Anda di halaman 1dari 12

Hiperbilirubin

Pengertian
Penyakit kuning atau hiperbilirubin adalah kondisi umum pada bayi baru lahir
yang mengacu pada warna kuning pada kulit dan bagian putih mata disebabkan
terlalu banyaknya bilirubin dalam darah. Bilirubin sendiri diproduksi oleh
kerusakan normal sel darah merah. Biasannya bilirubin dibentuk oleh hati,yang
melepaskannya ke dalam usus sebagai empedu (cairan yang membantu
pencernaan). (Madri,2018)
Etiologi
 Penurunan Berat Badan abnormal (7-8% pada bayi baru lahir yang menyusui
ASI, >15% pada bayi cukup bulan)
 Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
 Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
 Usia kurang dari 7 hari
 Keterlambatan pengeluaran feses (meconium)
Patofisiologis
Ikterus pada neonatus disebabkan oleh stadium maturase fungsional
(fisiologis) atau manifestasi dari suatu penyakit (patologik). Tujuh puluh
lima persen dari bilirubin yang ada pada neonatus berasal dari
penghancuran hemoglobin dan dari myoglobin sitokorm, katalase dan
triptofan pirolase Dalam memahami tanda dan gejala hyperbilirubinemia
yaitu adanya ikerus neonatus yang timbul, dan ikterus itu mempunyai
dua macam yaitu icterus fisiologis dan ikterus patologis, ikterus fisiologis
apabila timbul pada hari kedua dan hari ketiga dan menghilang pada
minggu pertama selambat -lambatan adalah 10 hari pertama setelah lahir
kemudian jenis ikterus yang kedua adalah ikterus patologis dimana
ikterus ini terjadi pada 24 jam pertama ikterusnya menetap sesudah 2
minggu pertama
Maniefestasi klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi baru lahir
tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau
lebih (Mansjoer, 2013)
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan ikterus pada sklera,
kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundice yang muncul pada 24 jam
pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau
ibu dengan diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau
hari ketiga, dan mencapai puncak pada hari ketiga sampai hari keempat dan
menurun pada hari kelima sampai hari ketujuh yang biasanya merupakan
jaundice fisiologis (Suriadi dan Yuliani 2010)
Komplikasi
Menurut American Academy of Pediatrics (2013) ada 3 fase
1) Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi,
dan reflek hisap yang buruk.
2) Fase intermediate, ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas, dan
peningkatan tonus (retrocollis dan opisthotonus) yang disertai demam
3) Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan
tonus, tidak mampu makan, high-pitch cry, dan kadang kejang.
Pemeriksaan
penunjang
Darah Tepi, Gol Darah, Rh, Coombs Tes
Direk Indirek, Bil Total Dan Direk, Enzim
G6PD, Kultur Darah, TORCH, USG
Abdomen.
Diagnosa yang
mungkin muncul

1) kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan joundice atau radiasi


2) hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

1 Ganggguan integritas Setelah dilakukan asuhan Perawatan integritas kulit


kulit b.d efek keperawatan selama 3x24 jam a.)observasi
samping terapi diharapkan integritas kulit -identifikasi penyebab gangguan
radiasi d.d meningkat dengan kriteria integritas kulit
hasil: b.)teraupetik
-kemerahan menurun (5) -ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
-Kerusakan lapisan kulit baring
menurun(5) -lakukan pemijatan pada area
-nyeri menurun(5) penonjolan tulang
c.)edukasi
-anjurkan menggunakan pelembab
-anjurkan minum yang cukup
-anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

2 Hipertermia b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipertermia


terpapar lingkungan keperawatan selama 3x24 jam a.)observasi
panas d.d diharapkan termoregulasi -identifikasi penyebab hipertermia
neonatus membaik dengan -monitor suhu tubuh
kriteria hasil: b.)teraupetik
-suhu tubuh menurun(5) -sediakan lingkungan yang dingin
-suhu kulit(5) -berikan cairan oral
-menggigil menurun(1) c.)edukasi
-anjurkan tirah baring
d.)kolaborasi
-kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena.
no Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

3 Risiko hipovolemia d.d setelah dilakukan asuhan Manajemen hipovolemia


kehilangan cairan aktif keperawatan selama 3x24 a.)observasi
jam diharapkan status -periksa tanda dan gejala
cairan membaik dengan hipovolemia
kritesria hasil: -Monitor intake dan output cairan
-intake cairan membaik(5) b.)Teraupetik
-turgor kulit(5) -Hitung kebutuhan cairan
-kekuatan nadi -Berikan asupan cairan oral
meningkat(5) c.)Edukasi
-Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
-Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
d) Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis dan hipotonis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai