Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS JENIS KERUSAKAN JALAN SAPTA MARGA

KECAMATAN TEMBILAHAN HULU


Rozi Hermanto
Rozi Hermanto Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Islam Indragiri,Tembilahan
Akbar Alfa, ST,MT
M. Gasali, ST,MT

Email: rozihermanto13@gmail.com (korespondensi)

Abstract
Jalan Sapta Marga merupakan salah satu bagian dari lingkungan jalan yang menghubungkan antara Jalan Ahmad
Yani dengan Jalan Baharuddin Yusuf. Kondisi Jalan Sapta Marga mengalami berbagai kerusakan, baik itu kerusakan
ringan, sedang, maupun berat diakibatkan oleh kurangnya pemeliharaan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerusakan permukaan perkerasan jalan yang terjadi pada Jalan
Sapta Marga, selain itu juga untuk mengetahui berapa nilai kerusakan perkerasan jalan yang terjadi pada Jalan Sapta
Marga dengan menggunakan Metode PCI, Pengumpulan data menggunakan metode survei, data yang dikumpulkan
adalah primer dan sekunder, berdasarkan hasil analisa, pengambilan data dilakukan di Jalan Sapta Marga pada STA.
0+000 – 0+788, kerusakan jalan yang terjadi di Jalan Sapta Marga adalah tambalan, lubang, dan retak kulit buaya.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Metode PCI didapatkan nilai kondisi jalan untuk nilai PCI Jalan Sapta
Marga adalah 75,6875 % maka jenis pemeliharaan yang sesuai yaitu tambalan.
Kata Kunci : Jenis Kerusakan, Analisa Kerusakan Jalan, Metode PCI.

1. PENDAHULUAN kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan


1.1 Latar Belakang Pemerintah No. 22 Tahun 2009).
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat 2.2.Klasifikasi Jalan dan fungsi Jalan
dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya, Marga dalam tata cara perencanaan geometrik jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas (UU Jalan antar Kota (TPGJAK) No. : 038/T/BM/1997), disusun
No.13/1980). Jalan merupakan prasarana penting pada tabel berikut :
dalam transportasi yang dapat berpengaruh terhadap 1. Klasifikasi Jalan Menurut Status atau Wewenang
kemajuan bidang ekonomi, sosial, budaya maupun Pembinaan Jalan.
politik di suatu wilayah. Jalan Sapta Marga I 2. Klasifikasi Jalan Menurut Spesifikasi Prasarana
merupakan jalan lingkungan dengan fungsi sebagai Jalan.
jalan arteri primer. 3. Klasifikasi Menurut Type dan Kelas Jalan.
kerusakan dan sangat berdampak pada kerusakan
pada konstruksinya. Kerusakan jalan yang tidak 2.3.Jenis-jenis Konstruksi Perkerasan Jalan.
segera ditangani juga akan menyebabkan semakin Perkerasan jalan adalah bagian dari jalur lalu
tingginya biaya investasi dan pemeliharaan jalan. lintas, yang bila kita perhatikan secara struktural pada
Pemeliharaan jalan merupakan pekerjaan yang sangat penampang struktur dalam kedudukan yang paling
penting, perkerasan aspal atau beton jika dirancang sentral dalam suatu badan jalan. Perkerasan jalan
dan dibangun dengan baik, akan memberikan umur menjadi suatu komponen yang sangat penting untuk
layanan sesuai yang dikehendaki. kepentingan dan kelancaran pergerakan lalu lintas
Jalan Sapta Marga adalah jalan Lingkungan yang yang terdiri dari lapis permukaan (surface course),
menghubungkan Jalan Ahmad Yani dengan Jalan lapis pondasi atas (base course), lapis pondasi bawah
Baharuddin Yusuf. Jalan Sapta Marga di Kecamatan (subbase course), lapisan tanah dasar (subgrade).
Tembilahan Hulu, kondisi Jalan Sapta Marga Perkerasan jalan terdiri dari 3 jenis (sukirman,1999),
mengalami berbagai kerusakan, khususnya Jalan yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku dan
Sapta Marga baik itu kerusakan ringan, sedang, perkerasan komposit. Perbedaan antara perkerasaan
maupun berat diakibatkan oleh kurangnya lentur dan kaku dibagi menjadi sebagai berikut.
pemeliharaan. 1. Perkerasan Lentur
2. LANDASAN TEORI Perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
2.1.Tinjaun Umum bahan pengikat, perkerasan lentur baik digunakan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan
meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan sampai sedang seperti jalan perkotaan, jalan dengan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan ultilitas terletak di bawah perkerasan jalan,
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan
di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah konstruksi bertahap
dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan Pedoman Pt-t-01-2002-B, struktur perkerasan
lentur, umumnya terdiri atas :

1
a. Tanah dasar (subgrade). baik atau juga dapat disebabkan oleh sifat tanah
b. Lapis pondasi bawah (subbase course). dasarnya yang buruk,
c. Lapis pondasi (base course). 6. Proses pemadatan lapisan yang kurang baik.
d. Lapis permukaan (surface course). 2.7.Jenis–Jenis Kerusaka Perkerasan Lentur
2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pavement Management For Airports Roads And
Rigid pavement adalah jenis perkerasan jalan Parking Lots (1994) mengklasifikasikan jenis
yang menggunakan beton sebagai bahan utama kerusakan perkerasan lentur menjadi 19 jenis antara
perkerasan tersebut, perkerasan kaku merupakan lain:
salah satu jenis perkerasan jalan yang sering 1. Retak kulit buaya (alligator cracks).
digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt). 2. Retak blok (block cracks).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang 3. Retak tepi (edge cracks).
memiliki kondisi lalu lintas yang cukup padat dan 4. Retak refleksi (reflection cracks).
memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada 5. Retak slip (slippage cracks).
jalan - jalan lintas antar Provinsi, jembatan layang, 6. Retak memanjang atau melintang (longitudinal or
jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal. Jalan transverse cracks),
– jalan tersebut pada umumnya menggunakan beton 7. Kegemukan (bleeding).
sebagai bahan perkerasannya, namun untuk 8. Tonjolan dan lengkungan (bumps and sags).
meningkatkan kenyamanan biasanya diatas 9. Keriting (corrugation).
permukaan perkerasan dilapisi aspal 10. Amblas (depressions).
(Sukirman,1999). 11. Penurunan bahu jalan (lane/shoulder drop off).
12. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite
pavement). cut patching).
13. Pengausan (polished aggregate).
Perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan
perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur 14. Lubang (potholes).
15. Persilangan jalan rel (railroad crossing).
diatas perkerasan kaku. 16. Alur (rutting).
2.4.Kinerja Perkerasan 17. Sungkur (shoving).
Campuran perkerasan yang baik harus 18. Pengembangan (swell).
diperhatikan mengenai karakteristik campuran yang 19. Pelapukan dan pelepasan butir (weathering and
dimiliki oleh aspal sendiri. Menurut Sukirman ravelling
(1992), terdapat tujuh karak teristik campuran yang 2.8.Metode Pavement Condition Index (PCI)
harus dimiliki oleh aspal beton yaitu: Pavement condotion index (PCI) adalah salah
1. Stabilitas (Stability). satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan
2. Keawetan (Durability). berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi dan
3. Kelenturan (Fleksibility). dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha
4. Tahanan Geser / Kekesatan (Skid Resistance). pemeliharaan pada perkerasan jalan. Nilai Pavement
5. Kedap Air (Impermeability) . Condition Index (PCI) memiliki rentang 0 (nol)
6. Ketahanan Terhadap kelelahan (Fatique sampai dengan 100 (seratus) dengan kriteria
Resistance). sempurna (excellent), sangat baik (very good), baik
7. Kemudahan Dalam Pengerjaan (Workability). (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat jelek (very
2.5.Material Penyusun HRS-WC (Hot Rolled poor), dan gagal (failed).
Sheet Wearing Course)
Penilaian kondisi perkerasan diperlukan untuk
HRS (Hot Rolled Sheet) atau yang sering juga mengetahui nilai Pavement Condition Index (PCI),
disebut lataston (lapis tipis aspal beton) merupakan menurut Hardiyatmo (2005) ada beberapa parameter
lapis permukaan yang terdiri dari campuran antara metode pavement condotion index (PCI) untuk
aspal dan agregat yang gradasi senjang (gap graded) menentukan nilai Pavement Condition Index (PCI)
dengan perbandingan tertentu, dicampur, dihampar, agar diketahui bagaimana keadaan peekerasan jalan
dan dipadatkan secara panas (Bina Marga, 1983). yang diamati, adapun berikut ini adalah paramater
2.6.Faktor–Faktor Penyebab Kerusakan Jalan dalam penilaian kondisi perkerasan :
Menurut Sukirman (1995) faktor-faktor penyebab 1. Kerapatan (Density)
kerusakan pada perkerasan lentur antara lain : Kerapatan adalah persentase luas atau panjang
1. Lalu lintas, akibat beban lalu lintas yang berlebih total dari satu jenis kerusakan terhadap luas atau
dan repetisi beban, panjang total bagian jalan yang diukur, dalam sq.ft,
2. Air, sistem drainse yang tidak baik akan feet atau meter, kerapatan kerusakan dapat
menggenangi lapisan permukaan sehingga dinyatakan oleh persamaan.
mempercepat kerusakan jalan, Rumus Kerapan Desity :
3. Material konstruksi perkerasan, dalam hal ini Ad
disebabkan oleh sifat material perkerasan itu Density = x 100%
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem As
pengelolaan bahan yang kurang baik, Ld
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu Density = x 100%
udara dan curah hujan yang umumnya tinggi.
As
Keterangan :
5. Kondisi tanah yang tidak stabil, kemungkinan
disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang

2
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat ruas jalan yang diteliti dengan berdasarkan beberapa
kerusakan (m2) tingkatan kondisi tertentu yaitu nilai PCI dapat dilihat
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m)
As = Luas total unit segmen (m2) pada Tabel 2.31.
2. Menentukan Nilai DV (Deduct Value) Nilai PCI Kondisi Jalan
Deduct Value adalah nilai pengurangan untuk 86 – 100 SEMPURNA (excellent)
tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva SANGAT BAIK (very
hubungan antara density dan deduct value, setelah 71 – 85
good)
nilai kerapatan (density) didapatkan, maka nilai 56 – 70 BAIK (good)
kerapatan yang didapatkan kemudian diplot pada 41 – 55 SEDANG (fair)
grafik Deduct Value sesui dengan tingkatan 26 – 40 BURUK (poor)
kerusakan pada grafik Deduct Value. SANGAT BURUK (very
3. Nilai TDV (Total Deduct Value) 11 – 25
poor)
Total Deduct Value yang diperoleh dari nilai total 0 – 10 GAGAL (failed)
Deduct value setiap kerusakan suatu segmen jalan Sumber : Shahin(1994)
yang ditinjau dijumlah sehingga diperoleh Total
Deduct Value (TDV), dengan menghitung terlebih 3. METODOLOGI PENELITIAN
dahulu total deduct value (TDV), maka akan 3.1 Bagan Alir Penelitian
didapatkan nilai CDV dengan cara menarik garis
vertical sesuai nilai TDV yang diperoleh dari nilai Bagan Alir Penelitian, maka tahap penelitian
Deduct Value (DV) semua kerusakannya yang Analisis Jenis Kerusakan Jalan Pada Studi Kasus
terjadi. Jalan Sapta Marga I Kecamatan Tembilahan Hulu
4. Nilai q (Number of Deduct Greater Than 5 menggunakan metode Pavement Condition Index
points) (PCI) dapat dijelaskan pada bagan alir yang
Nilai q (Number of Deduct Greater Than 5 ditunjukan pada Gambar 3.1
points) ditentukan oleh jumlah nilai individual deduct Mulai
value setiap kerusakan yang nilainya lebih besar dari
5 pada segmen jalan yang diteliti.
5. Nilai CVD (Corrected Deduct Value) Studi Pustaka
Nilai TDV (Total Deduct Value) dan q (Number
of Deduct Greater Than 5 points) selanjutnya dapat
Pengumpulan Data
dicari nilai CDV (Corrected Deduct Value) dengan
cara plot nilai TDV (Total Deduct Value) sesuai
dengan nilai q yang diperoleh, apabila didapat nilai
CDV yang diperoleh nilai yang lebih kecil dari pada Data Primer : Data Sekunder :
nilai pengurang tertinggi/HDV (Highest Deduct Jenis Kerusakan Jalan
Jenis Jalan
Value), maka CDV yang digunakan adalah nilai Dimensi Kerusakan Jalan
pengurang individual yang tertinggi. Peta Lokasi
6. Menghitung Nilai Kondisi Perkerasan
Setelah didapatkan nilai CDV (Corrected Deduct
Value), selanjutnya untuk mendapatkan nilai PCI
untuk setiap unit sampel dapat dihitung dengan Analisis Data
Persamaan : Penilaian Kondisi Jalan Menggunakan Metode PCI
PCIs = 100 – CDV
Keterangan :
PCI(S) : Pavement Condition Index untuk tiap unit. Hasil dan
CDV : Corrected Deduct Value untuk tiap unit Pembahasan
Menurut Hardiyatmo (2005) setelah nilai PCI
didapatkan pada setiap unit sampel, selanjutnya untuk Kesimpulan dan
menghitung nilai PCI keseluruhan dalam satu ruas Saran
jalan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
Selesai
sebagai berikut:
PCI
PCIf = ∑ Gambar 3.1 Flow Chart Anlisis Jenis Kerusakn
N
Jalan
PCIf = Nilai PCI rata-rata dari seluruh area Sumber : Data Anlisis
penelitian 3.2 Lokasi Penelitian
PCIs = Nilai PCI untuk setiap unit segmen
N = Jumlah unit segmen Lokasi penelitian dilakukan pada ruas jalan Sapta
7. Klasifikasi Kualitas Perkerasan Marga, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten
Berdasarkan nilai PCI (Pavement Condition Indragiri Hilir, Provinsi Riau untuk semua segmen
Index) keseluruhan pada ruas jalan yang diteliti, yang telah dilakukan sebagai unit sampel diberi
makan akan diketahui klasifikasi kualitas perkerasan nomor sampel.

3
2,82
Density = x 100 % = 2,4 %
117.5
Keterangan :
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m2)
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m)
As = Luas total unit segmen (m2)
3. Menghitung Nilai Pengurang ( Dedut Value )
Nilai pengurang (deduct value), segmen 1 (STA.
0+000 - 0+025). Penentuan nilai Deduct value
menggunakan grafik pada dibawah ini.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian a. Grafik keruakan berlubang
Sumber, Google Maps Potholes H M
Asphalt
100 L

90
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN D 80
73 71 e
4.1 Analisa d 70
u
60
Pengambilan data dilakukan dijalan Sapta Marga c
t 50
I Pada STA 0 + 00 – 0 + 025 sepanjang 788 m, dibagi V
40
a
menjadi 33 unit segmen, dan lebar jaluar 4,70 m l 30
didapat masing – masing luas total unit segmen yaitu u
e 20
25 m dikali 4.7 m yaitu 117.5 m². 10
1. Jenis Kerusakan 0`
0.01 0.1 1 10
Jenis kerusakan yang terjadi pada Jalan Sapta Marga 2.4
Diatress Density - Percent
I kecamatan Tembilahan Hulu, hasil dari surve
lapangan yaitu jenis kerusakan kerusakan tambalan,
berlubang, dan retak kulit buaya. Gambar 4.1 Grafik Nilai Pengurang ( Dedut Value )
Menghitung luas jenis Keruskan STA 0+000 – Jenis Kerusakan Berlubang
0+025 s/d 0+025 – 0+050 Sumber : Analisa Data
a. Jenis kerusakan berlubang b. Grafik keruakan tambalan
Fatching and Utility cut Patching Asphalt
Panjang : 1.5 M 100
Lebar : 1.88 M 90
L = 1.5 x 1.88 = 2.82 M2 D
80
H

b. Jenis kerusakan tambalan e 70


d M
Panjang : 1.05 M u
60
ct
Lebar : 0.8 M V
50
40
L = 1.05 x 0.8 = 0.84 M2 al
32 u 30
L
c. Jenis kerusakan tambalan e
20
Panjang : 6.15 M 8
10
Lebar : 1.75 M 0`
0.1 1 10 100
L = 6.15 x 1.75 = 10.76 M2 Diatress Density - Percent
Keterangan : 0.7 9

P = Panjang Kerusakan Gambar 4.2 Grafik Nilai Pengurang ( Dedut Value )


L = Lebar Kerusakan Jenis Kerusakan Tambalan
STA = STASIONNING Sumber : Analisa Data
2. Menghitung Nilai Kadar kerusakan ( Density )
Menghitung nilai kadar kerusakn (density), Tabel 4.11 Nilai Pengurang ( Dedut Value )
segmen 1 STA 0 + 00 – 0 + 025,
DEDUCT
a. Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat No Jenis Kerusankan DENSITY (%)
VALUE
kerusakan ( Ad ), bisa diliat diatas
STA 0+000 - 0+025
b. Luas total unit segmen (As) 1 L Berlubang 2.4000 73
As = P x L 2 M Tambalan 0.7149 8
As = 25 x 4.70 Sumber : Anlisa Data
As = 117.5 m2 4. Menghitung nilai total deduct value (TDV)
Keterangan : Setelah nilai pengurang didapatkan selanjutnya
P = Panjang Persegmen menjumlahkan pada masing - masing unit segmen
L = Lebar Segmen dan didapatkan TDV, seperti pada table 4.11 di atas.\,
c. Nilai Kadar Kerusakan (Density) untuk menentukannilai q yang nantinya akan dipakai
Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat pada perhitungan CDV.
kerusakan (Ad), untuk segmen I jenis kerusakan 5. Menghitung Nilai Corrected Deduct Value
berlubang, (CDV)
Ad
Density = X 100 %
As
4
Nilai pengurang terkoreksi (CDV) diperoleh dari Tabel 4.48 Hasil rekapitulasi perhitungan Pavement
kurva hubungan antara nilai pengurang total (TDV) Condition Index (PCI) STA 0+000– 0+025 s/d
dan nilai pengurang (DV). Nilai pengurang (DV) 0+775– 0+788
yang dipakai dalam hitungan adalah DV yang Segmen
Stasionering
CDV PCI Rating
nilainya lebih besar 2 untuk jalan diperkeras dengan Dari Sampai
permukaan aspal. Jika hanya ada satu nilai pengurang 1 0+000 - 0+025 75 25 Sangat Buruk
(atau tidak ada), maka nilai pengurang total (TDV) 2 0+025 - 0+050 10 90 Sampurna
digunakan sebagai pengurang, dan bukan CDV 3 0+050 - 0+075 5 95 Sampurna
seperti pada contoh perhitungan penelitian ini. Jika 4 0+075 - 0+100 14 86 Sampurna
lebih dari satu nilai pengurang, maka langkah iterasi 5 0+100 - 0+125 8 92 Sampurna
6 0+125 - 0+150 7 93 Sampurna
dibawah ini harus diikut
7 0+150 - 0+175 50 50 Sedang
a. Nilai pengurang individual di susun dalam nilai
8 0+175 - 0+200 21 79 Sangat Baik
yang menurun tabel 4.34 disortir menjadi : 73;
9 0+200 - 0+225 45 55 Sedang
32; dan 8.Tentukan jumlah pengurang ijin (m).
10 0+225 - 0+250 7 93 Sampurna
Untuk jalan dengan permukaan diperkeras 11 0+250 - 0+275 5 95 Sampurna
memakai persamaan : 12 0+275 - 0+300 5 95 Sampurna
Rumus 13 0+300 - 0+325 44 56 Baik
m = 1 + (9/98)(100 – HDV) 14 0+325 - 0+350 12 88 Sampurna
Keterangan : 15 0+350 - 0+375 8 92 Sampurna
m = jumlah pengurang ijin, termasuk 16 0+375 - 0+400 23 77 Sangat Baik
pecahan, untukunit sampel. 17 0+400 - 0+425 5 95 Sampurna
HDV = nilai pengurang individual tertinggi 18 0+425 - 0+450 45 55 Sedang
pada sampel. 19 0+450 - 0+475 19 81 Sangat Baik
Nilai pengurang individual tertinggi HDV = 73. 20 0+475 - 0+500 16 84 Sangat Baik
Jadi, jumlah pengurang ijin : M = 1 + (9/98)(100- 21 0+500 - 0+525 18 82 Sangat Baik
73) = 3,4 < 5 (angka 5 adalah jumlah data nilai 22 0+525 - 0+550 18 82 Sangat Baik
pengurang, DV) 23 0+550 - 0+575 18 82 Sangat Baik
b. Nilai pengurang total atau TDV (Total Deduct 24 0+575 - 0+600 29 71 Sangat Baik
Value) ditentukan dengan menambahkan seluruh 25 0+600 - 0+625 50 50 Sedang
nilai pengurang individual tabel 4.67, 6.68 dan 26 0+650 - 0+675 38 62 Sedang
6.69 dibawah. Nilai pengurang total TDV = 73 + 27 0+700 - 0+725 59 41 Sedang
32 + 8 = 113 28 0+675 - 0+700 36 64 Sedang
29 0+700 - 0+725 12 88 Sampurna
c. CDV (Corrected Deduct Value)
30 0+725 - 0+750 20 80 Sangat Baik
CDV (Corrected Deduct Value ditentukan dari q
31 0+750 - 0+775 11 89 Sampurna
dan nilai pengurang total (TDV), dengan
32 0+775 - 0+788 45 55 Sedang
menggunakan nilai koreksi dalam kurva atau
grafik pada Gambar 4.38 yang sesuai. Untuk Sumber : Analisa Data
tabel dibawah ini didapat nilai q tersebut Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
dihubungkan dengan nilai TDV, sehingga PCI, maka ruas Jalan Sapta maga I STA 0+00 -
diperoleh nilai CDV. Hubungan nilai TDV 0+788 nilai kondisi rata-rata sebesar 75,6875. Jadi
dengan q dari grafik CDV. masuk ke dalam kategori dengan kondisi Sangat Baik
ASPHALT (very good).
7. Rekomendasi Perbaikan
C D V

Hasil dari perhitungan metode Pavement


Condition Index (PCI) didapat sebesar 75,6875.
V A L U E

100

90 Dengan hasil tersebut masuk dalam kategori kondisi


80
Sangat Baik (very good)., sehingga perlu dilakukan
rekonstruksi. Nilai kondisi sebagai indikator tipe
70
C O R R E C T E D

60

50
pemeliharaan dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah
ini.
40

30
q = Number of deducts
20
greater than 5 ponts Rekontruksi Tambalan Pemeliharaan
10 Rutin
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 10 120 130 140 150 160 170 180 190 200

38 Grafik Corrected Deduct Value (CDV) 0 30 75,68 80 100


Sumber : Anallisa Data Gambar 4.69 Nilai Kondisi Sebagai Indikator Tipe
6. Menghitung Nilai Pavement Condition Pemeliharaan (PCI).
Index (PCI) Sumber : Analisa Data
Setelah CDV diperoleh, maka nilai PCI dapat 5. KESIMPULAN DAN SARAN
dihitung. 5.1 Kesimpulan
PCIs= 100 – CDV Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan pada
PCIs= 100 - 75 = 25 maka pada unit segmen 1 STA Jalan Sapta Marga I Kecamatan Tembilhan Hulu di
0+000 - 0+025 masuk ke dalam kondisi Sangat Buruk atas adalah ruas tambalan sebanya 33 Tambalan
(very poor). Pada unit segmen 1 STA 0+000-0+025 dengan nilai kerusakan 3.48 %, kerusakan berlubang
didapatkan nilai Pavement Condition Index (PCI). 7 lubang dengan nilai kerusakan 0.15 %, dan
kerusakan retak kulit buaya 6 retak dengan nilai 0.11

5
%, nilai PCI sebenya 75.6875 % dengan katagori [16] Suryadharma, Hendra & Benidiktus Susanto.
sangat baik. 1999. Rekayasa Jalan Raya. Yogyakarta :
5.2 Saran Penerbitan Universitas Atma Jaya.
Hasil dari penelitian ini maka disarankan hal – [17] Suryawan, Ari. 2013. Perkerasan Jalan Beton
hal berikut : Semen Portland (Rigid Pavement).
1. Jika kerusakan – kerusakan yang terjadi Yogyakarta : Beta Offset Yogyakarta.
dilakukan perbaikan hendaknya terlebih dahulu
melakukan observasi langsung kelokasi oleh 2. Sumber Praturan Pemerintah.
pihak terkait agar perbaikan yang dilakukan sesui
dengan kondisi kerusakan yang terjadi sehingga [1] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang
perbaikan yang dilakukan lebih efektif dan Jalan No. 34 Tahun 2006.
efesien karena pemeliharaan jalan lebih ekonomis [2] Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (revisi
dari pada perbaikan jalan sudah rusak berat. 3).
2. Perlu segera dilakukan penanganan kerusakan [3] Peraturan Pemerintah Repubelik Indonesia
jalan untuk memberikan rasa nyaman bagi Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan.
pengendara jalan. [4] Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
3. Penambalan pada kerusakan lubang pada ruas Tentang Pengelola Limbah Bahan Berbahaya
jalan Sapta Marga I yang bertujuan untuk Dan Beracun.
memperkecil kecelakaan yang diakibatkan oleh [5] SNI 03-4798-1998 dan SNI 4798:2011.
kerusakan jalan. [6] Bina Marga dalam Tata Cara Perencanaan
4. Perlu adanya penelitian perbandingan lagi namun Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No. :
dengan metode yang lain. 038/T/BM/1997).
3. Sumber Jurna dan Skripsi
6. DAFTAR FUSTAKA [1] Bukhari R. A & Saleh M.S., 2002. “Rekayasa
1. Sumber Buku. Lalu lintas I”. Jurnal Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
[1] Ari Suryawan. 2006. Perkerasan jalan Beton [2] Irwan Faisal Luzan. 2016. Analisis Kondisi
Semen Portland, Yogyakarta. Kerusakan Jalan Pada Lapisan Permukaan
[2] Ari Suryawan. 2013. Perkerasan Jalan Beton Menggunakan Metode Pavement Condition Index
Semen Portland. (PCI). Skripsi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
[3] Bjorn Johanessen. 1998. Pedoman Teknik Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembangunan Jalan Berbasis Tenaga kerja.
[3] Muhammad Susanto., 2016. Identifikasi Jenis
[4] Clarkson. H. Oglesby, R. Gary. Hicks. 1982.
Kerusakan Pada Perkerasan Kaku. Skripsi
Teknik Jalan Raya. Jakarta : Erlangga.
Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Bandar
[5] Hadiyatmo, C., H. 2007. Pemelihara Jalan Raya,
Lampung.
UGM Yogyakarta.
[6] Hardiyatmo, Hary Christady. 2009. [4] Samsul Rian Hidayat Teknik Sipil, Teknik,
Pemeliharaan Jalan Raya- Perkerasan Drainase Universitas Dr. Soetomo Jl. Semolowaru No.84,
Longsoran. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada Kode Pos 60118. GeSTRAM (Jurnal
University Press. Perencanaan dan Rekayasa Sipil) ISSN 2615-
[7] Hardiyatmo, Hary Christady. 2010. Stabilisasi 7195 (E) Vol. 01, Nomor 02, September 2018.
Tanah untuk Perkerasan Jalan. Yogyakarta : [5] Roslaini, Analisa Keusakan Jalan Menggunakan
Penerbit Gajah Mada University Press. Metode Indek Kondisi Perkerasan (Studi Kasus
[8] Hardiyatmo, Hary Christady. 2011. Perancangan Jl. Pendidikan Tembilahan). Skripsi Fakutas
Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah- Teknik dan Ilmu Komputer Tahun 2018
Perkerasan Aspal- Perkerasan Beton-Sistem [6] http://binamarga.grobongan.go.id/info-bina-
Cakar Ayam Modifikasi-Sistem Pelat Terpaku. marga/artikel-ilmiah/119-konstruksi- perkerasan-
Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University lentur-flexible-pavement. Diakses 10 Agustus
Press. 2019
[9] Hary Christady Hardiyatmo. 2015. Pemeliharaan [7] http://www.google.com/url?
Jalan Raya, Edisi - 2. sa=t&source=web&rct
[10] Hamirhan Saodang. Geometrik Jalan, Bandung =j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/han
,Nova. dle/123456789/4573/13, Diakses 10 Agustus
[11] Hamirhan Saodang. 2005. Kontruksi Jalan 2019.
Raya, Bandung, Nova
[12] Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel –
Variabel Penelitian, Bandung Alfabeta.
[13] Silvia Sukirman. 1999. Perkerasan Lentur Jalan
Raya,Bandung. Nova
[14] Silvia Sukirman. 2003. Dasar - Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan. Penerbit Nova,
Bandung
[15] Sukirman Silvia, 1999, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai