nilai Kondisi Perkerasan
Setelah didapatkan nilai CDV (Corrected Deduct
Value), selanjutnya untuk mendapatkan nilai PCI
untuk setiap unit sampel dapat dihitung dengan Analisis Data
Persamaan : Penilaian Kondisi Jalan Menggunakan Metode PCI
PCIs = 100 – CDV
Keterangan :
PCI(S) : Pavement Condition Index untuk tiap unit. Hasil dan
CDV : Corrected Deduct Value untuk tiap unit Pembahasan
Menurut Hardiyatmo (2005) setelah nilai PCI
didapatkan pada setiap unit sampel, selanjutnya untuk Kesimpulan dan
menghitung nilai PCI keseluruhan dalam satu ruas Saran
jalan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
Selesai
sebagai berikut:
PCI
PCIf = ∑ Gambar 3.1 Flow Chart Anlisis Jenis Kerusakn
N
Jalan
PCIf = Nilai PCI rata-rata dari seluruh area Sumber : Data Anlisis
penelitian 3.2 Lokasi Penelitian
PCIs = Nilai PCI untuk setiap unit segmen
N = Jumlah unit segmen Lokasi penelitian dilakukan pada ruas jalan Sapta
7. Klasifikasi Kualitas Perkerasan Marga, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten
Berdasarkan nilai PCI (Pavement Condition Indragiri Hilir, Provinsi Riau untuk semua segmen
Index) keseluruhan pada ruas jalan yang diteliti, yang telah dilakukan sebagai unit sampel diberi
makan akan diketahui klasifikasi kualitas perkerasan nomor sampel.
3
2,82
Density = x 100 % = 2,4 %
117.5
Keterangan :
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m2)
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m)
As = Luas total unit segmen (m2)
3. Menghitung Nilai Pengurang ( Dedut Value )
Nilai pengurang (deduct value), segmen 1 (STA.
0+000 - 0+025). Penentuan nilai Deduct value
menggunakan grafik pada dibawah ini.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian a. Grafik keruakan berlubang
Sumber, Google Maps Potholes H M
Asphalt
100 L
90
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN D 80
73 71 e
4.1 Analisa d 70
u
60
Pengambilan data dilakukan dijalan Sapta Marga c
t 50
I Pada STA 0 + 00 – 0 + 025 sepanjang 788 m, dibagi V
40
a
menjadi 33 unit segmen, dan lebar jaluar 4,70 m l 30
didapat masing – masing luas total unit segmen yaitu u
e 20
25 m dikali 4.7 m yaitu 117.5 m². 10
1. Jenis Kerusakan 0`
0.01 0.1 1 10
Jenis kerusakan yang terjadi pada Jalan Sapta Marga 2.4
Diatress Density - Percent
I kecamatan Tembilahan Hulu, hasil dari surve
lapangan yaitu jenis kerusakan kerusakan tambalan,
berlubang, dan retak kulit buaya. Gambar 4.1 Grafik Nilai Pengurang ( Dedut Value )
Menghitung luas jenis Keruskan STA 0+000 – Jenis Kerusakan Berlubang
0+025 s/d 0+025 – 0+050 Sumber : Analisa Data
a. Jenis kerusakan berlubang b. Grafik keruakan tambalan
Fatching and Utility cut Patching Asphalt
Panjang : 1.5 M 100
Lebar : 1.88 M 90
L = 1.5 x 1.88 = 2.82 M2 D
80
H
100
60
50
pemeliharaan dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah
ini.
40
30
q = Number of deducts
20
greater than 5 ponts Rekontruksi Tambalan Pemeliharaan
10 Rutin
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 10 120 130 140 150 160 170 180 190 200
5
%, nilai PCI sebenya 75.6875 % dengan katagori [16] Suryadharma, Hendra & Benidiktus Susanto.
sangat baik. 1999. Rekayasa Jalan Raya. Yogyakarta :
5.2 Saran Penerbitan Universitas Atma Jaya.
Hasil dari penelitian ini maka disarankan hal – [17] Suryawan, Ari. 2013. Perkerasan Jalan Beton
hal berikut : Semen Portland (Rigid Pavement).
1. Jika kerusakan – kerusakan yang terjadi Yogyakarta : Beta Offset Yogyakarta.
dilakukan perbaikan hendaknya terlebih dahulu
melakukan observasi langsung kelokasi oleh 2. Sumber Praturan Pemerintah.
pihak terkait agar perbaikan yang dilakukan sesui
dengan kondisi kerusakan yang terjadi sehingga [1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang
perbaikan yang dilakukan lebih efektif dan Jalan No. 34 Tahun 2006.
efesien karena pemeliharaan jalan lebih ekonomis [2] Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (revisi
dari pada perbaikan jalan sudah rusak berat. 3).
2. Perlu segera dilakukan penanganan kerusakan [3] Peraturan Pemerintah Repubelik Indonesia
jalan untuk memberikan rasa nyaman bagi Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan.
pengendara jalan. [4] Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
3. Penambalan pada kerusakan lubang pada ruas Tentang Pengelola Limbah Bahan Berbahaya
jalan Sapta Marga I yang bertujuan untuk Dan Beracun.
memperkecil kecelakaan yang diakibatkan oleh [5] SNI 03-4798-1998 dan SNI 4798:2011.
kerusakan jalan. [6] Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan
4. Perlu adanya penelitian perbandingan lagi namun Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No. :
dengan metode yang lain. 038/T/BM/1997).
3. Sumber Jurna dan Skripsi
6. DAFTAR FUSTAKA [1] Bukhari R. A & Saleh M.S., 2002. “Rekayasa
1. Sumber Buku. Lalu lintas I”. Jurnal Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
[1] Ari Suryawan. 2006. Perkerasan jalan Beton [2] Irwan Faisal Luzan. 2016. Analisis Kondisi
Semen Portland, Yogyakarta. Kerusakan Jalan Pada Lapisan Permukaan
[2] Ari Suryawan. 2013. Perkerasan Jalan Beton Menggunakan Metode Pavement Condition Index
Semen Portland. (PCI). Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
[3] Bjorn Johanessen. 1998. Pedoman Teknik Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembangunan Jalan Berbasis Tenaga kerja.
[3] Muhammad Susanto., 2016. Identifikasi Jenis
[4] Clarkson. H. Oglesby, R. Gary. Hicks. 1982.
Kerusakan Pada Perkerasan Kaku. Skripsi
Teknik Jalan Raya. Jakarta : Erlangga.
Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Bandar
[5] Hadiyatmo, C., H. 2007. Pemelihara Jalan Raya,
Lampung.
UGM Yogyakarta.
[6] Hardiyatmo, Hary Christady. 2009. [4] Samsul Rian Hidayat Teknik Sipil, Teknik,
Pemeliharaan Jalan Raya- Perkerasan Drainase Universitas Dr. Soetomo Jl. Semolowaru No.84,
Longsoran. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada Kode Pos 60118. GeSTRAM (Jurnal
University Press. Perencanaan dan Rekayasa Sipil) ISSN 2615-
[7] Hardiyatmo, Hary Christady. 2010. Stabilisasi 7195 (E) Vol. 01, Nomor 02, September 2018.
Tanah untuk Perkerasan Jalan. Yogyakarta : [5] Roslaini, Analisa Keusakan Jalan Menggunakan
Penerbit Gajah Mada University Press. Metode Indek Kondisi Perkerasan (Studi Kasus
[8] Hardiyatmo, Hary Christady. 2011. Perancangan Jl. Pendidikan Tembilahan). Skripsi Fakutas
Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah- Teknik dan Ilmu Komputer Tahun 2018
Perkerasan Aspal- Perkerasan Beton-Sistem [6] http://binamarga.grobongan.go.id/info-bina-
Cakar Ayam Modifikasi-Sistem Pelat Terpaku. marga/artikel-ilmiah/119-konstruksi- perkerasan-
Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University lentur-flexible-pavement. Diakses 10 Agustus
Press. 2019
[9] Hary Christady Hardiyatmo. 2015. Pemeliharaan [7] http://www.google.com/url?
Jalan Raya, Edisi - 2. sa=t&source=web&rct
[10] Hamirhan Saodang. Geometrik Jalan, Bandung =j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/han
,Nova. dle/123456789/4573/13, Diakses 10 Agustus
[11] Hamirhan Saodang. 2005. Kontruksi Jalan 2019.
Raya, Bandung, Nova
[12] Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel –
Variabel Penelitian, Bandung Alfabeta.
[13] Silvia Sukirman. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
Raya,Bandung. Nova
[14] Silvia Sukirman. 2003. Dasar - Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan. Penerbit Nova,
Bandung
[15] Sukirman Silvia, 1999, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.