DISUSUN OLEH :
A. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan Joundice pada neonatus.
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terja6 akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patofisiologis pada neonatus
ditandai dengan Joundice pada selera mata, kulit, membran mukosa dan cairan tubuh.
jadi dapat disimpulkan hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas normal bilirubin serum. Untuk bayi cukup lahir
batas aman kadar bilirubinnya adalah 1w,5 mg/ dl, sedangkan bayi kurang bulan batas
aman bilirubinnya adalah 10 mg / dl. Jika kemudian kadar bil6 diketahui melebihi angka-
angka tersebut, maka ia dikatagorikan hiperbilirubin.
B. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan
sebagai berikut:
1. Polichetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (Hemolisis Kimia)
5. Hemodialisis Ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati
9. Adanya komplikasi asfiksia, hipotemi, hipoglikemi, menurunnya ikatan albumin
lahir prematur asidosis.
C. Patofisiologi
1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja hame oksigenasi, biliverdin reduktase dan agen prediksi non
enzeimatik dalam sistem retikuloendolelial.
2. Setelah pemecahan hemoglobin bilirubin tak terkonjungasi diambil oleh protein
intravaskular "Y" protein dalam hati pengambilan tergantung pada aliran darah
hepatic dan adanya ikatan protein.
3. Bilirubin yang tak terkonjungasi dalam hati diubah oleh enzim asam uridin
disfosfoglucuranic acid (UPGA) Glukoronil Transferase menjadi bilirubin mono dan
diglucurinida yang polar larut dalam air.
4. Bilirubin yang terkonjungasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal
dengan konjungasi bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane nakalikular.
kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi
urobilinogen dalam tinja dan urin.
5. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak,
tak terkonjungasi nonpolar (bereaksi indirek).
6. Pada bayi dengan hiperbilirubin kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau
tidak aktifnya Glukoronil Transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatik
kemungkinan karena penurunan protein hepatic.
D. Pathway
Hemoglobin
Globin Heme
Biliverdin Feco
Peningkatan bilirubin dalam darah - pengeluaran meconium terlambat - tinja berwarna pucat
indikasi pototerapi
F. Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit b.d. efek fototerapi (D. 0129)
2. Resiko ketidak seimbangan cairan d.b phototerapi ( D 0036)
3. Hipertermia d b terpapar lingkungan panas ( D.9130)
G. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Gangguan Setelah dilakukan keperawatan Perawatan integritas kulit
integritas selama 3x8 jam diharapkan (1.11353)
kulit b.d efek integritas kulit membaik / Observasi
photography normal dengan kriteria hasil: - Inclentifikasi penyebab
( D.0129) 1. Integritas kulit yang baik gangguan integritas kulit
bisa dipertahankan Terapeutik
2. Tidak ada luka / lesi pada - Hindari produk berbahan dasar
kulit alkohol pada kulit kering
3. Perfusi jaringan baik. Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala
infeksi
ANALISA DATA
Hari/ Data Fokus Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Selasa, 21 Terdapat ada kepala sampai leher dan kedua Ikterik Neonatus bd
November tangan pada bayi, bayi tampak lemah mukosa Hiperbilirubin
2023 bibir kering dan kemerahan pada kulit
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Ikterik Neonatus bd Setelah dilakukan tindakan Fototerapi Neonatus
Hiperbilirubin keperawatan selama 3 kali 24 Observasi
jam diharapkan adaptasi Monitor intelek pada
neonatus membaik dengan sklera dan kulit
kriteria hasil Monitor suhu 4 jam sekali
Membran mukosa kuning Monitor efek samping
menurun fototerapi
Kulit kuning menurun Terapeutik
Sklera kuning menurun Siapkan lampu fototerapi
dan kotak bayi
Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
Ukur jarak lampu dan
kulit bayi
Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar foto terapi
berkelanjutan
Ganti popok dan alas jika
BAB atau BAK
Edukasi
Anjurkan ibu menyusui
20 sampai 30 menit
Kolaborasi pemeriksaan
darah vena bilirubin direct
dan indirect
2. Hipertermia bd Telah dilakukan intervensi 3 × Manajemen Hipertermia
lingkungan yang panas 24 jam maka termoregulasi Observasi
membaik dengan kriteria hasil Identifikasi penyebab
Suhu tubuh membaik hipertermia
Monitor suhu
Terapeutik
Longgarkan atau lepas
pakaian
Berikan cairan oral
Edukasi anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
pemberian cairan
intravena jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu Tindakan Keperawatan Respon Ttd
Selasa , Monitor pada Ikterik pada DO: ditarik pada wajah hingga leher
21/11/23 kulit dan sklera dan kedua tangan derajat 4
07.00
Menyiapkan lampu
09. 00 fototerapi DO : bayi tampak menangis
Melakukan Fototerapi
Pemeriksaan darah vena
bilirubin
14.00 DO : bilirubin total 12,5 mg/dl
Monitor suhu
17. 00 DO: 37,9c
Memberikan asupan cairan
21.00 DO: memberikan bayi sufor 30 ml dan
Memberikan cairan habis
intravena
DO : cairan D5 ¼ 5ml/jam
23.00
Rabu Monitor efek samping DO : bayi tidak diare kulit sedikit
fototerapi kemerahan
22-11-23
07.00
Mengganti alas dan popok DO: bayi menangis
14. 00
karena bab dan bak
Monitor suhu
DO : suhu 37,5c
17. 00
EVALUASI KEPERAWATAN
Waktu Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Ttd
Selasa Ikterik Neonatus S
21-11-23 D.0024 O: Ikterik pada wajah hingga leher
dan kedua tangan derajat 4
Foto terapi
Bayi tampak lesu
Bilirubin total 12,5mg/dl
A: ikterik belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
-fototerapi
S
Hipertermi bd lingkungan
panas O : suhu 37,9
D.0130 Bayi mendapat asupan cairan sufor
30 ml / 2 jam
Infus D5 ¼ 5 ml /jam
A : hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Cairan Oral dan intravena
S
Hipertermi bd lingkungan
yang panas O : suhu 36,5c
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan